🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
"Sampe." Radit memberhentikan mobilnya dipelataran parkir kantor. Hari kembali senin, waktunya kembali bekerja.
"Sebentar.. Aku belum selesai."
Pria itu menoleh pada kursi sebelahnya, ada Shahnaz disana sedang menyelesaikan make-upnya.
"Eh, Mas, eyeliner-ku berantakan ga? Tadi pakenya pas dijalan takut mencong-mencong." Tanya Shahnaz berbalik kearah Radit sambil memejamkan mata, meminta pria itu memeriksa riasan matanya.
"Rapi, kok, cantik."
Shahnaz membuka mata dan tersenyum manis, "Makasih, Mas." Lalu secara tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya mencium pipi Radit, "Mumpung belum pake lipcream." Radit yang tidak siap seketika membeku ditempatnya.
"Nakal banget, sih? Kalo saya bales nanti marah.." Gerutu Radit setelah mendapatkan kembali kesadarannya yang membuat Shahnaz tergelak melihat kekasihnya merengut seperti bocah tidak diberi permen.
"Nggak marah kok.."
"Halah."
Mendengar itu, Shahnaz tergelak lagi.. Pacarnya ini kenapa lucu sekali ya? Oke, Shahnaz akui ini memang cukup menggelikan, menyebut pria yang hampir tiga puluh tahun dengan julukan lucu. Tetapi biar saja.. Perut Shahnaz sendiri yang serasa melilit, dikelitiki dan kegelian. Lagipula ia tidak meminjam perut orang lain, jadi tidak apa-apa menikmati ke-alay-an ini, tidak ada yang boleh protes dan keberatan akan itu.
Wanita lalu menyodorkan pipinya yang baru ditaburi blush on, "Gamau kalah banget, nih, sekilas aja."
Raut wajah Radit itu berubah cerah, ia lalu mencuri satu ciuman singkat dibibir kekasihnya. "Mumpung belum pake lipcream." Cengir Radit tanpa dosa mengulangi kalimat Shahnaz sebelumnya, pria itu tersenyum sendiri sementara Shahnaz menundukkan kepalanya.. Wajahnya terasa panas sekarang, padahal AC mobil Radit masih menyala.
Melihat wajah kekasihnya memerah karena malu membuat Radit gemas. Rasanya ingin Radit kantongi saja pada saku kemejanya lalu ia bawa pulang untuk dirinya sendiri.
"Kayaknya blush on kamu ketebelan deh, sayang.. Eh, blush on bukannya buat pipi? Kok kamu pake satu muka.. Merah banget itu.. Mau godain siapa sih?" Ledek Radit yang kali ini dibalas bantingan tas kecil Shahnaz pada lengannya.
"Diam!"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Acha datang dengan terheran-teran melihat Shahnaz sudah berada dikantor.. Wanita itu duduk bersandar di kursi dengan ponsel ditangan dan senyum yang tidak lepas dari wajahnya bahkan tidak menyadari kehadiran Acha disana.
Ini bukan pertama kali, sih.. Beberapa waktu lalu juga Shahnaz datang sebelum Acha, tetapi tetap saja setiap Shahnaz datang lebih pagi dari Acha biasanya rekannya itu menyembunyikan wajahnya dimeja dan tidur disana sebelum mulai bekerja.