🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz memutar bola mata malas untuk mengakui itu, ia memiliki gengsi setara burj khalifa. Tapi yaa, ia hanya ingin jujur saja. Lagipula, melihat Radit senang bisa membuatnya lebih senang lagi..
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Iya, Shahnaz memang sangat amat posesif. Bulan lalu ia memarahi Adrian karena sempat menyembunyikan ponsel Radit ketika mereka sedang bermain play station dan menyebabkan Radit telat membalas pesannya.
Shahnaz tahu itu cukup berlebihan, tetapi keluarganya sekarang hanya Radit dan ia tidak ingin terjadi sesuatu hal buruk menimpa suaminya itu.
Shahnaz memandangi tiramisu yang sudah habis bersamaan dengan suapan terakhir cheesecakenya.
Tidak terasa sudah satu jam ia berada di cafe itu. Sebentar lagi juga Radit harus bersiap untuk meeting selanjutnya. Baiklah, ia akan menutup permainan ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz selama ini hanya hidup mengikuti arus saja. Tidak pernah meminta hal-hal yang menurutnya tidak masuk akal. Tidak ingin mengejar ketertinggalannya akan sesuatu, jika ada pepatah jika orang lain bisa maka orang lain saja. Itu adalah pola pikirnya selama ini.
Bagi Shahnaz, masih memiliki keinginan untuk hidup saja sudah termasuk goals yang luar biasa ia capai.
Tetapi, setelah mengenal Radit ia seolah memiliki alasan lain akan eksistensinya di muka bumi ini.
Kotak obat di rumah mereka terdapat di setiap ruangan dan selalu terisi lengkap, tidak pernah kosong. Itu sebagai bukti syukurnya masih diberikan umur dan kesempatan bernapas setiap harinya.
Shahnaz sangat menghargai hidup setelah mengenal Radit. Itu ia jadikan salah satu usahanya dalam mencintai suaminya itu.
Setiap kali Radit sakit, Shahnaz akan mencari obat termahal dan terbaik yang bisa ia temukan, meskipun hanya demam ringan. Shahnaz juga akan menghubungi semua dokter yang ia kenal dari segala spesialis.
Berlebihan memang, tapi bagaimana lagi. Melihat Radit sakit adalah kelemahannya.
Setelah menggigiti kuku cantiknya, Shahnaz mulai mengetik panjang lebar.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz mengernyit heran, bibirnya mengerucut karena bubble chatnya yang panjang itu tidak Radit hiraukan dan malah membahas cheesecake?!
Sepertinya bermain ini menguras energi suaminya?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Namun setelah mendapat balasan Radit ia tersenyum senang. Membenahi barangnya dengan tergesa, Shahnaz menghampiri kasir, membawa pesanan sang suami lalu ketika didalam mobil ia menyempatkan diri menyisir dan memakai make up.
Pesanan suaminya termasuk dirinya, 'kan?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.