🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mereka kembali berciuman, tangan Shahnaz bergerak aktif menuntaskan keinginannya tadi, menuju rambut lebat Radit dan menyusupkan tangannya disana.
Ya, begini pikir Shahnaz puas.
Tangan Radit pun tidak tinggal diam, ia menyusup nakal masuk ke dalam gaun tidur yang Shahnaz kenakan meraba kulit putih halus itu lembut dan bergerak acak, memantik kembali gairah Shahnaz yang sempat surut ketika mereka membuat penawaran tadi.
Shahnaz mengerang di bibir Radit ketika tangan besar suaminya meraba samar dari bawah perut menuju payudara Shahnaz, menangkup salah satunya dan meremas pelan.
Erangan Shahnaz membuat Radit menyeringai puas, pria itu tergoda untuk meremas lagi demi membuat Shahnaz mengerang lebih keras lagi. Radit begitu menyukai suara yang Shahnaz loloskan, terdengar seperti melodi indah ditelinganya.
Ciuman itu berpindah ke leher Shahnaz.
Dengan aktif Radit menjilat, mengecap dan menghisap serakus yang ia bisa. Istrinya ini benar-benar sebuah candu. Sekali Radit mencecapnya, pria itu tidak ingin berhenti. Dan itu sangat berbahaya, setidaknya untuk situasi saat ini.
Terbuai oleh ulahnya sendiri, tanpa sadar Radit terus bergerak turun menuju sesuatu yang ia remas tadi. Radit mengumpulkan gaun tidur Shahnaz keatas agar ia lebih leluasa mengeksplor tubuh istrinya. Kali ini bibir Radit ikut andil membantu tangannya. Pria itu meraup puncak dada istrinya yang bebas dan menghisapnya kuat.
"O—oh!" mulut Shahnaz terbuka, wanita itu menjerit tertahan ketika merasakan hangat dan basah dari mulut Radit menelungkupi dadanya.
Ini benar-benar berbahaya, semakin keras jeritan Shahnaz, semakin Radit tidak bisa menahan diri lagi. Ia harus segera menghentikan ini.
"Cukup." Radit menarik wajah dan mendapati Shahnaz yang terengah-engah, mengerjap pelan, kebingungan. "Apa?" tanya Shahnaz linglung.
Radit menurunkan kembali baju tidur Shahnaz, sementara sang pemilik tubuh masih mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya.
"Kita bicara dulu. And ill give you more, i promise."
"Kita lihat apa penjelasan saya bisa bikin kamu berubah pikiran dan berhenti memanggil saya jahat."
"Waktu kamu lima menit."
Mengabaikan waktu yang diberikan Shahnaz, Radit memilih langsung mengeluarkan semua pembelaannya. "Dengar, Didi. Saya minta maaf jika apapun yang saya lakukan membuat kamu salah paham. Tapi satu yang pasti, saya nggak pernah ada intensi buruk atau bosan sama kamu." Radit menyentil kening Shahnaz. "Otak kamu ini harus berhenti memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal. Rasa sayang saya ke kamu dari tujuh tahun lalu masih sama besarnya, atau mungkin lebih besar dari hari-ke hari. Yang jelas saya tidak pernah sekalipun terbesit pemikiran untuk melepaskan kamu."