🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Lantas apa? Mengapa Radit akhir-akhir ini seolah enggan menghabiskan waktu dengannya? Apa suaminya itu bosan? Otak Shahnaz seketika diserang pemikiran berlebih, pemikiran-pemikiran negatif menyerbu Shahnaz dalam satu waktu dan wanita itu merasa ingin menangis karenanya.
Shahnaz keluar dari kamar mandi. Telinganya menangkap suara pengingat dari ponsel milik Radit.
Shahnaz menoleh sekitar, Radit tidak ada. Ia mendekat, penasaran pengingat apa yang di atur oleh suaminya.
[Kalo masih belum jelas. Jangan deketin Nadira dulu.]
Apa-apaan?! rasa marah, bingung, kesal juga sedih mendominasi seketika berkumpul menjadi satu.
Sepertinya Radit benar-benar bosan padanya.
Pertama, pria itu sengaja tidak ingin berduaan saja dengan Shahnaz sehingga meminta Dimitri membatalkan liburannya. Kedua, sepertinya Radit sudah merasa tidak memiliki perasaan lagi pada Shahnaz maka Radit enggan berdekatan dengannya.
Shahnaz mematikan alarm, lalu naik ke tempat tidur dengan perasaan sedih. Tapi tidak, Shahnaz tidak akan menunjukkan bahwa ia bersedih, tidak dihadapan Radit.
Shahnaz membuka nakas, mengambil asal satu novel untuk ia jadikan tameng. Shahnaz akan berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi. Ia mencoba bersikap seakan semua baik-baik saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu kalo udah bosen bilang aja!" Shahnaz berteriak marah. "Nggak usah kamu jadiin Dimitri tameng. Dimitri kamu suruh pulang buat temenin aku?! Ibu sendiri dirumah? Jangan bercanda! Bilang aja kamu nggak mau berduaan sama aku."
Radit masih tidak mengerti mengapa Shahnaz harus semarah ini. Ia benar-benar tidak paham dimana masalahnya.
"Didi, nggak gitu.."
"Reminder ponsel kamu, jangan deketin Nadira dulu itu apa maksudnya?! Kamu kalo udah gamau deket-deket aku yaudah bilang aja! Aku bikin kamu gatel-gatel apa gimana?! Alergi kamu deket-deket aku, hah?!"
"Didi, dengarkan saya dulu.."
Shahnaz mengibaskan tangan dan melengos malas. "Ah udahlah," mata Shahnaz seketika memerah menahan air mata yang tiba-tiba ingin menyeruak keluar tidak bisa ia tahan. "Kamu nggak perlu cari-cari kesibukan diluar kalo nggak mau ketemu aku." lanjutnya sedih dengan suara bergetar, tenggorokannya tercekat, "Aku aja yang pergi dari rumah ini. Ini rumah kamu, kok. Tenang, Mas, aku nggak akan minta apa-apa. Aku cuma minta hak asuh Dimi sama Dida aja cukup." Shahnaz mengakhiri kalimatnya dan hendak beranjak dari tempat tidur.
Mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut istrinya, emosi Radit seketika ikut tersulut.
Pria itu menahan istrinya untuk beranjak, menarik tubuh Shahnaz kemudian membaringkannya lurus-lurus. Dengan tergesa ia balut tubuh ramping itu membentuk gulungan dengan selimut lalu Radit peluk erat-erat agar wanita itu tidak bisa kemana-mana.