Extra - Another one [3]

Start from the beginning
                                        

Kabar dari Ginanjar tidak menjadikan semangat Shahnaz untuk berlibur surut. Shahnaz merasa masih memiliki harapan, ia masih bisa merayu suaminya itu. Tidak apa-apa, Shahnaz akan bicara dengan Radit dan suaminya pasti akan mengabulkan permintaan Shahnaz. Biasanya seperti itu, 'kan?

Namun ketika sampai dirumah, angan-angan Shahnaz kembali dihempaskan. Ketika mendapati anak sulungnya, Dimitri, ada disana.

"Ibuuu!" Dimitri menghambur ke pelukan Shahnaz tepat ketika Shahnaz membuka pintu.

Shahnaz tersenyum, merendahkan diri agar sejajar dengan si sulung lalu memeluk anak pertamanya itu erat sambil sesekali menciumi kepala anaknya.

"Dimi sayang, kenapa Dimi disini? Bukannya Dimi sama Dida pergi dengan Oma?" tanya Shahnaz penasaran.

Dimitri menyerukkan kepala di bahu sang Ibu. "Kata Bapak, Ibu nanti kesepian. Soalnya Bapak sekarang lagi banyak kerjaan. Jadi kan Dida sama Oma pergi lima hari dan itu akan lama, Dimi pulang aja temani Ibu."

Raditya ini benar-benar! Shahnaz menggeleng tidak habis pikir. "Ngasih waktu buat anak sulit, giliran anak mau seneng-seneng kok malah dihambat." Pikirnya kesal.

"Apa yang Bapak janjiin? Dimi nggak mungkin mau batalin liburan kalo Bapak nggak janjiin sesuatu, kan?" Shahnaz melepas pelukan dan memicing curiga pada si sulung, kemudian dibalas gelengan takut-takut dari Dimitri. "Nggak ada, kok."

Melihat itu, Shahnaz menjauhkan diri dan menutup wajah dengan kedua tangan, bertingkah dramatis dengan pura-pura menangis. "Oh, Ibu sedih sekali rasanya melihat anak Ibu sudah berani berbohong. Ibu takut sekali masuk neraka karena tidak bisa mengajarkan anak Ibu menjadi orang yang jujur."

Dan tidak berbeda jauh dengan sang pemilik bibit, buahnya ini, Dimitri, mudah sekali terjebak oleh tingkah tidak biasa Shahnaz, persis seperti Radit.

Dimitri seketika mendekat lengkap dengan wajah menyesal yang menggemaskan memeluk Shahnaz erat-erat dengan suara bergetar, "Ibu, dont cry. Ibu tidak akan masuk neraka. Jangan bicara seperti itu." cicit Dimitri sedih, "Maaf Dimi bohong, Bapak cuma janjiin Dimi boleh main games sepuasnya karena ini hari libur. Dimi udah jujur, Ibu jangan sedih lagi, Ibu tidak akan masuk neraka."

Shahnaz berjalan gontai masuk ke dalam kamar mandi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shahnaz berjalan gontai masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan wajah di wastafel, Shahnaz mendekat pada cermin untuk mengamati wajahnya, butuh waktu beberapa saat untuk ia tercenung, tidak ada yang salah, kok..

Setidaknya jika sangat malas, satu bulan sekali Shahnaz menjalani perawatan, dan wajahnya baik-baik saja. Meski telah kepala tiga, tapi sampai saat ini juga belum ada terlihat kerutan samar akibat tanda penuaan karena perawatan lengkap yang ia jalani.

Shahnaz lantas mundur dari cermin, memutar badannya, mengamati seksama dari atas hingga bawah, dan badannya masih sama saja. Tidak ada yang salah juga. Malah Shahnaz pikir akhir-akhir ini dadanya lebih besar dari sebelumnya dan ia merasa lebih seksi karena itu.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now