64 - Terungkap

5.4K 373 18
                                    

Melihat di mana helikopter mendarat, Sydney menatap suaminya. "Sayang, kenapa kita ke kapal pesiar? Kita tidak benar-benar ingin mengacaukan liburan Rayden dan Serena kan?"

Membantu istrinya turun dari helikopter, Ares tak langsung menjawab, tapi pria itu mengecup sekilas bibirnya. "Aku harus memastikan sesuatu jadi terpaksa mengacaukan liburannya,"

"Sayang! Jangan bercanda!"

"Kamu mau ikut aku atau tidak?"

Sydney menghela napas dan terpaksa mengikuti langkah suaminya menuju salah satu dek kapal. Di sana, tanpa kata, Ares langsung menggedor pintu dengan kuat. Sydney saja sampai terperanjat kaget mendengarnya.

Brak!

"RAYDEN BUKA PINTUNYA SEKARANG ATAU AKU DOBRAK DENGAN BULDOZER!!"

Mata Sydney hampir lompat keluar mendengarnya, wanita itu menatap Ares yang makin brutal mendobrak pintu. Sedangkan di dalam, Serena dan Rayden saling pandang. Mereka jelas mengenal siapa pemilik suara itu, tapi untuk apa dirinya datang dan mengacau? Rayden mengeraskan rahang, sebal karena Ares menyusul di waktu yang tidak tepat.

Pria itu melangkah lebar menuju pintu, tepat saat pintu terbuka, Rayden ingin menyemprot Ares dengan mengomel namun tertunda sebab Ares yang sudah lebih dulu memukul rahangnya. Rayden mundur beberapa langkah, di susul teriakan Serena dan Sydney yang kaget melihat Ares memukul Rayden.

"Hubby!"

Serena ingin memeluk lengan Rayden namun Ares menarik tangannya dan menyembunyikan wanita itu di belakang tubuhnya. "Jangan dekat-dekat dengannya!"

Serena mau pun Sydney saling pandang satu sama lain, "Dokter Ares, tolong lepaskan aku! Di sini ada istrimu dan kau melukai suamiku! Aku harus melihat luka suamiku!"

"Sekali aku bilang diam ya diam di belakangku!"

Serena kembali terkejut, untuk kali pertama, dia mendengar bentakan serta tatapan penuh amarah dari mata Ares. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, "D-Dok ...."

"Berhenti memanggilku Dokter! Kita harus pulang sekarang!!"

"P-pulang? Pulang ke mana? Di sini ada suamiku!!"

"Ke kediaman Ovallius!"

Deg.

Rayden yang hampir membuncah kan amarah melihat Ares menyembunyikan Serena kini membatu kaget. Serena dan Sydney juga merasakan hal serupa seperti yang Rayden rasakan, "Tunggu! Kediaman Ovallius? Untuk apa aku ke sana?"

"Karena kau Adikku! Kau tidak akan aku izinkan dekat-dekat dengan pria sialan ini lagi! Bisa-bisanya dia menikahi raga pujaan hatiku dan menghamili Adikku tanpa mempertanggungjawabkan perbuatannya! Dia tidak pantas untukmu! Kita pulang ke kediaman Ovallius, aku akan menjelaskan semuanya pada Papa dan Mama."

"Ares, kau tahu?"

Ares mengerutkan kening menatap ke arah Rayden, "Kenapa? Tak percaya jika aku tahu, di dalam raga Serena Yellen ada jiwa Serena Ovallius yang selama ini kami anggap sudah mati tertembak? Pengecut juga ya dirimu, Ray. Menyembunyikan fakta sebesar ini!"

Semakin kaget mendengar pernyataan yang Ares berikan, Serena sampai kehabisan kata-kata. "Aku juga baru tahu sialan! Aku baru tahu jika raga Serena Yellen di tempati jiwa Serena Ovallius! Kau tidak bisa membawa istriku!"

"Adikku bukan istrimu! Istrimu itu─"

Ares terdiam, dia menatap ke arah Sydney yang melipat bibirnya ke dalam. "Tunggu, lalu bagaimana konsep pernikahan kita?"

Tahu situasi makin panas, Serena berdehem. "Kita harus membicarakan ini dengan kepala dingin, mau duduk saja? Kita cari jalan keluar bersama-sama tapi jangan sampai menggulung emosi,"

"Aku setuju," Ares ini agak serakah, dia menggenggam tangan Serena dan merangkul pinggang Sydney. Membawa kedua wanita itu menuju sofa yang tersedia, meninggalkan Rayden yang ingin sekali memukul wajahnya seribu kali. Enak saja pria itu menggenggam tangan Serena!

Di sofa, mereka sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.

"Di raga Serena Yellen ada jiwa Serena Ovallius, di raga Sydney McKenna ada jiwa Serena Yellen. Pertanyaanku hanya satu, di mana jiwa Sydney McKenna?"

Semua pasang mata menatap ke arah Sydney menunggu wanita itu untuk menjawab, "Dia sudah meninggal bunuh diri karena tidak mau di jodohkan. Dia sudah tidak ada di dunia ini, karena itu, jiwaku di tarik menempati raga ini."

"Berarti, tidak ada masalah dengan Sydney McKenna yang asli."

"Tapi, Dok─ maksudku, Ares, seperti katamu, bagaimana konsep pernikahan kita?"

Ares memijat pelipisnya yang berdenyut, "Kalau begini. Aku juga akan diam-diam mengurus pernikahan atas nama diriku dan Serena Yellen tanpa menghapus berkas pernikahan atas nama Ares dan Sydney. Kau juga Ray, bisa lanjut mengurus pernikahanmu dengan Serena Ovallius."

"Di mata semua orang, biarkan mereka tahu jika aku menikahi Sydney dan kau menikahi Serena Yellen. Cukup hanya kita berempat yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, setuju?"

"Setuju,"

"Satu lagi, jangan katakan yang sebenarnya pada keluarga Ovallius."

Ares memicingkan mata, "Kau takut pada keluargaku, Ray?"

"Bukan takut, aku tak ingin semakin banyak yang memonopoli istriku."

"Cih! Dasar posesif!"

"Kau akan menjilat ludahmu sendiri, Ares."

"Tidak akan!"

"Ck! Sana pergi! Kau datang hanya untuk mengacaukan bulan maduku dengan istriku!"

Ares memutar bola matanya malas, pria itu berdiri mendekat ke arah Serena lalu berlutut di depan kakinya. Serena sendiri hanya bisa menatapnya, menatap tangan besar Ares yang meraih kedua tangannya dan menggenggamnya dengan sangat lembut. Tanpa di duga, sepasang mata yang biasa tajam itu berubah berkaca-kaca.

"Kamu baik-baik saja selama ini, hm?"

Serena terdiam, dia menatap ke mata Ares yang menatapnya penuh rasa bersalah. "Maaf, maaf karena lalai menjagamu. Maafkan aku, harusnya, aku lebih memprioritaskan dirimu dari segalanya. Maafkan aku,"

Buru-buru Serena menggeleng, "Kak. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk menjagaku selama ini, maafkan aku yang selalu membuatmu kerepotan. Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu, Papa, dan Mama. Maafkan aku─"

Ucapan Serena terhenti saat Ares tiba-tiba menariknya ke dalam dekapan pria itu, tangis yang sejak tadi Serena tahan pun akhirnya pecah. Wanita itu membalas pelukan dari Kakaknya yang sangat dia rindukan, Rayden mau pun Sydney tahu situasi. Mereka berdua tak pantas cemburu untuk kali ini, karena yang tengah berpelukan sedang melepas rindu sebagai Adik juga Kakak yang sempat terpisah.

Apalagi, Serena Ovallius pernah di kabarkan meninggal karena tertembak. Menjadi luka terbesar untuk keluarga Ovallius, juga Ares termasuk. Sekarang, tahu Adiknya baik-baik saja meski di raga yang bukan miliknya, Ares merasakan bahagia dan lega. Dia tak lagi di hantui oleh rasa bersalah yang selama ini membelenggu dirinya, karena merasa gagal menjadi seorang Kakak.

Usai berpelukan dengan menumpahkan tangis, Ares beralih menatap Rayden. "Ray, aku titip Adikku padamu. Tolong jaga dia lebih dari kami menjaganya, cintai dia lebih besar dari dia mencintaimu, dan tolong kembalikan dia pada kami jika kau tak menginginkannya lagi, kembalikan dengan baik-baik."

Rayden yang biasa tak berekspresi lebih dengan sahabatnya ini, kini tersenyum tipis. "Kau jangan khawatir, aku akan menjaganya dengan semua kemampuan yang aku bisa."

***

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz