05 - Suamiku, ayo mandi

20.6K 950 9
                                    

Serena merasa tidurnya terganggu, gadis itu melihat Rayden yang tidur di sofa dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala. Melihat suaminya tertidur dengan tidak nyaman di atas sofa, Serena merasa kasihan. Gadis itu dengan pelan-pelan turun dari atas brankar, dia mendorong tiang infusnya juga dengan pelan-pelan agar tidak membangunkan pria yang dia tahu adalah suaminya tanpa tahu bagaimana kehidupan rumah tangganya.

Tapi, melihat Rayden yang mau menemaninya di rumah sakit, Serena berpikir, jika rumah tangganya dengan Rayden pasti harmonis. Dia tersenyum, suaminya sangat tampan, dia juga pasti romantis dan memperlakukannya dengan baik. Dengan hati-hati, Serena menaruh tiang infusnya di samping sofa, dia tidak membangunkan Rayden.

Tidak.

Dia malah membaringkan tubuhnya di sisa tempat samping Rayden, Rayden? Pria itu tentu saja merasakan pergerakan di sampingnya, dia cukup terkejut tapi berusaha untuk tidak membuat Serena bertanya-tanya. Dia mengulurkan satu tangannya untuk memeluk pinggang Serena agar tidak terjatuh dari atas sofa.

Dan Serena yang merasa ada tangan memeluk pinggangnya, dia mendongak, melihat Rayden yang tetap memejamkan mata. "Apa aku mengganggumu? Aku hanya tidak tega melihatmu tidur di sofa, jadi aku ingin menemani kamu tidur di sini."

Rasanya lucu, mengingat jika Rayden dan Serena tidak pernah berinteraksi sampai seintim ini sejak mereka menikah enam bulan lalu. Tapi karena amnesia, Rayden jadi bisa melihat sifat lain istrinya. Dan seharusnya, jika tidak tega, Serena bangunkan saja Rayden dan mengajaknya untuk tidur di brankar yang jauh lebih luas juga empuk. Astaga, istrinya ini benar-benar seperti versi terbaru tanpa ingatan lamanya.

"Hm, tidurlah." Dengan mata yang tetap terpejam, Rayden bicara dengan suara beratnya. Serena pun tidak menjawab lagi, dia membawa tangannya yang terpasang infus dan meletakkannya di atas dada kiri Rayden.

"Tanganku yang di infus aku taruh di atas dada kamu ya,"

Rayden hanya berdehem, dia mengubah posisinya menjadi miring dengan hati-hati, "Kenapa berubah posisi?"

"Supaya kamu tidak kesempitan, sekarang tidur."

Serena tersenyum, dia merasa, dugaannya benar. Jika Rayden memang memperlakukannya dengan romantis, dia pun menyembunyikan wajahnya di depan dada bidang Rayden. Di mana, keduanya tidur dengan saling berpelukan untuk pertama kalinya setelah hampir enam bulan mereka menjadi suami istri.

Ini adalah rekor pencapaian yang sangat bagus, jika Brandon tahu, pria kemayu itu pasti akan sangat heboh meledek Ares yang sudah pasti merasa patah hati bukan main.

***

"Dok, Anda sudah datang pagi-pagi seperti ini?"

Tidak biasanya, Ares datang ke rumah sakit selayaknya Dokter pada umumnya. Pria itu tidak menjawab pertanyaan asistennya di rumah sakit, dia berjalan lurus dengan kedua tangan di dalam saku celana. Dia juga menaikkan satu alisnya saat melihat, depan ruangan VVIP, terdapat penjagaan yang sangat ketat.

Apa Rayden benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan Serena?

Ketika dirinya semakin dekat dengan pintu, seorang pria berbadan tinggi besar menghalanginya. "Maaf Tuan Ares, Tuan Rayden melarang siapa pun untuk masuk ke ruangan Nyonya sebelum Tuan Rayden memberi izin."

"Memberi izin? Apa Rayden ada di dalam?"

"Benar, Tuan."

Itu artinya, Rayden menemani Serena semalaman di rumah sakit. Sahabatnya itu, ternyata tidak main-main dengan ucapannya. Dia benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan Serena, kalau begitu, amnesia ada manfaatnya juga untuk mereka berdua. "Tapi saya harus tetap masuk, saya di sini sebagai Dokter."

Pengawal itu ingin melarang lagi, tapi Ares yang keras kepala tidak kehabisan akal hingga akhirnya, pengawal itu memberi kesempatan untuk Ares masuk. Ketika kakinya menginjak ruang VVIP, pandangannya langsung berfokus pada sofa. Dia melihat Serena yang tertidur dalam pelukan Rayden, "Kok sakit ya rasanya?" Dia menyentuh dadanya sendiri sebelum akhirnya memilih pergi alih-alih memeriksa kondisi Serena seperti yang dia sampaikan pada pengawal di depan.

"Tuan Ares, Anda tidak jadi memeriksa Nyonya?"

"Di tunda,"

Ares pergi meninggalkan para pengawal yang kembali siaga berjaga.

Sedangkan di dalam ruangan, Serena terbangun. Gadis itu memperhatikan wajah tampan suaminya yang tampak semakin tampan saat tertidur seperti ini, "Suamiku sangat tampan."

"Dari lahir," mendengar jawaban Rayden dengan kelopak mata yang perlahan terbuka, buru-buru Serena menjauhkan tangannya dari yang semula menyentuh pipi Rayden.

Dia juga cepat-cepat mendudukkan dirinya hingga membuat infus di punggung tangannya tidak sengaja terlepas, "Akh! Aduh,"

Melihat infus di tangan istrinya terlepas dan juga Serena yang meringis sakit, Rayden langsung ikut bangun. Dia berdiri, menggendong Serena dan membawanya ke atas brankar. Dengan cekatan, Rayden membuka laci nakas di samping brankar. Dia mengambil peralatan medis yang selalu tersedia di sana dan mulai memperbaiki infus yang tadi sempat terlepas.

Melihat betapa cekatannya Rayden memperbaiki infusnya, Serena dibuat terkagum-kagum. "Suamiku seperti Dokter,"

Gerakan tangan Rayden terhenti sejenak, pria itu tidak terkejut dengan Serena yang mengatakan jika dirinya seperti Dokter tapi terkejut saat Serena mengatakan suamiku, satu kata yang masih terasa asing bagi Rayden tapi entah kenapa, rasanya menyenangkan mendengar satu kata itu terucap dari bibir istrinya.

"Memperbaiki infus tidak hanya bisa di lakukan oleh Dokter,"

Serene mengangguk, "Kamu benar. Kan ada perawat yang juga jago pasang infus,"

Rayden tersenyum tipis tanpa menjawab lebih, dia meminta Serena agar berbaring di atas brankar dan melanjutkan tidur. "Tapi aku tidak mengantuk," Serena kembali duduk.

"Hm? Mau sarapan?" Rayden melirik jam di pergelangan tangannya, belum masuk jadwal sarapan di rumah sakit tapi Rayden bisa mempercepatnya jika sang istri memang lapar.

"No! Aku mau mandi!"

Satu alis Rayden terangkat, "Aku panggil perawat."

Kini, Serena yang mengerutkan keningnya. "Kenapa harus perawat? Kan ada kamu, suamiku. Kamu saja yang membantuku mandi, ayo!"

Rayden terdiam, pria itu meneguk air liurnya dengan susah payah. Hilang ingatan, ternyata tidak hanya membawa dampak baik untuk hubungan mereka tapi berdampak buruk untuk jiwa kelaki-lakian Rayden yang jelas normal. Dia ini pria dewasa, punya istri pula. Mana mungkin dia bisa menahan diri?

Ya memang sih, hubungan mereka sebelum Serena kecelakaan, terbilang dingin dan hambar. Tapi sekarang situasinya berbeda, Rayden mulai menyadari ada rasa ketertarikan dirinya pada sang istri. Dan Serena yang melihat Rayden tetap diam, mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Mereka ini kan suami istri, Serena pikir, sudah biasa untuk suami istri mandi bersama.

Mungkin lebih dari sekedar mandi bersama juga sudah mereka berdua lakukan, itu pemikiran Serena yang berbanding terbalik dengan faktanya. Sebab faktanya, jangankan mandi bersama atau bertukar peluh di atas ranjang, bergandengan tangan saja mereka berdua bisa di hitung jari, itu pun jika mereka mendatangi acara perusahaan saja, selebihnya, tidak pernah berinteraksi.

"Suamiku, ayo mandi!"

***

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now