54 - Siapa Dalang itu?

5.9K 523 50
                                    

"Minum?"

Sydney mendongak, dia tersenyum dan menerima uluran botol air mineral. "Terima kasih, Dok."

"Sama-sama, kamu mengenal mereka?"

Sydney yang akan membuka tutup botol mendadak menghentikan gerakan tangannya, "Ya. Bisa dikatakan begitu,"

"Bisa di katakan begitu?" Sydney tak menjawab, dia hanya tersenyum sembari meminum air mineral yang tadi Ares berikan. "Kau terlihat sangat terpukul atas kepergian Rayden, dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupmu?"

"Pernah, bahkan sangat penting tapi sekarang sudah tidak lagi."

"Karena dia punya istri?"

"Katakan saja begitu,"

Ares mengangguk, "Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"

"Mengikuti upacara pemakaman sampai selesai, aku harus melihatnya sendiri untuk terakhir kali."

Ceklek.

Keduanya menoleh ke arah pintu ruangan Rayden yang terbuka, di sana muncul Serena dengan kursi rodanya. Ares mau pun Sydney sama-sama berdiri, "Serena."

Tatapan Serena berpusat pada Sydney, "Aku ingin bicara denganmu."

Dengan cepat, Sydney mengangguk. Dia mendorong kursi roda Serena, menjauhi Ares yang terus menatap punggung keduanya. Setelah cukup jauh, Sydney berhenti mendorong. Dia pindah ke depan, berlutut di hadapan Serena. "Kau ingin bicara apa? Kau masih berduka, kita bisa bicarakan apa pun nanti setelah perasaanmu membaik."

Serena meraih tangan Sydney dan menggenggamnya, "Maaf. Maafkan aku, karena aku, pernikahan kalian hancur. Harusnya, aku memang tidak pernah hadir di antara kalian. Maafkan aku,"

Sydney membalas menggenggam tangan Serena, "Bukan salah siapa pun. Tidak ada yang ingin jalan hidup seperti ini, aku percaya takdir akan membawaku kepada kebahagiaan kelak walau bukan sekarang. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, Serena. Kau tidak salah, takdir yang membawa kita pada petualangan baru, kan? Kita bisa sama-sama merasakan di raga orang lain dengan kebahagiaan berbeda, jangan minta maaf."

"Aku tahu, kau jauh lebih terluka hari ini karena di tinggalkan oleh Rayden di saat ingatanmu kembali. Aku tahu posisimu sulit, Serena. Jadi jangan meminta maaf, tak ada yang salah, bukan salah dirimu mau pun Rayden. Aku menerima takdir hidupku, kamu juga harus menerima takdir hidupmu. Aku turut berduka cita atas kepergian Rayden, aku ikut sedih melihatnya pergi begitu cepat."

Sydney memeluk Serena yang tentu saja wanita itu balas dengan erat, tangis Serena kembali pecah dalam dekapan Sydney. Begitu pun Sydney yang berusaha menahan air matanya tapi tidak bisa, "Sakit, hatiku sangat sakit."

"Aku tahu, kamu akan sembuh lambat laun. Ingat ya, akan selalu ada aku di sisi kamu. Kamu bisa anggap aku sebagai Kakak, raga ini lebih tua dari usiamu. Untuk Rayden, dia akan menjaga anak kalian di surga sana. Rayden dan anak kalian akan bahagia di tempat baru,"

"SERENA! JANTUNG RAYDEN KEMBALI BERDETAK!"

***

"Menyebalkan! Apa kau menunggu aku dan istrimu yang sebenarnya akur dulu baru mau melewati ambang kematian?"

Serena memukul punggung tangan Rayden yang masih memejamkan mata, dia kaget sekaligus bahagia mendengar teriakan Ares tentang jantung Rayden yang kembali berdetak. Hanya saja, sangat lambat. Bisa dikatakan jika Rayden koma saat ini, "Jika tahu kau ingin melihatku dan Serena Yellen akur lebih dulu, harusnya kau beri kami kode, tapi kodenya jangan kode kematian seperti ini. Kau membuat aku spot jantung,"

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaМесто, где живут истории. Откройте их для себя