43 - Penyesalan Rayden

7.9K 554 168
                                    

"Shit! Aku tidak bisa!"

Rayden memukul stir kemudi, pria itu menjatuhkan kepalanya di stir kemudi dengan air mata yang kembali menetes. Air mata yang selama ini tersembunyi rapat di balik sifat dinginnya, "Maafkan aku."

Kisahnya beberapa bulan lalu tepat sehari sebelum dia menikahi Serena Yellen terus menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya, apalagi, dia harus menikah dengan wanita yang memiliki nama serupa. Setiap hari, Rayden selalu di bayang-bayangi dengan penyesalan yang tidak pernah hilang bahkan sampai seumur hidup sekali pun.

Ares selalu menutup latar belakangnya, meski dia bersahabat dengan Rayden dan Brandon, bukan berarti dia memberi tahu, siapa nama belakangnya selain hanya nama Ares yang teman-temannya tahu. Jika dari awal tahu Ares itu Kakak tiri Serena Ovallius, gadis yang pernah melewati satu malam dengan Rayden, Rayden pasti akan meminta bantuannya untuk mempertemukan dirinya dengan Serena Ovallius dan meminta maaf atas segala kesalahannya.

Bayangkan, Ares saja menutup rapat latar belakangnya dengan begitu hebat, Serena Ovallius juga pasti bisa menutup rapat latar belakangnya tak kalah hebat sampai Rayden kesulitan mencari jejaknya. Rayden memutar kemudi, semula ingin pulang dan menyalurkan rasa panas di tubuhnya karena tantangan di acara reuni tadi, Rayden malah mengubah tujuan ke sebuah rumah abu.

Dia berjalan dengan pandangan kosong, melihat dua rumah abu yang berada di tempat berdekatan. Rayden mengangkat tangan, "Maaf. Aku memang pembunuh," Rayden membiarkan air matanya kembali turun. "Harusnya, aku tidak menunjukan diriku di depanmu hari itu sampai semua ini terjadi. Maafkan aku,"

"Rayden?"

Rayden terkejut setengah mati, dia berbalik badan. "Ares?"

"Kenapa kau di rumah abu Adikku dan keponakanku?" Rayden mengalihkan pandangannya, dia mengusap kasar air matanya. "Kau tahu sesuatu tentang mereka, Rayden?"

"Apa yang kau tahu tentang mereka, Ares?" Bukannya menjawab, Rayden malah bertanya balik.

Ares pun berdiri di samping Rayden, dia melihat lurus ke depan. "Adikku pernah menjadi korban pemerkosaan, tapi dia bilang, dia melakukannya dengan kekasihnya, tapi aku yakin, jika dengan kekasihnya, dia tidak mungkin sampai setrauma itu. Lalu, dia di nyatakan hamil dan keguguran di usia kandungan tiga bulan karena jatuh dari tangga rumah kami ...."

".... Benturan keras saat jatuh dari tangga, membuatnya tidur cukup lama. Semua itu Papaku gunakan dengan baik, Papa mendatangkan seorang wanita yang bisa menghapus memori lebih tepatnya membuat ilusi agar memori kelam Adikku hilang. Jadi kami bisa melihat Serena kembali tersenyum setelah semua memori kelamnya hilang,"

Deg.

"Dia tidak tahu pernah hamil?"

"Tidak, ingatannya di hapus. Papa melakukan segalanya untuk mengembalikan Serena kami tapi kenapa dia harus pergi dengan cara tragis seperti itu? Aku tidak pernah ikhlas, Ray."

Kedua tangan Rayden di sisi tubuhnya terkepal erat, "Ares. Kau bisa pukul aku, tidak, bunuh saja aku."

Ares menatapnya, "Apa maksudmu?"

"Aku .... Aku yang menghamilinya dan tanpa sengaja membuatnya keguguran karena pertemuan kami hari itu,"

Bugh!

Rayden hanya diam meski sudut bibirnya mengeluarkan darah, "Aku sudah memukulmu, jangan bercanda hal yang di luar batas, Rayden! Jangan membebani Adikku yang sudah pergi!"

"Aku tidak bohong, aku berani bersumpah, Ares. Aku yang menghamilinya,"

Bugh!

"Dua pukulan cukup? Sekarang, ayo kita pulang, kau sudah terlalu melantur, Ray."

"Aku yang menghamilinya, Ares." Rayden melirih dengan tatapan kosong, kali ini, Ares merasa kemarahan yang lebih membuncah. Dia mencengkeram kemeja Rayden dengan erat dan akhirnya tercium aroma selain parfum dari pakaian pria di depannya ini.

"Kau mabuk, kau memang selalu bercanda kalau mabuk, aku pasti gila kalau percaya ucapanmu." Ares kembali melepas cengkeraman tangannya di kerah kemeja Rayden, pria itu terkekeh sembari menyugar rambutnya. "Ayo pulang, aku yang antar. Bahaya kalau kau nekat menyetir sendiri, istrimu bisa memukulku dengan golok."

"Ares, aku tidak bercanda. Serena hamil anakku,"

"Oh astaga, istrimu hamil?" Ares tetap tidak percaya, dia mengenal Rayden bukan pria bajingan yang tega lepas tanggung jawab setelah menghamili seorang wanita.

"Bukan istriku, tapi aku yang menghamili Adikmu. Adikmu hamil anakku, anak kandungku."

"Kau mau mati? Jangan bercanda, Rayden!!"

"Aku tidak bercanda!"

Ares menarik tangan Rayden, mendorong pria itu saat sudah menjauh dari rumah abu Adiknya hingga jatuh terduduk. "Mau aku pukul berapa kali lagi sampai kau berhenti bercanda?"

Rayden berdiri, dia pergi ke mobilnya dan membuka dashboard. Dia memberikan sebuah flashdisk, langsung saja Ares ikut kembali ke mobilnya untuk mengambil laptop. Dia memasang flashdisk dan melihat apa isinya, di saat itu juga, urat lehernya mengetat, dia melempar laptopnya hingga mengenai kepala Rayden.

"Bajingan! Kau pria paling sialan, Rayden!"

"Benar, Ares, aku sialan, aku bajingan. Bunuh saja aku,"

Ingat? Rayden pernah mengatakan jika dia tak bisa jadi Dokter seperti Ares, dia bukan penyembuh melainkan pembunuh. Dia pernah bertemu dengan Serena Ovallius secara tidak sengaja di rumah sakit, dia melihat Serena Ovallius yang masuk ke ruang kandungan. Tentu saja segala kecurigaannya mulai bermunculan, dia pun mendekati Serena Ovallius hari itu namun sayangnya, Serena tak mengingat dirinya karena malam itu, dia mabuk.

Serena hanya ingat, dia bangun dengan tubuh tanpa pakaian sehelai benang pun tapi dia tak bisa mengingat wajah pria yang menyentuhnya. Sampai hari itu, seorang pria tiba-tiba mendatanginya dan memaksa dirinya untuk melakukan tes DNA pada kandungannya. Serena ketakutan, dia takut jika pria ini akan menyakiti bayinya.

Di tengah ketakutannya, dia pulang dan banyak melamun. Di waktu makan malam, Serena enggan naik lift dan akhirnya dia menuruni tangga. Serena yang terus melamun memikirkan pertemuannya dengan Rayden, membuatnya kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh dari tangga. Ingatan saat dia setubuhi, terbangun tanpa pakaian, dan keguguran, semuanya hilang karena Papa yang ingin membuat putrinya bisa kembali ceria.

"Andai aku tidak mengingat Serena istrimu, kau sudah mati di tanganku, Rayden."

Rayden menatap Ares, "Maafkan aku. Aku kalut, aku kaget saat melihat wanita yang pernah melakukan itu denganku datang ke ruang kandungan. Aku hanya menanyakan tentang kehamilannya, aku tidak menyangka jika menjadi pembunuh darah dagingku sendiri."

"Istrimu tahu, Ray? Istrimu tahu tentang dirimu yang pernah menghamili wanita lain?"

Rayden terdiam, "Tidak."

"Kau akan memberi tahunya?"

"Iya .... Mau bagaimana pun, istriku harus tahu jika aku pernah memiliki anak dengan wanita lain meski aku menjadi pembunuh anakku sendiri."

"Kau siap di benci olehnya, Ray?"

"Siapa yang siap di benci istri sendiri? Tapi ini konsekuensi atas apa yang sudah aku lakukan, harusnya, aku tidak menikahinya hari itu dan bertanggung jawab padanya."

"Kau menyesal menikah dengan Serena?"

Rayden tertegun.

***

SPAM KOMENT UNTUK SELANJUTNYA!!!

Papayy!

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now