10 - Karena Alergi

14.5K 848 205
                                    

"Kenapa tuh muka?"

"Diam!"

Brandon terkekeh, "Sorry buat yang tadi. Aku tidak tahu kalau Serena ada di kamarmu,"

Rayden mengangguk sekilas, dia mengambil minuman kaleng di atas mejanya dan menenggaknya dalam sekali tenggakan. "Sepertinya, hubungan kalian memiliki kemajuan yang sangat-sangat bagus."

Rayden tidak menjawab, dia hanya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa setelah tadi susah payah mengendalikan diri dari godaan nyata di depan mata. Dia mendadak melihat tangannya sendiri, tangan ini, tadi tidak sengaja menyentuh masa depan dirinya, mengingat itu, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis.

"Sekarang senyum-senyum sendiri, kayaknya pengaruh Serena yang sekarang memang luar biasa."

Rayden langsung menghilangkan senyumnya, "Ada apa ke sini?'

"Wah, santai, bro." Brandon dengan gaya kemayunya tersenyum penuh arti ke arah Rayden, tentu saja Rayden merasa curiga pada pria yang bisa di bilang menyerupai wanita itu.

"Apa?"

"Habis di kasih jatah ya?"

Tang!

Rayden melempar kaleng di tangannya yang sudah kosong hingga mengenai kepala Brandon, "Kalau datang cuma untuk membicarakan hal tidak penting. Silakan pergi," Rayden berdiri dan pergi meninggalkan Brandon yang tertawa terbahak-bahak. Dia senang menjahili Rayden mau pun Ares.

"Sepertinya, aku melihat buih-buih cinta. Haha,"

Dia merasa lucu, pria seperti Ares dan Rayden sepertinya akan mencintai satu wanita yang sama. "Untung aku suka pria," bisa bahaya kalau Brandon lurus dan ikut suka Serena juga.

Sebelum pergi, pria kemayu itu menghampiri pelayan yang sedang melakukan pekerjaannya di bagian dapur. "Dengar," sontak, para pelayan itu berbalik badan dan membungkuk sopan di hadapan Brandon.

"Iya, Tuan?"

"Jangan sekali pun membicarakan tentang masa lalu pada Nyonya kalian, meski Nyonya kalian yang bertanya lebih dulu, jangan menjawab sembarangan. Kalian paham?"

"Paham, Tuan."

"Bagus!"

Brandon pergi setelah memberi peringatan pada para pelayan di kediaman Rayden meski Brandon yakin, Rayden pasti sudah lebih dulu memberikan perintah yang mirip. Jujur, sebagai seorang sahabat yang mengetahui bagaimana perjalanan hidup Rayden hingga akhirnya, Brandon bisa melihat senyum Rayden lagi. Dia tentu saja ingin mempertahankan kebahagiaan sahabatnya itu.

Sebab, jika dengan hilang ingatan Rayden bisa bahagia dengan Serena. Maka biarlah gadis itu terus hilang ingatan.

***

"Serena, sudah waktunya makan malam."

Sejak pulang dari rumah sakit, Serena terus tidur dan sulit sekali di bangunkan. Bahkan, Rayden telah menyelesaikan pekerjaannya yang asisten Eros kirim melalui Email dan Serena tetap enggan bangun dari tidurnya. Tapi Rayden tidak lelah, dia duduk di tepi ranjang dan terus mengusap pipi Serena dengan lembut. Kalau di usap lembut, yang ada, Serena malah semakin nyenyak tertidur.

"Hei, bangun."

Serena menggeliat, gadis itu membuka perlahan kelopak matanya dan terdiam memandang wajah tampan Rayden. "Apa aku baru saja melihat pangeran?"

Rayden menahan senyum mendengarnya, "Bangun. Kamu harus makan malam,"

"Oh Hubby ternyata," Serena pun mendudukkan dirinya. "Hubby,"

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon