18 - Makna Cemburu

10.7K 613 77
                                    

Di luar hujan deras, Serena melirik suaminya yang tengah sibuk bermain dengan laptopnya. Karena bosan, Serena berpindah duduk ke samping Rayden yang langsung menoleh ke arah dirinya. "Ada apa?"

"Aku bosan,"

"Mau tidur?"

Serena menggeleng, gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Rayden sembari memperhatikan layar laptop. "Kamu lagi apa?"

"Kerja," Satu tangan Rayden mengusap kepala istrinya begitu lembut.

"Kerja? Syukurlah, kamu sudah tidak pengangguran lagi. Jadi aku tidak perlu memikirkan tentang biaya listrik setiap bulan,"

Rayden menahan senyum, dia tidak menjawab ucapan istrinya dan kembali sibuk bersama laptop hanya dengan satu tangannya. Karena tidak ingin mengganggu suaminya yang tengah mencari nafkah, Serena pun pergi, dia naik ke atas ranjang dan ikut sibuk memainkan ponselnya. Sesekali Rayden menoleh ke arah istri kecilnya itu.

Di beranda pesan, Serena tengah bertukar pesan dengan kedua sahabatnya.

Jenna: Hujan-hujan begini enaknya di peluk sama Prof Rayden

Serena mengerucutkan bibirnya, dia tidak suka saat gadis lain terang-terangan memuja suaminya tapi Serena juga sungkan untuk meng-ulti Jenna terkait pernikahannya bersama Rayden.

Iviana: Gue dong ....

Jenna: Kenapa lo?

Iviana: Lagi makan mie instan

Jenna: Dih, kirain lagi di peluk cogan

Serena hanya menyimak percakapan kedua sahabatnya itu, dia merasa kadang lucu dengan tingkah keduanya, kadang juga kesal karena Jenna yang terus membahas tentang Rayden.

Iviana: Pikiran Jenna emang cogan terusss!

Jenna: Suka-suka Jenna dong, btw, di mana Serena?

Serena: Hadir

Jenna: Lagi apa nii?

Sebelum membalas, Serena melirik suaminya.

Serena: Lagi liat pria tampan

Iviana: HAHA BISA BERCANDA JUGA NIHH SERSERR

Siapa yang bercanda, toh Serena memang sedang melihat pria tampannya yang semakin tampan saat sedang fokus. Dan Rayden yang merasa terus di pandangi, mendongak, pria itu tersenyum ke arah Serena yang di balas senyuman manis Serena. "Hubby!"

"Hm?"

Serena melempar ponselnya ke atas ranjang, gadis itu berjalan mendekati Rayden kembali dan berbaring tanpa izin dengan paha Rayden sebagai bantalan. Dia mendongak, menatap Rayden yang tersenyum dengan kepala menunduk. "Hubby tahu tidak?"

"Tahu apa?" Jemarinya yang panjang mengusap pipi kemerahan Serena dengan lembut.

"Kalau teman-teman aku suka Hubby semua,"

"Itu hak mereka,"

Kening Serena berkerut, "Hubby suka ya di sukai sama banyak perempuan?"

"Bukan suka, hanya saja, menyukai aku itu hak mereka dan aku tidak memiliki hak untuk melarang. Coba kamu bayangkan, jika aku harus melarang mereka satu persatu agar tidak menyukai aku, apa waktuku tidak akan terbuang sia-sia? Kecuali, kalau kamu mau aku mempublikasikan tentang pernikahan kita. Banyak dari mereka pasti memilih untuk mundur,"

Mempublikasikan status pernikahan mereka berdua? Serena tampak berpikir dengan keras, mempublikasikan pernikahan ada sisi positif dan negatifnya yang harus Serena pilah. Tapi Serena masih ingin kuliah dengan damai dan bisa mendapatkan gelar seperti suaminya, meski tahu, proses yang Serena lalui mungkin akan lebih berat dari proses yang suaminya lalui.

Alasan lainnya, Serena takut di santet oleh Jenna.

"Hubby jangan bersikap baik kalau di kampus!"

Satu alis Rayden terangkat, "Aku bersikap netral."

"Ish Hubby! Aku ini cemburu!"

Cemburu? Dalam benak, Rayden bertanya-tanya apalagi saat Serena bangkit dari atas pahanya dan memilih naik ke atas ranjang. Gadis itu juga menutup seluruh tubuhnya, membuat Rayden yang awam dengan kisah percintaan, membuka aplikasi google. Dia mengetik satu kata yang akan membuat Serena merasa perutnya tergelitik jika dia tahu apa yang tengah suaminya cari.

Ketiknya, cemburu.

Lalu muncul sebuah kalimat, cemburu itu tanda cinta mendalam dan takut kehilangan.

Bibir Rayden berkedut menahan senyum, dia menutup laptop dan menyusul istrinya naik ke atas ranjang. Dia juga memperbaiki selimut agar tidak menutup seluruh tubuh istrinya, "Selamat tidur, istriku. Mimpi indah,"

Serena yang masih pura-pura tidur, sekuat tenaga menahan rasa salah tingkahnya apalagi saat Rayden yang memiliki inisiatif mengecup keningnya, Serena sangat ingin meloncat turun dari ranjang dan berteriak karena salah tingkah, tapi dia berusaha keras menahan diri dan tetap pura-pura tidur sampai akhirnya, benar ketiduran.

***

"Nara?"

"Lizzy,"

"Ada apa? Kenapa wajahmu kusut?" Lizzy memboyong Nara ke dalam apartemennya, di mana beberapa jam lalu, Nara tiba-tiba menghubungi Lizzy dan mengatakan ingin bercerita sesuatu hal pada Lizzy.

Dengan wajah seperti menahan banyak beban, Nara menatap ke arah Lizzy. "Apa yang harus aku lakukan? Kamu tahu aku sangat mencintai Rayden, aku ingin memperbaiki hubungan kami, tapi sikap dingin Rayden selalu berhasil membuatku mati kutu."

Tanpa Nara tahu, di dalam hatinya, Lizzy mencibir. Dia telah memusnahkan banyak wanita yang ingin mendekati Rayden, dia juga sengaja mendekati mereka yang memiliki peluang untuk dekat dengan Rayden, sebelum mereka dekat dengan Rayden maka Lizzy akan lebih dulu memusnahkan mereka. Contohnya si gadis penggoda yang tewas di tangan Lizzy sesaat belum sempat menggoda Rayden.

Dan saingan terberat Lizzy hanyalah istri dari Rayden, Lizzy yakin, Nara belum tahu tentang pernikahan Rayden dan lebih baik tidak tahu. Lizzy tidak ingin Nara melakukan hal yang membuat Rayden mengalah lalu meninggalkan istrinya demi Nara, karena jika Nara sudah berada di dalam perlindungan Rayden, maka sulit untuk Lizzy memusnahkannya seperti betapa sulitnya Lizzy memusnahkan Serena Yellen.

"Nara, Rayden suka wanita yang menunjukkan perjuangannya."

"Maksudmu?"

"Bukankah Rayden telah kembali menjadi Dosen di kampus?" Nara mengangguk membenarkan ucapan dari Lizzy, "Kau ungkapkan saja rasa cintamu pada Rayden di depan mahasiswi kalian. Rayden pasti akan langsung mau kembali kepada dirimu," Sambung Lizzy memberi saran.

Yang lagi, Nara tidak tahu, jika Lizzy menyampaikan hal paling salah dalam mengambil tindakan. Sebab, Rayden paling benci pada wanita yang terang-terangan menginginkan memilikinya apalagi jika sampai mengungkapkan isi hati di depan khalayak ramai. Tapi Nara yang percaya pada Lizzy, kini tersenyum manis. Dia pun mengangguk.

"Aku akan mengungkapkan perasaanku pada Rayden besok di kampus, di depan semua mahasiswa."

"Bagus itu, Nara." Lizzy menahan tawa, dirinya yang melewati fase tumbuh kembang bersama dengan Rayden tentu saja paham seluk beluk Rayden. Dari apa yang pria itu sukai dan pria itu benci, juga nanti yang akan Nara lakukan adalah hal yang paling Rayden benci apalagi Rayden telah memiliki istri. Rayden akan mempermalukan Nara dengan kalimat penolakan.

Lizzy menatap kepergian Nara dengan senyum penuh artinya, Lizzy bersikap baik pada mereka yang ingin mendekati Rayden karena tujuannya adalah menghancurkan mereka sebelum mereka berhasil mendekati Rayden. "Jangan harap kalian bisa memiliki priaku, karena hanya aku yang boleh memilikinya."

Obsesi pada akhirnya tidak akan menemukan jalan untuk memiliki dengan tulus selain memaksakan kehendak. Lawan Lizzy yang sebenarnya bukan Nara, melainkan Serena, Serena Ovallius.

***

SPAM KOMENT UNTUK SELANJUTNYA!!!

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now