50 - Menyerahkan Jabatan

6.2K 512 67
                                    

Serena terdiam melihat siaran langsung di televisi tentang kemunduran Rayden dari jabatannya dan kini, jabatan Presiden Direktur Arter Group di gantikan oleh anak sulung keluarga Arter. Charles Arter. Serena di dalam kamarnya melihat apa yang terjadi, lalu tatapannya beralih pada piring berisi sarapan yang tadi Rayden berikan untuknya.

Kata kepala pelayan, Rayden hanya berdiri di depan sana sejak dini hari sampai pagi, bahkan sempat membelikan Serena sarapan. "Kau benar-benar mencintaiku?" Tapi kenapa rasanya, tetap mengganjal? Serena menyingkirkan piring berisi sarapan, dia memilih mematikan televisi dan mengurung diri di dalam selimut. Serena tidak memiliki suasana yang bagus untuk sarapan pagi.

Sedangkan di perusahaan Arter Group, usai pelantikan Presiden Direktur yang baru, Rayden meninggalkan acara setelah berbincang sebentar dengan Camille. Pria itu mengendarai mobilnya sendiri, dia melihat jam tangan yang menunjukkan waktu makan siang. Rayden mampir ke sebuah resto terkenal, dia membelikan makan siang dan mengantarkannya secara langsung ke kediaman Hadrian.

"Tuan,"

"Bi, ini makan siang untuk Serena. Apa dia sudah sarapan?"

Bibi menatap kasihan pada suami Nonanya ini, "Belum, Tuan. Nona tidak memakan sarapannya sedikit pun,"

Mendengar itu, Rayden menghela napasnya. "Bibi ada kertas dan pena? Boleh saya pinjam sebentar?"

"Boleh, sebentar, Tuan."

Kepala pelayan kembali datang dengan pena dan kertas, Rayden pun bergegas menulis sesuatu dan memasukannya ke paper bag. "Tolong berikan makan siang ini untuk Serena, pastikan dia makan siang ya, Bi. Sekali pun tidak memakan makanan dari saya, setidaknya Serena harus makan siang."

"Baik, Tuan. Bibi usahakan,"

"Terima kasih, Bi."

Kepala pelayan menunduk sopan dan masuk ke kediaman untuk memberikan titipan Rayden, di dalam kamarnya, Serena membiarkan kepala pelayan masuk mengantarkan makan siang. "Nona, Anda melewatkan sarapan tadi, Anda harus makan siang."

"Bibi tidak masak?"

"Ini dari Tuan Rayden, Nona."

Serena terdiam, "Terima kasih. Bibi bisa kembali,"

"Kalau begitu, Bibi permisi, Nona."

Serena membuka paper bag, dia melihat ada kertas di sana. Yang tertulis, Serena. Kesehatan lebih penting dari apa pun, kamu harus makan. Tidak apa-apa kalau tidak makan makanan dariku, tapi kamu harus makan. Aku mencintaimu, Serena mengepalkan kertas itu dan melemparnya. Dia mengalihkan pandangannya sembari turun dari ranjang.

Dia menyingkap sedikit tirai jendela, melihat Rayden yang betah berdiri dengan bersandar pada badan mobilnya. Hanya sebentar, karena Serena kembali ke ranjangnya dan melanjutkan tidur dengan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Di luar, Rayden pergi setelah langit mulai gelap. Pria itu tidak lupa membelikan makan malam untuk istrinya sebelum benar-benar pergi meninggalkan kediaman Hadrian, tapi belum sempat mobilnya pergi meninggalkan pekarangan kediaman, mobil yang ditumpangi Hadrian tiba. Rayden kembali turun, dia tersenyum sekilas ke atas Hadrian yang juga tersenyum padanya.

"Aku sudah mendengar cerita kalian, mau masuk Rayden?" Hadrian merasa tidak memiliki hak untuk menekan Rayden, dia hanya akan mengikuti apa keputusan putrinya setelah ini. Entah bertahan atau bercerai, Hadrian sebagai seorang Ayah, hanya tidak ingin membuat putrinya merasa tidak nyaman jika dirinya terus ikut campur.

"Tidak usah, aku harus kembali. Aku permisi, Pah."

"Ya, hati-hati."

Rayden pergi meninggalkan kediaman, membuat Hadrian bergegas masuk menemui putrinya yang kata kepala pelayan, tidak kunjung keluar kamar. "Sayang,"

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin