13 - Teman Latte

12.6K 738 15
                                    

Selesai makan siang, Serena bergelayut manja di lengan suaminya. Kalau begini, Rayden memiliki firasat buruk. Pasti ada sesuatu yang istrinya inginkan, sesuatu itu, kadang tidak bisa di tebak atau bahkan di luar dugaan manusia. "Ada apa?"

Serena tersenyum manis, "Hubby peka sekali." Dia pun menatap Rayden dengan pandangannya yang begitu menggemaskan, "Aku mau teman Latte yang banyak."

"Teman Latte?"

"Iya! Pokoknya, Hubby harus membelikan teman Latte untuk aku! Yang banyak! Empat!" Setelah meminta tanpa menjelaskan siapa Latte, Serena pun pergi meninggalkan Rayden menuju kamarnya. Dia ingin menghafal denah rumah ini, kalau tersesat lagi, sepertinya Serena membutuhkan Google map.

Dan di ruang tengah, Rayden mengeluarkan ponselnya. Dia menghubungi asisten Eros, "Eros. Beli empat Latte,"

"Iya, Tuan? Empat Latte? Kopi?"

"Pokoknya empat Latte, kalau salah, kau yang akan di marahi istriku."

Tut.

Di seberang sana, asisten Eros menatap nanar ponselnya. Dia pun berjalan meninggalkan ruangannya di kantor menuju cafe di dekat perusahaan, dia membeli 4 kopi latte dan membawanya ke kediaman sang Tuan. Sudah melimpahkan pekerjaan ke asisten Eros, meminta di belikan empat Latte tanpa menjelaskan Latte apa yang di maksud. Bahkan menumbalkan asisten Eros agar jika salah, asisten Eros yang di marahi oleh Serena.

"Tuan,"

"Bagus, cepat sekali." Rayden mengambil alih kopi latte yang asisten Eros bawa, dia hendak naik ke lantai atas tapi Serena sudah lebih dulu mendatanginya dengan wajah penuh keringat. "Kamu kenapa?"

Serena menatap Rayden, gadis itu melewati Rayden dan asisten Eros lalu menjatuhkan dirinya di atas sofa. Dia merasa sebal, "Aku tersesat. Kenapa juga kamu harus membuat rumah yang besar seperti ini?!"

"Tersesat?"

"Iya! Aku mau ke kamar, tapi aku tersesat."

Asisten Eros menahan tawa tapi injakan di kakinya, membuat dia langsung memasang raut wajah serius seperti biasa. "Oh iya, ini pesanan kamu."

Serena tersenyum manis hingga senyumnya memudar, "Ini apa?"

"Latte, kopi latte."

"Kok kopi?! Aku bukan mau kopi!!"

Nah kan, nah kan. Rayden menatap tajam asisten Eros yang menggaruk tengkuknya, "Kamu bilang mau empat Latte, Serena."

"Iya, itu Latte!"

Serena menunjuk ke arah pelayan yang kebetulan hendak melintas dengan membawa kandang kelinci. Rayden juga asisten Eros menoleh, keduanya mengerjap. "Kelinci itu namanya Latte?"

"Iya! Aku mau empat Latte supaya Latte tidak kesepian!"

Rayden memejamkan matanya sejenak, "Baik. Semua ini salah Eros,"

Kok saya, Tuan? Dalam hati, asisten Eros ingin menangis saja rasanya. Dia masih muda, tapi sepertinya akan tua lebih cepat.

"Kok salah Om Eros?"

Om Eros? Ya Tuhan!! Tolong berikan kesempatan untuk asisten Eros kabur dari situasi ini, asisten Eros tidak menyangka jika Nyonyanya yang setelah kecelakaan mengalami amnesia, kini malah hobi mengobrak-abrik kesabarannya yang setebal dompet sang Tuan. "Karena dia yang membelinya, kamu marahi saja."

Sekarang, Rayden yang kembali menumbalkan asisten Eros padahal dia yang menyuruh membeli Latte tanpa menjelaskan Latte yang di maksud itu apa. "Ini bukan salah Om Eros! Ini salah Hubby! Harusnya Hubby yang beli sendiri supaya tidak salah! Hubby menyebalkan!"

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now