48 - Kebenaran

7.1K 513 41
                                    

"Rumah abu?"

Rayden melepaskan rangkulan tangannya pada pinggang Serena, pria itu mendekati rumah abu wanita pertama untuknya juga calon anaknya yang gagal lahir sempurna ke dunia. Dia tersenyum, "Ini anakku yang ingin kau tahu dan dia adalah Ibu dari anakku."

Sepasang mata Serena tampak memandang kosong, "Mereka sudah meninggal?"

Rayden mengangguk, "Benar."

"Ray, kau baik-baik saja?"

"Sudah jauh lebih baik sejak bertemu denganmu yang memberikan warna baru untukku,"

Serena tidak lagi bicara, dia cukup terkejut saat tahu jika wanita masa lalu suaminya ternyata sudah meninggal. Tapi rasanya tetap sulit untuk menerima kenyataan jika suaminya pernah memiliki anak dengan wanita lain, "Kau masih mencintainya, Rayden?"

"Mereka memiliki posisinya sendiri di hatiku tapi perlu kau tahu, posisi mereka tidak akan pernah mengganggu posisimu di hatiku."

Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyum miris, "Tapi kau pernah mencintainya?"

Rayden menghela napasnya dengan berat, "Aku tidak tahu tentang apa itu cinta dulu. Hatiku sudah lama mati karena obsesi ingin memiliki jabatan tertinggi di perusahaan, hatiku sudah dipenuhi dendam sejak dulu, sampai aku lupa yang namanya cinta. Tapi malam itu─" Rayden menyadari jika ucapannya akan melukai Serena, dia pun mengurungkan niat untuk lanjut bicara.

Dan Serena menyadari jika Rayden ragu untuk bercerita, "Tidak apa. Ceritakan saja, aku lebih suka tidak ada rahasia di antara kita yang kelak akan semakin melukai aku atau pun kamu. Karena kamu tahu, Ray? Akan jauh lebih menyakitkan jika aku tahu masa lalumu dari orang lain,"

Itu benar, tahu dari orang lain, bukan hanya hati yang sakit tentang fakta masa lalu tapi juga sakit saat ingat jika Rayden tak perna langsung bercerita padanya. Karena tak langsung bercerita, maka Rayden tak pernah menaruh kepercayaan pada dirinya selaku istri pria itu. Hatinya tentu saja sakit, membayangkan jika dirinya bukanlah rumah ternyaman untuk suaminya berpulang.

"Serena, malam itu terjadi saat aku belum menikahi dirimu. Aku tahu, aku salah karena melakukannya dalam keadaan sadar, bukan dalam pengaruh alkohol."

"Kau mengkhianatiku bahkan sebelum kita menikah?" Serena tersenyum kecut.

"Bukan begitu, kamu tahu? Dulu aku dipenuhi dendam dan kebencian, aku mengakui kesalahanku, yang menikahimu hanya karena sebuah perjanjian untuk naik jabatan. Tapi asal kamu tahu, aku sudah membatalkan perjanjian itu. Aku mencintaimu,"

"Mencintaiku?"

"Sangat-sangat mencintaimu,"

Kenapa rasanya tidak melegakan? Serena malah merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya seperti rasa .... Cemburu?

Cemburu pada siapa sebenarnya Serena ini?

Harusnya dia merasa sedikit lega karena Rayden mencintainya tapi rasanya tetap menyakitkan.

"Kau tidak mencintai wanita itu, Rayden?"

Rayden memilih diam.

"Kenapa diam?"

"Jawabanku akan melukai hatimu,"

Serena tersenyum, dia mengulurkan tangan untuk menyentuh dada bidang Rayden. "Tidak masalah, terluka di awal sudah biasa, ini ujian dalam rumah tangga kita kan? Aku akan menerimanya jika aku mampu, jadi aku ulangi pertanyaanku, kau mencintainya?"

Pikirannya berkelana ke masa setelah satu malam itu terlewat, "Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, dia tidak pernah lepas dari pikiranku. Aku terus memikirkannya, aku terus mencarinya tapi tidak ada anak buahku yang berhasil menemukannya tapi setelah tahu nama belakangnya, aku jadi tidak kaget kenapa dia begitu sulit di cari."

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now