47 - Skin To Skin

7.3K 477 34
                                    

"Serena, Rayden hanya butuh skin to skin untuk penyembuhan. Dia tidak butuh obat, jadi obat terbaiknya hanya pelukan secara langsung yang mempertemukan kulit dengan kulit tanpa penghalang pakaian."

Anggap Ares ini Dokter abal-abal, dia bahkan tidak memeriksa Rayden dengan semestinya tapi dia melakukan tugasnya sebagai teman dengan baik yaitu membantu pendekatan sahabatnya dengan istri pria itu. Dan Serena, dia tidak berniat bertanya tentang kondisi Rayden tapi Ares asal menjelaskan yang membuat pipinya merona.

"Harus skin to skin? Tidak bisa yang lain?"

Di atas ranjang, Rayden mendengar percakapan Serena dan Ares, pria itu menahan senyum, dia tahu apa tujuan Ares. "Tidak bisa, Rayden ini sulit sekali sembuh kalau demam. Dia juga pernah masuk ICU karena demam sebab obat tidak ada yang bekerja untuk kesembuhannya, dia hanya butuh skin to skin."

Baru saja Rayden bangga dengan niat sahabatnya, tapi kini di buat jengkel karena ucapan Ares yang sungguh berlebihan. Mana ada cuma demam sampai masuk ICU, belum lagi dirinya yang kebal obat, fitnah itu. Tapi Serena percaya ucapan Ares karena Ares ini kan Dokter, dia pasti lebih berpengalaman dari Serena yang baru calon Dokter.

"Kira-kira, berapa lama Rayden bisa sembuh?"

Ares berpikir, "Dua bulan!"

Mata Serena mau pun Rayden sama-sama memelotot, mana mungkin cuma demam sampai butuh 2 bulan untuk sembuh. Rayden menatap penuh kekesalan pada Ares yang tersenyum penuh arti, "Ha? Benarkah? Selama itu?"

"Ya, seperti yang saya katakan. Rayden ini kalau sakit tidak mempan hanya dengan minum obat untuk sembuh, karena tidak ada lagi kepentingan untuk saya tetap di sini, saya pamit."

"Baik, terima kasih, Dok."

"Eh satu lagi, ingat ya! Skin to skin atau pelukan tanpa penghalang apa pun, ingat ya! Di ingat, sampai sembuh! Kalau bisa terus aja jangan cuma sampai sembuh,"

Pipi Serena merona, telinga Rayden juga ikut memerah kalau begini. Haruskah dia bersyukur dengan niat sahabatnya untuk membantunya dekat kembali dengan Serena? Atau menendang bokongnya karena secara tidak langsung, Ares mengerjai dirinya. Setelah wujud Ares si Dokter abal-abal tak lagi terlihat oleh mata, suasana kamar berubah canggung. Serena mengingat bubur yang dibuat Bibi kepala pelayan, dia pun mendekat dan duduk di tepi ranjang di mana Rayden duduk bersandar.

"Bibi sudah membuat bubur untuk kamu,"

Rayden tersenyum tipis, dia membuka mulut saat Serena menyuapinya. Sekarang, Rayden tahu sedalam apa rasa penyesalannya karena pernah mengabaikan istrinya juga menikahinya untuk mencapai suatu tujuan. Serena memiliki hati yang sangat tulus, dia masih bisa menyuapinya dan merawatnya yang sakit dengan baik, terlepas dari bagaimana Rayden melukai hatinya.

"Masih sakit?"

Serena mengerutkan kening, dia menatap Rayden. "Kamu yang sakit, kenapa tanya sakit ke aku?"

"Bukan tentang demam,"

"Lalu?"

"Yang semalam, kewanitaan kamu masih sakit?"

Blush.

Rona merah di pipinya yang baru hilang kini kembali menjalar, dia menunduk sembari mengaduk-aduk bubur padahal Rayden tidak suka bubur di aduk. "Sudah tidak,"

"Benarkah? Aku rasa, aku terlalu kasar semalam."

"Tidak, kamu melakukannya dengan lembut."

Rayden kembali menahan senyum melihat Serena yang keceplosan dan segera memukul bibirnya beberapa kali sampai Rayden menahan tangannya, "Jangan di pukul lagi. Biar aku aja yang cium bibir kamu,"

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang