28 - Bukan Yang Pertama

9.4K 614 59
                                    

"Kita sambut, Presiden Direktur Arter Group yang baru, Tuan Rayden Schuyler De Arter!"

Serena memasang wajah masam, dia berbisik pada Papanya dengan mengatakan ingin ke toilet. Papa sudah mengajukan diri untuk mengantar, tapi anak gadisnya ini menolak dan berkata bisa sendiri. Papa pun membiarkan saja, hitung-hitung supaya anaknya bisa beradaptasi di sini dan di sini juga pastinya aman, Hadrian tidak perlu khawatir.

Di atas panggung, melihat istrinya berjalan menjauhi acara, Rayden bergegas ingin menyusul dan meninggalkan acara. Wilson Arter ingin marah pada putranya yang seenak jidat pergi, tapi dia harus menjaga imagenya di depan semua tamu penting. Dia pun hanya bisa tersenyum sungkan mengingat tentang putranya yang asal pergi.

Mengikuti langkah istrinya dari belakang, Rayden tak bisa menahan senyumnya. Baru beberapa hari tidak bertemu istrinya, kenapa Rayden serasa tidak bertemu bertahun-tahun dengan istrinya? Apa ini yang sering orang-orang sebut sebagai rindu? Entahlah, Rayden hanya terus mengikuti langkah Serena dan Serena yang mulai merasa ada yang tidak beres, menghentikan sejenak langkahnya.

Gadis itu merasa seperti ada yang mengikutinya, instingnya kuat, dia berancang-ancang ingin menendang seseorang yang mengikutinya dengan sepatu haknya. Tepat saat berbalik badan dan ingin menendang dia yang mengikutinya, langsung dia urungkan. "Hubby?"

Rayden tersenyum, pria itu mendekat ke arah Serena. Dia hanya diam di depan Serena sampai Serena berinisiatif memeluknya lebih dulu dengan erat, "Hubby rindu aku ya?"

Bibir Rayden berkedut menahan senyum, rasanya sudah sangat lama tidak melihat tingkah absurd dari istri kecilnya ini. "Hm,"

"Hm aja? Padahal aku juga merindukan Hubby,"

"Terima kasih,"

Serena mendongak tanpa melepas pelukannya juga Rayden yang membalas pelukan istrinya dan enggan melepaskan, "Terima kasih untuk apa?"

"Terima kasih telah merindukan aku," Rayden menundukkan kepalanya agar bisa bersitatap dengan mata indah istrinya.

"Hubby,"

"Iya?" Satu tangan Rayden terangkat, mengusap begitu lembut pipi istrinya yang mungkin merona tanpa bantuan perona pipi.

"Hubby bohong padaku?"

Kening Rayden berkerut, "Bohong? Aku bohong sama kamu?"

"Hubby bilang pengangguran, tapi kenapa bisa jadi Presiden Direktur?"

"Kapan aku pernah bilang kalau aku ini pengangguran?"

Tunggu dulu, iya juga ya. Kata pengangguran kan inisiatif Serena sendiri karena melihat suaminya yang terus menemaninya 24 jam tanpa pergi bekerja, "Jadi Hubby sebenarnya orang kaya? Tidak pengangguran juga?"

"Iya, kamu senang punya suami yang tidak pengangguran?"

"Senang dong! Aku bisa jadi pengangguran kan? Tidak perlu kerja untuk membantu bayar listrik?"

Rayden terkekeh pelan, "Tidak ada yang memintamu bekerja. Tetaplah di rumah, tunggu aku pulang kerja."

"Ay ay Hubby!"

Serena kembali menurunkan kepalanya dan menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami, dia begitu fokus mendengarkan jantung Rayden yang berdebar dengan normal. "Hubby,"

"Iya?"

"Aku bangga, selamat ya atas pelantikan untuk Hubby hari ini. Aku harap, Hubby bisa menjadi pemimpin perusahaan yang baik dan mengayomi."

Serena, andai kamu tahu jika suamimu menikahimu agar dia bisa mendapatkan dukungan penuh untuk menempati kursi presiden direktur di Arter Group, mungkin kamu akan merasakan apa itu kekecewaan. Karena pada dasarnya, Rayden menikahi Serena Yellen bukan karena cinta tapi karena Ayahnya yang memiliki jabatan kuat dan posisi penting di politik mau pun bisnis.

Perpindahan Jiwa Gadis Penggodaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن