29 - Anak Haram

8.5K 408 67
                                    

Rayden tengah mengusap lembut rambut panjang istrinya, namun layar ponsel yang menyala dan memperlihatkan nama kontak Ares sebagai penelepon, membuatnya terpaksa menjauh dari sang istri hanya untuk mengangkat telepon. Serena pun paham, dia memilih untuk berbaring sembari memperhatikan punggung Rayden yang membelakanginya, Rayden berdiri di depan jendela yang terbuka untuk menerima telepon.

"Ray,"

"Ya,"

"Alasanmu tak pernah menyentuh Serena bukan karena kau tidak mencintainya kan? Tapi karena Serena bukan gadis pertama untukmu sedangkan Serena mempersiapkan dirinya hanya untukmu agar dirimu menjadi yang pertama," 

Rayden terdiam mendengar pertanyaan tak terduga dari Ares, di mana secara refleks, dia menatap ke arah Serena yang langsung tersenyum ke arahnya. "Sepertinya kau terlalu banyak minum, Ares. Pulanglah, tidak perlu ikut acara sampai selesai."

"Ray, aku tidak bercanda. Aku benar-benar bertanya padamu karena aku masih menaruh rasa pada istrimu, aku tidak ingin gadis yang aku cintai terluka, Ray."

Rayden menghela napasnya kasar, dia mencoba tenang tapi kepalan di satu tangan tak bisa membohongi. "Kita pria muda yang banyak mengeksplor hal baru, Ares. Bukankah itu hal biasa?"

"Ray, aku tahu kau bukan tipe pria yang suka melakukan one night stand. Kau tidak pernah menjadi brengsek,"

Tidak pernah menjadi brengsek? Rayden memejamkan matanya sejenak, "Aku harap begitu. Pulanglah, jangan terlalu lama di acara tidak bermutu ini, kau jangan sampai mabuk, kau menyetir sendiri."

"Ini kebiasaanmu, Ray. Selalu mengubah topik pembicaraan jika kau memang salah, baiklah, aku akan mempersiapkan bahu untuk Serena jika sewaktu-waktu kau membuatnya menangis."

"Itu tidak akan pernah terjadi,"

"Meski dia datang dan meminta pertanggung jawabanmu, Ray? Kau yakin bisa tetap memilih istrimu?"

Rayden kembali diam dan di balas kekehan dari Ares, "Kau bahkan tidak bisa menjawabnya. Semua ini sudah terlalu jelas, lepaskan Serena, jangan melukainya semakin dalam dengan tetap mempertahankan pernikahan kalian."

"Kau tidak memiliki hak atas pernikahanku, Ares."

"Baik, aku salah. Jaga pernikahanmu dan pastikan istrimu selalu bahagia, aku tutup."

Tut.

"Hubby, kenapa wajah Hubby berubah serius sekali?"

"Tidak ada, kamu mau istirahat?"

***

Di tempat acara, Hadrian kelimpungan mencari keberadaan putrinya yang tidak kunjung kembali padahal bilangnya hanya ingin ke toilet. Hadrian yang panik, langsung menghubungi anak buahnya agar mereka bergegas melacak tiap CCTV di gedung hotel ini. Tak butuh lama, laporan dari anak buahnya langsung dia terima.

Dia melihat bagaimana putrinya berpelukan dengan Rayden dan berakhir masuk ke dalam lift. Lift berhenti di lantai 10, Hadrian pun beralih membuka CCTV lantai 10 yang di kirimkan anak buahnya tapi tak lama, di susul kirimin CCTV lantai 11. Anak buahnya mengatakan, Rayden dan Serena tidak di lantai 10 melainkan berada di lantai 11.

Tanpa berpikir jauh, Hadrian bisa langsung menebak apa tujuan Rayden melakukan semua itu. Dia pun tidak lagi menaruh kekhawatiran sebab putrinya akan aman bersama dengan Rayden, kini, Hadrian hanya perlu berbasa-basi dengan Wilson Arter yang datang mendekatinya. Wilson begitu ramah pada Hadrian, mana mungkin dia bersikap dingin pada calon Presiden Pasquale.

"Hadrian, di mana putrimu?"

"Bersama putramu,"

Sekarang, Wilson tahu alasan Rayden tiba-tiba pergi tadi, pasti dia melihat istrinya. Wilson merasa tidak lagi perlu marah, karena yang Rayden datangi adalah sosok gadis dari latar belakang yang kokoh. "Biarkan saja kalau begitu, mungkin mereka mau leluasa bermesraan." Wilson menimpali yang hanya di balas anggukan oleh Hadrian.

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now