24 - Tentang Pelantikan

9.2K 649 31
                                    

Rayden mendapat kabar jika sang Ayah sudah menunggunya di ruang kerja, tanpa membuang waktu, Rayden bergegas menemui Ayahnya. Suami dari Serena itu duduk berhadapan dengan Ayahnya, hanya ada dua alasan jika dirinya di panggil langsung seperti ini. Entah ada bisnis baru atau ada kesalahan yang dirinya perbuat.

Tapi kedua dugaan Rayden tidak tepat sasaran saat sang Ayah memulai pembicaraan, "Ayah sudah terlalu tua untuk menjadi Presiden Direktur. Ayah akan mempercayakan perusahaan padamu seutuhnya,"

Rayden menatap aneh Ayahnya, semudah itu? Rayden ingat, bagaimana mereka menghina posisinya di kediaman ini terutama di keluarga Arter. "Bisa aku percaya?"

"Tentu saja, lusa, kamu akan di Lantik sebagai Presiden Direktur Arter Group. Persiapkan dirimu,"

Setelah berbincang dengan singkat, Rayden keluar dari ruangan Ayahnya dan hal yang paling dia hindari tak terelakan. Seorang perempuan dengan dress tidur yang cukup seksi mendekati Rayden, "Ray? Kau akan menginap di sini?" Dia tersenyum manis ke arah Rayden yang bahkan muak hanya untuk meliriknya.

"Menyingkir,"

"Jangan terlalu ketus padaku, Ray. Aku ini Kakakmu juga,"

"Tidak ada seorang Kakak yang secara terang-terangan menyukai Adiknya, menyingkir, Lizzy!"

Benar, Lizzy adalah Kakak dari Rayden─ Lizzy Arter. Tetapi, hubungan keduanya bukan kandung melainkan tiri. Lizzy adalah putri kedua dari istri pertama Wilson dan Rayden adalah putra bungsu Wilson dari kekasih gelapnya. Ya, yang membuat Rayden membutuhkan pendukung kuat seperti Papanya Serena karena statusnya yang hanya anak haram di keluarga Arter menyulitkan Rayden untuk menguasai harta keluarga Arter.

Keluarga yang telah membuat Ibu juga kembarannya meninggal, Rayden menaruh dendam pada Wilson terutama semua keturunan Arter. Rayden tidak akan membiarkan mereka semua hidup bergelimang harta sedangkan Ibu dan kembarannya meninggal dengan tidak adil. Ingat, Rayden adalah seorang pendendam. Dia menginginkan balasan yang setimpal tidak peduli apa yang harus dia tumbal kan.

Sekarang, Rayden berada di satu tingkat lebih tinggi dari pada anak Wilson yang lainnya yang jelas, anak sah Wilson. Rayden yakin, setelah hari pelantikan selesai, anak-anak Wilson tidak akan tinggal diam. Mereka akan kembali mencecar Rayden, mendorong Rayden menuju kehancuran. Rayden .... Dia membutuhkan kekuasaan Hadrian. Hanya mertuanya yang bisa menjadi pondasi kuat dirinya sampai Rayden benar-benar memiliki segala aset keluarga Arter.

Alasan Lizzy tak bisa memusnahkan Serena karena orang tuanya, Wilson tidak akan tinggal diam jika Lizzy menyentuh Serena yang tidak lain anak semata wayangnya Hardian. Wilson membutuhkan koneksi Hardian untuk membantunya menjadi walikota dan naik sebagai wakil Presiden setelah masa jabatannya usai lalu Hardian akan kembali mencalonkan diri sebagai Presiden Pasquale Barat.

Lizzy harus bertindak dengan sangat hati-hati agar tidak membuat Ayahnya murka, jika Hardian marah akan kelakuannya maka hukuman dari Wilson jauh lebih mengerikan. Lizzy memang terobsesi ingin memusnahkan Serena tapi tidak dengan tangannya sendiri. Dia juga mengaku, jika dia mencintai Adik tirinya yang terlahir dari hubungan gelap Ayahnya bersama seorang desainer terkenal kota Yale.

Rayden terlalu tampan jika hanya dirinya anggap sebagai Adik, Lizzy ingin lebih. Dia juga tidak pernah bosan menggoda Adik tirinya tiap kali Rayden datang ke kediaman Arter, Rayden? Dia ingin sekali menembak Lizzy dengan senapan yang biasa dia gunakan untuk melepas penat di pelatihan menembak. Tapi Rayden masih memikirkan reputasinya di mata Wilson, Rayden tidak boleh cacat dengan catatan kriminal jika ingin menjadi pemilik semua aset Arter.

"Lizzy, Rayden."

Keduanya menoleh, menatap Ayah mereka yang datang. Lizzy juga tersenyum ke arah Ayahnya, "Ayah! Ada yang ingin aku bicarakan berdua dengan Rayden, bisakah kami bicara di kamarku?"

"Pergilah,"

Rayden memejamkan matanya dengan kedua tangan terkepal, sabar Rayden, hanya sampai lusa dirinya akan mengikuti semua ucapan Wilson. Setelah dilantik, Rayden akan menunjukan pelan-pelan sisi pemberontaknya. Dia tidak ingin rencana yang telah dia susun bertahun-tahun hancur hanya karena muak menghadapi Lizzy. Dia mencoba tenang dan mengikuti langkah perempuan itu ke kamar Lizzy.

Di dalam kamar Lizzy, Lizzy menutup pintu kamarnya tanpa mengunci. Dia duduk berhadapan dengan Rayden di sofa kamarnya, "Ray. Bagaimana kabarmu? Kau cukup sering menolak kunjunganku," Lizzy tersenyum sembari membuka kedua kakinya dengan lebar.

Rayden? Dia tidak melirik sama sekali, hanya menatap lurus yang pasti bukan menatap Lizzy di depannya. "Aku bukan tahanan, tidak perlu kunjungan."

Lizzy terkekeh pelan mendengar balasan dingin Rayden yang sudah biasa dia dapatkan, yang di mana, dengan sengaja, Lizzy menarik ke atas dress tidur seksinya hingga memperlihatkan pahanya yang begitu putih mulus. Tergiur? Jangankan tergiur, melirik sehelai rambut Lizzy saja Rayden muak. Dia hanya mengabaikan Lizzy yang tidak pernah kehabisan semangat.

Lizzy tidak suka saat Rayden tidak menatapnya sama sekali, dia pun menurunkan celana dalamnya tanpa berdiri. Sengaja memperlihatkan keindahan pusat tubuhnya yang selalu membuat banyak pria mengerang keenakan, "Ray. Kau tidak menginginkannya?" Lizzy dengan sengaja mengusap-usap miliknya sendiri.

"Tidak sama sekali,"

Lizzy tersenyum kecut, Rayden menjawab tanpa meliriknya sedikit pun dan Lizzy tidak kehabisan akal. Dia berdiri, berpindah duduk di samping Rayden. Bahkan, Lizzy sengaja melebarkan pahanya dan memasukan satu jarinya ke dalam miliknya sendiri. Dia terus mendesah untuk menggoda Rayden yang sampai detik ini, tidak tergoda sedikit pun, malah semakin muak.

Rayden melihat jam di pergelangan tangannya, sudah 10 menit. "Aku pergi," dia berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan Lizzy yang menganga tak percaya. Lizzy ingin sekali memaki Rayden tapi nafsunya yang tinggi dan sudah berada di ujung, membuat Lizzy mengurungkan niat. Dia pun mengunci pintu kamarnya, melepas seluruh pakaiannya dan naik ke atas ranjang dengan membawa mainan kesayangannya.

Memasukannya ke dalam miliknya dan memasang pengaturan waktu yang cepat, Lizzy terus mendesah kan nama Rayden yang bahkan tengah santai mengendarai mobilnya menuju perusahaan. Jika yang melakukan aksi tadi istrinya, Rayden yakin 100 persen jika dirinya tidak akan mampu menahan diri. Dia pasti sudah menerjang istrinya tapi sayang, yang melakukan itu adalah Lizzy, wanita yang sangat Rayden benci dan tunggu kematian tragisnya.

Di pertengahan jalan, ponsel Rayden berbunyi. Ada panggilan masuk dari Ares dan Brandon, "Hm?"

"Kau akan dilantik?" Ares tidak berbasa-basi, dia menanyakan langsung ke inti yang membuatnya penasaran.

"Ya,"

"Oh my goodness! Serius? Keren sekali my duplicate of Apollo!!" Brandon seperti biasa, selalu semangat menanggapi.

"Berarti, kau sudah tidak membutuhkan Serena lagi?" Ares kembali bertanya.

"Apa yang akan kau lakukan Ares?" Tanya Brandon.

"Menikahi mantan istrinya Tuan muda Arter," jawabnya dengan santai.

"Apa kau mau mendapatkan bekasan?"

"Seperti yang kita tahu, segel Serena masih terpasang rapi."

Rayden mengepalkan tangannya dengan erat di kemudi, "Berani kau macam-macam pada istriku. Akan aku pastikan kau menyesal seumur hidup!"

***

Aku suka yang posesif begini NII😫😙

SPAM KOMENT GUYS!!

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now