45 - Malam Pertama

11.6K 631 133
                                    

Rayden berjalan keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidur yang sudah terpasang, pria itu menatap istrinya yang berbaring miring dengan memejamkan mata. Rayden pun duduk di tepi, dia mengulurkan tangan dan mengusap sisa air mata yang baru dia sadari ada di pipi istrinya.

"Kamu menangis?" Rayden tahu istrinya tengah tidur, tapi dia tetap mengajaknya bicara yang sebenarnya, Serena juga tidak tidur. Dia terjaga sejak Rayden masuk kamar dan memilih langsung membersihkan diri alih-alih mendekati Serena untuk mengecup keningnya seperti biasa tiap kali Rayden pulang kerja, tapi Serena memilih pura-pura tidur untuk mengalihkan rasa sakit di hatinya.

"Serena, maafkan aku. Kesalahanku pasti sangat fatal untukmu," Dalam pura-pura tidurnya, sekuat tenaga, Serena menahan tangis. Rasanya sangat sakit, membayangkan jika suaminya benar-benar memiliki wanita lain. Apa ini yang di rasakan Ibu sambungnya, Sistine? Ibu sambungnya yang di khianati suami sendiri, lebih parahnya, suami dengan Adik kandungnya sendiri ya meski berawal dari ketidaksengajaan.

Rayden menarik napas, dia menunduk untuk mengecup kening Serena namun urung saat tangan Serena mendorong dadanya agar menjauh. "Jangan menciumku!" Rayden terkejut melihat istrinya yang ternyata tidak tidur, lebih terkejut saat Serena malah menolak untuk dirinya cium.

"Serena?"

"Menjauh sialan! Aku benci pengkhianat!"

Sepasang mata Rayden berubah dingin mendengarnya, "Siapa yang kau sebut pengkhianat?"

"Kau! Kau sialan, Rayden! Kau tega mengkhianati pernikahan kita dengan memiliki wanita lain! Atau, kau akan datang dengan wanita itu ke hadapanku dengan membawa seorang anak, apa kalian akan mengatakan semua itu padaku?"

"Serena, kau mimpi buruk?"

Serena mendudukkan dirinya, dia memukuli dada bidang Rayden. "Aku harap semua ini hanya mimpi buruk, Rayden. Tapi ini bukan mimpi buruk,"

"Apa maksudmu?"

"Aku mendapatkan semua ingatanku,"

Deg.

Rayden membatu, dia mencoba menggenggam tangan Serena tapi terus di tepis. "Serena, kau mendapatkan ingatanmu kembali?"

"Ya! Aku mendapatkan semua ingatanku yang hilang, ingatanku tentang kau yang menikahiku hanya untuk naik ke jabatan yang sekarang kau miliki, ah iya, aku baru sadar. Kau sudah mendapatkan tujuanmu menikahiku kan? Apa kau akan membuangku demi menikah dengan wanita lain yang mungkin sudah melahirkan anak untukmu?!"

"Serena!"

Rayden tidak suka saat Serena menyinggung tentang perjanjiannya dengan Hadrian yang jelas sudah batal sejak lama, "Apa? Sekarang kamu membentakku? Tidak terima kalau aku mengungkit tentang wanitamu yang sangat kamu cintai itu? Iya?!"

Rayden mengusap wajahnya dengan kasar, niat hati pulang agar bebannya berkurang dengan melihat istri cantiknya, dia malah pulang dengan beban yang bertambah. "Dengarkan aku dulu, semua tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Hentikan semuanya, Rayden."

"Serena," Nada suara Rayden mulai melemah, dia ingin menjelaskan tapi tak di beri kesempatan untuk menjelaskan. Dia juga tidak munafik, sosok istrinya yang memiliki sifat baru setelah amnesia, berhasil merobohkan benteng kokoh di hatinya.

"Rayden, ceraikan aku."

Sepasang mata yang mulai teduh, kini berubah tajam kembali. Dia tidak suka jika istrinya mengatakan tentang perceraian, "Tidak akan pernah ada perceraian."

"Aku yang akan menceraikanmu kalau begitu!"

Istrinya adalah wanita yang nekat, Rayden tahu itu. "Tidak akan pernah ada perceraian, kau dengar itu kan, Serena?"

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now