54 - Siapa Dalang itu?

Start from the beginning
                                    

Serena menghela napasnya, wanita itu mengecup kening Rayden sebelum berlalu pergi ke luar ruangan. Di luar, masih ada Sydney seorang diri karena sisanya tengah ke kantin untuk mengisi perut setelah lelah menangisi kematian Rayden tapi akhirnya, pria itu kembali bangun. "Sydney, atau aku harus memanggilmu apa?"

Gadis itu tersenyum, dia berdiri, mendorong kursi roda Serena ke dekat kursi tunggu. "Aku Sydney, jangan anggap aku Serena Yellen. Anggap saja jika Serena Yellen itu kamu atau kamu bisa anggap, Serena Yellen itu sudah mati. Terserah lah mau anggap apa, aku tidak masalah."

Serena tersenyum mendengarnya, "Terima kasih atas keluasan hatimu."

Sydney menggeleng, "Luas apa? Hatiku sempit,"

Sontak, keduanya terkekeh.

"Bagaimana kabar jiwa asli dari ragamu?"

"Raga ini?" Sydney menunjuk dirinya sendiri, "Sudah meninggal. Dia bunuh diri karena tidak ingin dijodohkan orang tuanya,"

"What? Apa kamu juga akan di jodohkan?"

"Sebenarnya engga, tapi aku yang minta. Anggap sebagai proses melupakan suami orang,"

Wajah Serena berubah sendu, "Maaf. Dia suamimu tapi aku berlagak seperti istrinya,"

"Hey! Apa yang kamu katakan? Dia jelas-jelas suamimu! Sudahlah, dia itu suami dirimu, suami dari wanita yang dia cintai. Aku mah cuma perantara,"

"Sydney,"

"Okay, aku salah bicara. Pokoknya, jangan merasa bersalah. Toh akunya juga baik-baik saja, terlepas dari masa lalu, kita bisa kan jadi sahabat? Tapi dengan syarat, jangan ada rasa bersalah atau kau menganggap aku ini istri Rayden. Aku bukan siapa-siapa dia, Rayden tak mengenal siapa Sydney. Sepakat? Deal?"

Serena tersenyum, dia merasa lucu dan akhirnya meraih uluran tangan Sydney. "Deal!"

"Semoga, aku cepat dapat keponakan."

"Sydney!"

Keduanya terkekeh bersama, setidaknya, melihat dari kejauhan bagaimana Serena tertawa, Ares merasa lega. Tapi anehnya, kenapa jantungnya berdebar keras saat melihat gadis di sisi Serena?

"Apa aku terkena serangan jantung?"

***

"Bagaimana?"

"Tidak ada jejak, Tuan."

Wilson dan Hadrian mengepalkan tangan erat, pelaku yang menabrak Serena dan Rayden benar-benar hilang bak di telan bumi. "Kalian yakin sudah menyelidiki semuanya dengan benar?"

"Sudah, Tuan. Mobil yang kedua pelaku gunakan adalah mobil hasil curian, mereka mengembalikan mobil pada tempat semula namun tidak ada jejak mencurigakan yang kami temui. Kedua pelaku juga pandai menghindari kamera pengawas,"

"Mereka bukan orang sembarangan,"

Wilson setuju dengan ucapan Hadrian, baru kali ini ada yang bisa melakukan kejahatan dan tak terendus oleh orang-orang seperti Wilson, Hadrian, juga Brandon yang ikut turun tangan. "Tetap lakukan penyelidikan sampai semuanya terkuak,"

"Baik, Tuan."

Kembali ke situasi rumah sakit, Ares berdiri di belakang Serena yang begitu betah menunggu di depan ruangan Rayden. Wanita itu selalu menolak untuk di bawa ke ruangannya kembali, "Serena. Kamu juga harus mendapat perawatan, jangan terus di sini."

Serena mendongak ke arah Ares, dia tiba-tiba ingat tentang Ares yang mencintai Serena Yellen. Apa itu masih berlaku untuk sekarang? Serena penasaran, "Ares."

"Iya?"

Serena menimbang-nimbang, haruskah dia katakan atau urungkan saja. Tapi terlanjur penasaran, Serena mendongak. "Ares, kau masih mencintai Serena Yellen?"

"Uhuk! Uhuk!"

Prang!

Di belakang, Sydney menjatuhkan kotak yang dibawanya dan Ares yang langsung tersedak mendengar ucapan tak terduga dari Serena. Serena sendiri hanya memiringkan kepalanya, apa ada yang salah dengan pertanyaan dirinya? Kenapa dua orang itu malah tampak salah tingkah? Telinga Ares memerah, wajah Sydney juga memerah.

"Serena, Rayden baru kembali dari kematian, tidak mungkin kan kau mau mengajak aku selingkuh?"

Serena mengerjap, "Ha?"

***

Perpindahan Jiwa Gadis PenggodaWhere stories live. Discover now