BAB SEMBILAN PULUH LIMA

Start from the beginning
                                    

"Okay, QB, I know what you're thinking, but no," kata Benny yang melihat tatapan nakal pria itu. Rex mulai membuka tali dan kancing gaun pendek linen yang dikenakan Benny dengan tangannya dan Benny menatapnya dengan tatapan marah. "Rex, kamu tidak mendengarkanku."

"I'm really am not planning to listen to you, except when you moan my name, Bean," kata Rex dengan nada parau dan menggoda.

"Kita—aku dan kamu—akan terlambat, do you not get it?"

"Kalau kamu terus mencoba mengatakan hal yang sama—sure, we'll be late."

Benny menggerutu sementara suaminya terkekeh, "Rex," bisik Benny ketika pria itu menunduk dan melumat salah satu payudaranya dibalik bra tipis yang ia kenakan. Benny menggigit bibirnya menahan suara erangannya sementara Rex mulai memainkan payudaranya yang lain. "Fine, do it fast."

"Fast? I don't want to do anything fast with you. Including making love, Bean," kata Rex.

Benny memegang kedua pipi Rex dan menatapnya, "QB, I swear to God, if you're not going to do it fast, you'll sleep in the sofa tonight."

Rex kembali terkekeh dan memerintahkan wanita itu, "Naiklah ke pangkuanku, kita ke ranjang sekarang." Kedua tangan Rex sekarang memegang bokong Benny, sementara kedua kaki wanita itu melilit keseputar pinggang pria itu. Rex membawa Benny ke ranjang dengan cepat dan menurunkannya sehingga tubuhnya sekarang berada di atas wanita itu. Ia mencium bibir Benny kembali sebelum membuka kaitan bra dan menurunkan gaun yang dikenakannya, sehingga wanita itu hanya mengenakan celana dalam.

"Mine," bisik Rex di telinga Benny. Jari-jarinya menelusuri payudara Benny yang mengeras dan menggantikannya dengan lidahnya yang andal. Suara erangan wanita itu terdengar ketika Rex mengulum putingnya secara bergantian dan rambutnya sekarang ditarik oleh jari-jari wanita itu. "Good girl," kata Rex yang sekarang mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.

Rex tidak lagi memberikan perhatiannya kepada kedua payudara Benny dan sekarang mengecup pelan perut wanita itu lalu turun ke pinggiran celana dalamnya. "Open your legs for me, Baby."

Dengan patuh Benny melakukan apa yang Rex perintahkan, ia melebarkan kedua kakinya untuk pria itu. Jari-jari Rex menelusuri titik sensitif tubuhnya membuat Benny meneriakkan nama suaminya lagi dan lagi. "Wet. So wet, Bean."

Rex menarik celana dalam Benny kesamping sehingga ia dapat melihat reaksi tubuh Benny terhadapnya dan jari-jarinya bergerak untuk memuaskan titik sensitifnya perlahan-lahan. Benny mengepalkan tangannya di rambut Rex dan tidak lama pria itu menggantikan jari-jarinya dengan lidah. "Rex," kata Benny setengah memohon dan berteriak.

Lidah Rex mengulum klitorisnya dan kedua jarinya memasuki tubuh Benny bersamaan. Benny melengkungkan punggungnya ketika Rex memperdalam dan mempercepat setiap gerakannya. "Rex," teriak Benny ketika ia hampir mencapai puncak.

"Let go, Baby," kata Rex dan kedua jarinya mendorong masuk ke tubuh Benny sementara ia kembali menjilat titik sensitif wanita itu. Detik berikutnya Benny kehilangan semua kendali tubuhnya dan mencapai puncak orgasmenya. Rex menahan tubuh wanita itu yang bergemetar hebat sementara ia menjilat sisa bukti gairahnya.

"Please," kata Benny ketika wajah Rex sekarang kembali sejajar dengannya. "What do you want, Bean?"

"Not fair," bisik Benny ketika bibir pria itu yang telah bekerja keras kembali mendekat dengan bibirnya. "Hmm?" Rex menjawab menikmati ciuman mereka dan rasa wanita itu yang tersisa.

Sementara itu Benny menelusuri kemeja yang Rex kenakan turun ke celana pria itu. Dengan cepat jari-jari menemukan kaitan celana Rex dan mencoba untuk menurunkannya. "Bean—"

"I don't mean to rush you, QB, but time is not our friend now, and I need you desperately inside of me."

"Huh, desperately?" goda Rex kepada istrinya.

"Apa menurutmu dua jarimu cukup?" tanya Benny dengan kesal membalas pria itu.

"We've come a long way from virgin Benny the Bear to sassy wife to the quarterback."

"Ex quarterback," Benny membenarkan kata-kata Rex. Sekarang wanita itu mengambil alih dengan membalikkan tubuh mereka sehingga ia berada di atas Rex dan berkata, "Lay back. I want to be on top."

"Fierce, sassy, my wife," kata Rex yang sekarang terlihat terlalu santai sementara Benny mulai menurunkan celananya. Setelah celananya diturunkan ke pahanya dan kejantanannya yang mengeras sekarang terbebas, ia bertanya kepada Benny, "Are you going to open yours, Bean?"

"My underwear?" tanya Benny.

"Yes, show me everything."

"Can't do that, QB."

"Why not?"

"If we really don't have time, I'll wear this underwear all night," kata Benny. Wanita itu menarik celana dalamnya ke sisi seperti apa yang Rex lakukan sebelumnya dan memosisikan tubuhnya tepat di atas kejantanannya. Perlahan-lahan Benny membiarkan tubuhnya terbuka dan menerima kejantanan Rex. Beberapa kali Benny harus menyesuaikan posisinya dan Rex berkata, "Bean, relax. You don't have to take all of me inside of you."

Ketika tubuh Benny sekarang sepenuhnya dimasuki oleh Rex, ia bergerak perlahan-lahan dan melihat wajah pria itu yang memujanya. Ia menunduk dan menggesekkan payudaranya di dada pria itu sementara dirinya terus bergerak menemukan irama yang ia sukai. "Come inside of me and I'll be the nicest girl all day. I'll tuck in my underwear in place again and only you will know that you left something behind. I'll be wet all day because of you, Rex."

Rex mematuhi wanita itu dan bergerak bersamaan dengan irama tubuh istrinya yang semakin liar. Ia mendorong tubuhnya masuk dan melihat Benny di atasnya meneriakkan namanya berulang kali. Ketika ia mencapai puncaknya, Benny menahan tubuhnya di dalam wanita itu. "Bean," bisik Rex dengan parau.

Sesuai dengan kata-kata Benny, wanita itu mengembalikan posisi celana dalamnya ketika ia mengeluarkan kejantanan Rex dari tubuhnya. Rex menatap celana dalam itu yang sangat basah karena bukti gairahnya sendiri dan berkata, "Bean, I don't think I can survive the whole night if you wear that god damn wet underwear."

Benny yang sekarang telah melangkah turun dari ranjang tersenyum puas membelakangi pria itu, "Your fault, QB. You could've wait, but you're so impatient."

"Kamu menghukumku?"

"Ya."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now