BAB DUA PULUH ENAM

2.3K 453 42
                                    

"Aku baik-baik saja," kata Faye kepada Emily Lark, istri Hardin Lark, tight end cadangan Patriots yang memeluknya sekarang dengan hangat karena prihatin akan keadaannya.

Emily berkata, "Pria itu bodoh, Faye. You're better than any woman out there. You're incomparable."

"Aku tahu," jawab Faye yang sekarang menangis dan membasahi kaus yang dikenakan temannya. "Tapi... aku... tidak bisa melakukan apapun kalau Rex ingin bersama dengan wanita itu.... He's so happy with her. Aku melihat mereka di apartemen Rex semalam. Apartemen yang masih penuh dengan barang-barangku."

Taylor Raven, tunangan, Francis Lamar guard utama Patriots terlihat sangat marah ketika mendengar kata-kata yang baru saja diucapkan Faye, "Oh, Faye, bagaimana bisa Rex dengan mudah melupakanmu? The apartement you share with him and your things are still there—you have the right to tell that woman to get out. Kenapa kamu tidak mengusirnya?"

Faye menatap Taylor dan berkata dengan sedih, "She's also pregnant. Aku tidak ingin menyakiti Benny. Ia tidak salah apapun. Aku yang salah."

"Faye, ini tidak benar," sekarang kata Gianna Raquel, teman dekatnya yang juga terlihat marah kepadanya. "Kamu tidak perlu memikirkan siapapun, terutama wanita yang telah mengambil Rex darimu. Apa kamu yakin dirinya benar-benar hamil?"

"Ya," kata Faye dengan sedih. "She's four month pregnant, just like me."

"Rex adalah pria berengsek karena telah menidurimu dan wanita itu."

"Rex tidak salah. Empat bulan yang lalu aku tidak cukup jelas dengan perasaanku dan menolak hubungan dengannya. I was not ready, I told him. It was his right to seek comfort to other women."

"Ya, sampai kamu memberikannya kontrak empat ratus juta dolar untuk bermain sebagai starting quarterback Patriots, bukan? He was ready to settle because of the contract you proposed to him. You gave him the world, in return, he was still looking for others," ujar Sonya Lim, presiden Yayasan utama New England Patriots dan juga salah satu investor terbesar tim yang telah memenangkan enam piala Super Bowl.

"Sonya, ini bukan karena kontraknya," kata Faye. "It's just me, I'm the problem."

"Aku tidak melihatnya seperti itu. Ia menggunakanmu dan sekarang mengkhianatimu, Faye," Sonya berkata dan menatapnya dengan kasihan.

Faye memegang dadanya dan berkata, "Aku tetap mencintainya dan aku tahu ia akan kembali kepadaku. Aku hanya perlu melewati ini semua sendiri dan melihatnya dengan wanita lain untuk sementara."

"Oh, kita tidak akan membiarkan hal itu terjadi," kata Taylor.

"Tidak apa-apa," kata Faye. "Kalian tidak perlu melakukan apapun. I can handle this on my own—" Tapi sebelum Faye menyelesaikan kata-katanya Gianna kali ini memotongnya dan berkata, "Oh, no, Faye, we're going to help you. Kita akan memastikan wanita itu meninggalkan Rex. You desevered so much better than him, but you're pregnant with his child. Setidaknya ia harus melihat wanita mana yang lebih baik. Kami akan memastikan kamu dilihat oleh Rex, Faye."

"Guys—" Faye menatap teman-temannya yang mengelilinginya di dalam box stadion utama Gilette yang di khususkan untuk keluarga pemain saja.

"Faye, tidak. Kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu. Kita akan memastikannya," kata Emily. "Aku punya ide—ini sedikit gila, tapi masuk akal."

"Apa?" tanya Taylor kepada Emily.

"This weekend we're going to do baking for charity to the children's orphanage, right? Bagaimana kalau kita mengundang istri baru sang quarterback untuk ikut serta," Emily berkata. Sonya Lim lalu menanggapi ide Emily dengan bertanya, "Dengan mengundang wanita itu, apa yang akan Faye dapatkan?"

"Kita akan menunjukkan siapa yang lebih baik di depan mata Rex," kata Emily.

Faye berkata kepada teman-temannya, "Guys, please, aku tidak ingin Benny disakiti."

"Ia tidak akan disakiti, hanya saja Rex akan perlahan-lahan melihat siapa wanita itu dibandingkan dirimu. You're baking your homemade red velvet cupcakes, right?"

Faye mengangguk dan menggigit bibir bawahnya dengan tidak yakin, "Biarkan aku berbicara kepada Rex dan mengundang Benny sendiri."

"Faye, kamu tidak perlu berbicara dengan pria berengsek itu, biar aku saja—"

"Tidak," Faye menggeleng. "Aku akan berbicara kepada Rex. Benny tidak akan datang kalau kalian yang memberitahunya. Aku yang harus mengatakannya, karena Rex harus percaya aku tidak memiliki dendam kepada Benny."

"Well, okay. Oh, semua anggota tim baru saja selesai dengan latihan mereka," kata Taylor yang menyadari kalau para pemain telah bubar dari formasi latihan mereka. "Faye, ini kesempatanmu untuk berbicara dengan Rex sebelum ia meninggalkan stadion."

"Ayo kita pergi," kata Sonya yang sekarang mulai mengambil tas mereka dan membuka pintu ruangan privat yang mereka tempati. Mereka semua dengan cepat berjalan ke arah lapangan stadion dan melihat beberapa pemain telah kembali ke ruang ganti.

Tapi ketika kaki mereka melangkah ke tengah lapangan, mereka melihat Rex tengah membicarakan strategi dengan Coach Andrew dan beberapa asisten pelatih lainnya. Rex telah membuka helm-nya dan terlihat berkeringat. Tapi pria itu terlihat sangat mengagumkan dan sangat tampan memakai seragam football-nya yang berwarna biru tua.

Sonya dan Emily mendorong Faye, "Girl, get your man."

Faye dengan panik membenarkan rambut panjangnya dan berjalan ke arah Rex yang sedang berbicara kepada ayahnya. Ketika ia mendekat, ia berdeham dan berkata, "Papa?"

"Oh, Faye," kata Andrew kepada anak perempuannya.

"Apa aku boleh berbicara dengan Rex sebentar?"

Andrew mengerutkan dahinya tapi ia berkata, "I'm almost done, but I can talk to Rex again tomorrow." Lalu Andrew berkata kepada Rex, "Mengenai latihan aku akan berbicara denganmu lagi besok, Rex. As for my daughter, stop breaking her heart. Get her back."

Andrew memegang bahu Rex yang memakai shoulder pad sebelum berbalik ke arah ruang staf Patriots di dalam stadion, meninggalkan Faye dan Rex di tengah lapangan. Dari kejauhan teman-teman Faye menatap interaksi mereka dan menunggu Faye.

Faye mendongak dan menatap mata biru muda itu yang dingin, "Hei."

"What?" tanya Rex dengan dingin.

Faye menutup matanya mendengar nada dingin pria itu kepadanya, "Just listen to me, okay. I want a truce."

"A truce?"

"Ya, aku tahu kalau semalam... aku... ya, kamu tahu apa yang aku lakukan. It's just not right for me to do that to you and Benny. Aku ingin memulai lagi. Aku ingin meminta maaf kepada Benny dan kepadamu. So, let's begin with this small truce, I'm offering. Bagaimana kalau akhir pekan ini kamu mengajak Benny ke baking for charity Patriots? I'll be there, everyone will be there, and they will see us okay. As friends. Bring your wife, Rex."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now