BAB LIMA

4.4K 839 89
                                    

"Get in, Bean," kata Rex kepada Benny ketika wanita itu hanya berdiri di depan mobilnya.

"I do not want to get in your car," kata Benny yang menggeleng ketika melihat mobil Ferrari F8 berwarna silver titanium—grigio titanium tahun terbaru.

"Ini adalah mobil yang sangat aman dan canggih untuk membawa wanita hamil, Bean."

"This is just a very expensive toy, " kata Benny kepada Rex yang terlihat bingung.

"It is a five hundred thousand dollars car, Bean," kata Rex.

Rex membuka pintu penumpang yang terlihat begitu futuristik dan Benny tetap diam ditempatnya. "Bean, I'm taking you home."

Mereka berada di pelataran utama lobi apartemen pria itu dan Benny sama sekali tidak berniat untuk menuruti perintah sang quarterback sekarang. "Aku akan mengambil bus, Rex. Selamat malam." Benny membalikkan tubuhnya dan siap berjalan ke arah jalan utama menuju bus stop terdekat kembali ka asrama untuk para mahasiswa magang di Boston Children's Hospital.

Tapi tentu saja Benny tidak akan dibiarkan pergi begitu saja oleh Rex. Pria itu menutup kembali pintu mobilnya dan berlari ke arahnya. "Scott Bennett, please, jangan buat aku mengejarmu!"

"Jangan memanggilku Scott Bennett hanya untuk memperjelas amarahmu!"

"Okay, fine, Bean—for fuck sake, why are we taking the bus?" tanya Rex yang akhirnya telah menyamai langkahnya dengan wanita itu. Mereka berjalan menuju bus stop terdekat dan Rex menunggu jawaban Benny. Tapi Benny sibuk melihat jadwal bus berikutnya dan Rex bertanya lagi, "Bean, we can Uber."

"Bus berikutnya yang akan mengantarku ke rumah sakit akan datang sepuluh menit lagi, Rex. Kamu bisa kembali ke apartemenmu."

"No, I will take you home. Tapi kenapa kita harus menggunakan transportasi umum, Bean? Ada banyak cara yang lebih mudah untuk mengantarkanmu pulang. One of them is using my Ferrari."

Benny melihat jam tangannya dan mengingat nomor bus yang akan sebentar lagi berhenti untuk mengangkat penumpang termasuk dirinya, ia lalu menghadap Rex dan berkata, "Go home, I am going to be fine. Aku tidak akan menikahimu."

"You will," kata Rex sangat percaya diri. "And no I won't, aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri. Terutama menggunakan transportasi umum yang sangat tidak layak untuk wanita hamil."

"Sejak kapan bus menjadi tidak aman untuk dinaiki wanita hamil, Rex?"

"Semenjak aku mengatakannya."

"Well, can I just say, your ridiculous sport's car is far more dangerous than the bus—as public trasnportation. Pulanglah sekarang, Rex," balas Benny.

"Tidak. Anak kita harus dilindungi," kata Rex dengan keras kepala. "Kamu harus aku lindungi."

Benny mendesah dan memutuskan tidak ada gunanya ia melarang pria itu. Beberapa menit kemudian bus tiba dan berhenti tepat di bus stop tempat mereka menunggu. Benny membiarkan beberapa orang di depannya untuk masuk terlebih dahulu. Tapi ketika ia baru saja akan melangkah masuk, seseorang menyerobotnya, hampir membuatnya terhuyung kebelakang dan Rex memarahi orang tersebut dengan berkata, "Watch out! She's pregnant with my child!"

Ia juga baru saja menyadari kalau tangan Rex berada diseputar tubuhnya dan dada pria itu sekarang membuat punggungnya dapat bersandar. "Hati-hati, Bean. Aku sudah bilang bus bukan transportasi yang layak untuk dinaiki oleh wanita hamil karena orang-orang bodoh seperti tadi."

Benny menjadi salah tingkah dan mengangguk dengan gugup, "Ya, terima kasih."

Rex memaksa untuk membayar dua tiket bus yang ia bayar dengan kartu kredit hitam Amex-nya dan berjalan ke dalam bus yang akan membawa mereka ke perhentian Boston Children's Hospital. Rex terlebih dahulu berjalan dan menemukan dua kursi kosong di belakang bus. Ia menunggu Benny yang tidak jauh dibelakangnya. "You go first Bean. Take the window seat."

"Aku baik-baik saja, Rex."

"Tidak, akan jauh lebih aman kalau kamu mengambil kursi di dekat jendela. Bagaimana kalau kamu jatuh kalau duduk di lorong?"

"Can you guys please hurry up and sit down?" tanya orang dibelakang punggung Benny yang menungu mereka duduk. Benny berhenti berdebat dengan Rex dan mengambil tempat duduk di dekat jendela karena pria itu sangat takut ia akan terjatuh bila duduk di kursi dekat lorong. Setelahnya Rex mengambil duduk untuk dirinya sendiri disebelah wanita itu.

Reginald Escara memiliki tubuh yang sangat besar dan tinggi, membuat tempat kedua tempat duduk itu terasa begitu sempit. Kedua kaki Rex dan Benny bersentuhan bersamaan dengan kedua lengan mereka yang sekarang menempel. Bus berjalan setelah semua penumpang naik dan sekarang membawa mereka mengelilingi kota Boston.

Benny tidak mengatakan sepatah katapun dan melihat ke arah jendela. Langit malam terlihat dipenuhi bintang-bintang dan bulan yang terang. Tapi kota Boston juga menjadi hidup karena lampu-lampu malam yang mulai menyala. Musim dingin akan sebentar lagi selesai, tapi cuaca kota Boston tetap dingin. Sementara Benny melihat ke arah jendela, Rex melihat wanita itu. Ia memastikan setiap supir bus menginjak rem tubuh Benny tidak terhuyung kedepan dan membahayakan dirinya sendiri.

Ketika napas Benny mengeluarkan uap, Rex menyadari kalau Benny sama sekali tidak mengenakan syal dibalik jaket dinginnya. Ia melepaskan syal wool berwarna hitam miliknya dan mengalungkannya ke leher wanita itu. "It's still cold even when spring is about to come, pakailah," kata Rex kepada Benny.

Benny mendongak untuk menatap mata biru Rex, "Apa syal ini yang pernah kamu pakaikan kepada Faye Reid?" tanya wanita itu.

Rex mengerutkan dahinya dan berkata, "Aku tidak pernah memberikan syalku kepada siapapun terutama Faye Reid."

"Kamu memberikannya ketika kamu dan Faye Reid berkencan kali pertama di Alfredo's," kata Benny. "Apa ini syal yang sama? Karena kalau ini syal yang sama yang pernah menghangatkan leher Faye Reid, aku menolak untuk memakainya."

Rex lalu menyadari pembicaraan mereka terdengar sangat konyol. Ia bertanya kepada Benny, "You're jealous, Bean?"

"No, I'm not," kata Benny dengan panik berkata mengelak perasaannya sendiri.

"Kamu cemburu karena kamu berpikir syal yang dilehermu sekarang pernah Faye kenakan. Just admit it, Bean."

"I'm not. This is the same shawl, right?"

Rex sekarang memosisikan tubuhnya sehingga ia berhadapan dengan wanita yang sekali lagi menyangkal perasaannya. Ia lalu menunduk dan kedua tangannya meraih syal wool yang telah terkalung di leher Benny. Ia mengaitkan kain itu keseputar leher Benny dan memastikan tidak ada bagian lehernya yang tidak tertutupi. "You need to be warm, Baby. Our child needs her mama to be warm to keep her or him growing strong in her tummy."

"Ugh, syal Faye Reid," kata Benny yang sekarang menyentuh kain tersebut dan ingin melepaskannya. Tapi jari-jarinya dihentikan oleh tangan Rex yang berada di atasnya, "Bean, apa kamu ingin aku mengakui beberapa hal kepadamu? Aku akan mengatakannya sekarang di tengah bus terkutuk ini. Kamu wanita pertama yang pernah tidur denganku. Not sex, just sleeping. Hanya kamu yang pernah tidur denganku. Kamu juga wanita pertama yang bercinta denganku tanpa aku menggunakan pengaman. Aku adalah pria sombong yang selalu berpikir dirinya dapat mengontrol hasrat seks. Tapi denganmu, aku kehilangan semua kontrol itu dan untuk kali pertama aku tidak berpikir ketika malam itu bercinta denganmu. Do you understand you're always going to be my first? That includes giving a shawl, Bean. It's you. Only you.

"Aku sangat yakin Faye Reid tidak pernah mengembalikan syal yang pernah ia ambil dari leherku itu. Ini adalah syalku yang lain dan baru kali ini aku memberikannya kepada wanita—satu-satunya wanita yang kuberikan adalah kamu."

Lalu Rex menggunakan kesempatan itu untuk berkata kepada Benny, "If you're that jealous of Faye, marry me. So, you can tell the whole world I'm your husband."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Onde as histórias ganham vida. Descobre agora