BAB LIMA PULUH TUJUH

2K 479 18
                                    

Tiga bulan yang lalu.

"She's in the hospital?" tanya Saint kepada Rex.

"Ya," kata Rex.

Saint menyipitkan matanya, "Why?"

"Ia terjatuh, Saint," kata Rex kepada Saint. "Are you coming in or not?"

Saint yang berada di luar apartemen Rex berkata, "Kita ke rumah sakit sekarang!"

"Saint, masuklah. Benny perlu beristirahat. Aku juga ingin terus menemaninya di rumah sakit, tapi aku harus berbicara denganmu terlebih dahulu. Kita berdua akan berbicara disini."

"Aku akan ke rumah sakit—"

"Kamu tidak akan dapat melihat Benny," kata Rex. "Berhentilah, Saint. She's really tired and she needs to rest. Ibuku menemaninya dengan Nick. Benny akan baik-baik saja. Semakin cepat kita berbicara semakin cepat aku bisa kembali ke sisinya. Please, do not waste my time."

"Kenapa ia bisa terjatuh?" tanya Saint yang sama sekali tidak peduli kenapa Rex ingin berbicara dengannya sekarang. "Jelaskan kepadaku atau aku akan pergi ke rumah sakit sekarang."

"Benny terjatuh di stasiun kereta karena ia ingin mengejar kereta terakhir ke New York."

"Why would she needs to go to New York?"

"Untuk ayahnya," kata Rex.

"What?"

Rex menjelaskan kepada Saint, "Ayahnya sakit Saint. Setelah pembicaraan ini selesai aku akan ke New York untuk memastikan William baik-baik saja dan memindahkannya agar ia dapat dirawat dekat dengan keluarga. So, for the love of God, Saint, let's finish this conversation. I told you to not waste my time."

Saint melihat kepanikan di mata sang quarterback dan ia bertanya, "Apa yang ingin kamu katakan kepadaku?"

"Bantu aku." Dua kata itu terucap dari bibir Reginald Escara membuat Saint terkejut. Pria yang selama ini memimpin tim Crimson High dan sekarang New England Patriots sebagai quarterback tidak pernah meminta bantuan kepada siapapun. Reginald Escara tidak membutuhkan bantuan ketika ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Pria yang selalu mendominasi semua orang di dalam ruangan, tidak pernah meminta bantuan, ia memerintahkan.

Saint mendengus dengan sinis, "Reginald Escara, the number one quarterback, meminta bantuan?"

"Ya," kata Rex dengan tegas.

"Apa aku sedang bermimpi sekarang?" tanya Saint dengan sarkastik. "Tidak pernah terpikir olehku hari ini akan tiba."

"Istriku—"

Saint memotongnya dengan berkata, "Bennynot your wife, but go on."

"Benny membutuhkanku," kata Rex.

Saint mengangguk, "Apa kamu baru menyadarinya sekarang?"

Rex menjawab dengan jujur, "Ya, aku tidak menyadarinya begitu saja. Membutuhkan waktu bagiku untuk mengerti betapa egoisnya aku selama ini."

Saint Michael Jr. menaikkan sebelah alisnya dan tidak percaya Rex sedang berbicara terbuka kepadanya. "Aku akan memberitahumu sesuatu mengenai keluargaku, Saint. Hal ini berkaitan dengan kematian adikku, Libby. Aku memiliki banyak saudara laki-laki. Di antara mereka, ibuku melahirkan Libby—satu-satunya adik perempuanku. We all loved her so much, because she's the only girl in the family. Libby adalah wanita yang periang dan sangat pintar. She's always one step forward than the rest of us. Aku dan adik-adikku kerap kali kalah dalam permainan melawannya. Chest, horse riding, tennis, bowling, except football—Libby akan memenangkannya. Ia sangat kompetitif dan kami sekeluarga tidak heran ketika tahu Libby diterima di Harvard. She's going to law school—first lawyer in our family. Ayah dan ibuku sangat bangga kepadanya. Libby baru saja akan memulai kuliahnya, ia sangat bersemangat memilih baju baru, buku baru, hingga pena baru yang ia akan bawa ke Escara House. Namun hari itu terjadi begitu cepat, tanpa kata yang terucap dan tanpa penjelasan yang pernah ditemukan. Bagaimana bisa aku dan semua orang tidak melihatnya? Libby ditemukan meninggal di kamarnya.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now