BAB SEBELAS

3.4K 718 29
                                    

"Saint," Benny memijat pelipisnya ketika mereka telah sampai di apartemen Rex dan menyadari kalau mereka telah meninggalkan Saint di rumah sakit. Rex mengerutkan dahinya selagi ia berjalan ke dapur untuk mengambilkan segelas air untuk Benny ketika wanita itu mengucapkan nama pria itu.

"Aku harus meneleponnya," kata Benny yang sekarang menyadari kalau dirinya hanya memegang paper bag berisi mini croissants yang dibelikan Saint untuknya. Barang-barangnya yang lain termasuk handphone-nya berada di dalam tas yang dibawa oleh Saint.

Ia memijat pelipisnya sekarang karena ia merasa lelah dan tubuhnya terasa aneh. "Hmm, Rex, apa aku boleh meminjam handphone-mu?"

Benny merasa pusing ketika ia mengambil duduk di kursi ruang tamu Rex dan bertanya lagi kepada pria itu, "Can I please borrow your phone?"

Rex berjalan ke arahnya dan memberikannya segelas air. Benny mengambilnya dan meminumnya berharap ia dapat mengembalikan energinya. "Please, Rex?"

Pria itu berkata, "Aku sangat yakin Saint akan baik-baik saja, Bean."

"No," kata Benny setengah berteriak tanpa ia sadari membuat Rex terlihat bingung. Matanya menatap pria itu sekarang ketika mendongak dan berkata, "I need to call Saint."

"Dan apa?" tanya Rex.

"Apa maksudmu, Rex?" kata Benny. Ia menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya, tapi Benny tahu ia terlalu lelah. Semua obat-obatannya berada di tas punggungnya yang dibawa Saint dan ia membutuhkan tasnya. Tapi Rex berpikir lain—pria itu berpikir kalau ia menginginkan Saint untuk datang ke apartemennya.

"Apa yang kamu butuhkan, Bean? Apa yang Saint dapat lakukan yang tidak dapat kulakukan?" tanya Rex. Ia tahu kesabaran pria itu telah habis dan sekarang terdengar marah kepadanya. Benny membuka paper bag berisi mini croissants dan mulai memakannya. Ia akan terlihat aneh, tapi akan lebih aneh kalau ia jatuh pingsan. Rex belum tahu. Rex tidak boleh tahu.

Setelah Benny menghabiskan beberapa mini croissants ia mencoba lagi dan bertanya kepada Rex, "Can I borrow your phone to please call Saint? Aku perlu Saint untuk menjemputku. Saint harus pergi kerja dan aku takut ia terlambat kalau ia tidak tahu kemana diriku—"

Rex yang sedari tadi berdiri, melihat wanita itu memakan mini croissants dan memaksa dirinya menelepon Saint sekarang tidak lagi bisa menahan kemarahannya yang sudah memuncak, "What the fuck, Bean? Aku bertanya kepadamu apa yang bisa aku lakukan yang tidak bisa Saint lakukan dan kamu menjawabku dengan 'Please let me call Saint.'"

"I need him, Rex," bisik Benny yang sekarang terlihat frustrasi dengannya.

"Tell me what you need of him," jawab Rex.

"Itu urusanku dengannya, Rex," kata Benny.

"..."

"..."

Benny mendongak dan bertanya lagi, "Apa aku tidak boleh menelepon Saint?"

"Aku sangat ingin berkata tidak, Bean. Tapi aku tahu diri. Just answer me this one question—apa kamu benar-benar mencintai pria itu? Apa kamu sangat membutuhkan pria itu di hidupmu?"

"Aku membutuhkan Saint," kata Benny. Ia menjawab Rex dengan jujur, tapi sekali lagi pernyataannya salah diartikan.

"Kamu membutuhkan Saint dan lebih baik mengatakan apa yang kamu perlukan kepada pria itu," kata Rex. Ia bukan memberikan pertanyaan kepada Benny, tapi mencoba mengerti apa yang diingikan wanita itu—Saint Michael Jr.

Rex mengangguk sekarang dengan cepat dan memberikan wanita itu handphone-nya. "Here, call him," kata Rex.

"Thank you," kata Benny. Dengan cepat ia menekan nomor Saint yang ia ingat dan meneleponnya. Beberapa saat kemudian Rex mendengar Benny berbicara kepada Saint dan hanya mendongak untuk menatapnya ketika memberitahu alamat apartemennya, "37th Beacon Street."

Lalu ia mendengar Benny berkata, "See you, Saint. Ya, aku akan menunggumu."

Benny menyelesaikan pembicaraannya dengan pria itu dan memberikan handphone Rex kembali. "Terima kasih," kata Benny kepada sang quarterback.

Rex mengambil handphone-nya kembali dan bertanya, "Is he that important for you, Bean?"

"I could die without him, Rex," jawab Benny. Aku bisa mati karena Saint membawa obat-obatanku, itu yang sebenarnya Benny coba katakan. Tapi Rex berpikir lain. Walaupun ia telah mendapatkan izin William Bennett untuk menikahi Benny, kalau wanita itu telah mencintai pria lain, Rex tidak bisa memaksanya.

Mereka terdiam selama beberapa saat, sebelum Rex memberanikan diri bertanya kepada Benny, "Do you really want to marry him instead of me?"

Benny mendongak dan Rex untuk kali pertama takut mendengar jawaban wanita itu. 

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now