BAB TUJUH PULUH TUJUH

1.8K 383 15
                                    

Satu minggu kemudian suasana di ruang ganti tim New England Patriots begitu ricuh dan teriakan kemenangan dari semua anggota tim mengisi seluruh sudut ruangan. Mereka baru saja memenangkan pertandingan terakhir sebelum babak kejuaraan Super Bowl. New England Patriots, AFC Championship untuk ketujuh kalinya.

Dengan skor akhir tiga puluh empat melawan Cincinnati Bengals, Patriots memenangkan pertandingan divisi dengan sangat menakjubkan. Banyak komentator dan analis mengatakan kalau hal ini tidak mungkin dapat terjadi, terlebih lagi setelah skandal Andrew Sr. Reid dan Reginald Escara.

Richard Watson menjadi bahan pembicaraan publik karena bagaimana ia berhasil membuat tim yang hampir kehilangan segalanya hingga satu langkah menuju Super Bowl. Dua minggu lagi New England Patriots akan melawan Philadelphia Eagles, tapi sekarang mereka akan melakukan segalanya untuk merayakan kemenangan yang berhasil didapatkan dengan kerja keras dan semangat membara.

Richard memegang dadanya dan mendekap buku strateginya dengan erat, ia menunjukkan raut wajah yang rendah hati dan emosional ketika beberapa kamera dan awak media berjalan dibelakangnya menuju ruang ganti. Ketika Richard memasuki ruang ganti ia melihat semua pemainnya yang sedang berteriak dan bergembira. Lagu hip hop terdengar menyaingi suara teriakan para pemain sementara cerutu dinyalakan. Hal berikutnya yang terjadi adalah champagne yang dibuka dan Richard tiba-tiba harus menunduk karena cairan alkohol itu membasahi wajah dan tubuhnya. "Coach Richard we're going to the Super Bowl! Yeah!" teriak salah satu pemainnya yang sekarang terus menerus membasahinya dengan champagne.

Richard berhasil menghindari champagne berikutnya yang dibuka untuk membasahi tubuhnya dan berteriak, "Boys! Listen up!"

Membutuhkan waktu baginya untuk mendapatkan perhatian semua pemainnya untuk mendengarkan. "Boys! I know all you want is to party, but hear me out!"

Mereka mengelilingi sang pelatih utama yang baru saja membawa mereka kepada kemenangan divisi dengan cepat. Tidak membutuhkan waktu lama hingga semua orang menghentikan apa yang mereka sedang lakukan. Lagu hip hop yang diputar juga sekarang dikecilkan. Richard Watson mendapatkan quorum dan memimpin semua orang dengan berkata, "Great fucking job, Pats! Kalian membuatku bangga sebagai pelatih utama tim ini! Hari ini kita semua memenangkan titel AFC Champion dan satu langkah memenangkan kejuaraan Super Bowl! You guys did amazing on the field and you all deserved to have some fun tonight.

"Tapi sebelum kita semua merayakan seperti tidak ada hari esok, aku harus mengatakan hal ini—this team wins the AFC Championship because of a great leader. Tonight, we owe him a big applause and the loudest roar. His name is Reginald Escara, our number one quarterback. Where is he?"

Rex berada di barisan kedua lingkaran dan anggota timnya membiarkannya berjalan maju. Lalu detik berikutnya mereka semua bertepuk tangan dan meneriaki namanya. Orang-orang menepuk bahu dan punggungnya. Beberapa anggota timnya yang lebih besar menggoyang-goyangkan kepalanya dan membuat ikal rambutnya semakin berantakan. Tapi mereka memberikannya hormat. Tidak ada satupun yang menyakitinya lagi. "Go, QB!"

"That was a great game, Rex."

"The strategies on the second half was briliant."

"One more, right?"

"Pimpin kami sekali lagi, QB! We'll bring home that trophy!"

"Good job!"

"Go, Rex! Go, Rex!"

Rex mengangkat tangannya dan meminta semua orang untuk memberikannya waktu untuk berbicara, "Terima kasih semuanya, kemenangan ini adalah kemenangan bersama. It's yours as much as it is mine. Kerja keras kalian untuk mendapatkan touchdowns dan melindungi bola terbayarkan dengan piala divisi ini. Now there's just one more trophy to win and we'll start the practice on Monday morning. Tapi sekarang kita akan merayakannya bersama-sama! To the Super Bowl!"

Rex mengangkat piala divisi yang baru saja mereka menangkan dan mereka bersorak-sorai sekali lagi. Richard mendekati Rex dan mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan perhatian sang quarterback, "You did well, my Son. Permainanmu dan strategimu sangat menakjubkan. Kita akan membahas Super Bowl setelah malam ini kita lewati dengan bersenang-senang."

"I'm going home, Coach."

"Benny dan Thalia?" tanya Richard dengan kebapakan dan mengerti kalau Rex telah memiliki keluarga.

"Ya, Coach."

"Bagaimana dengan William—is he doing well after all those strokes? That man is so sad, isn't he not? Setelah stroke yang dialami, sekarang istri keduanya meninggalkannya."

"..."

"..."

Rex berpikir ia salah mendengar pada mulanya dan ia berusaha untuk tidak memperlihatkan wajahnya yang bingung. Lagu kembali berputar dan suara teriakan gembira dari seluruh tim mengisi ruangan selagi mereka bersiap-siap meninggalkan Stadion Paycor di Ohio tempat mereka bermain melawan Benglas. "William Bennett, Coach?"

"Ya," kata Richard seolah-olah ia tidak merasa ada hal aneh dengan pertanyaannya.

"Coach, tidak ada yang tahu mengenai kepergian istri kedua William Bennett kecuali diriku, istriku dan keluarga besarku. Bagaimana kamu bisa tahu mengenai keadaan ayah Benny, Coach?"

"Apa?" Richard sekarang entah memainkan perannya dengan baik sebagai orang yang tidak bisa mendengar. "God, Rex, the music is too loud! Aku tidak bisa mendengar pertanyaanmu dengan baik. Aku membaca akun sosial media yang menjelek-jelekkan William, Rex. It's all in that account. Apa kamu tidak membacanya sendiri? I remembered it clearly. There was a post about his second wife. Amara bukan namanya? I hope he's fine now. Is he fine? Dimana dirinya sekarang? Sampaikan salamku kepada keluarga Benny, Rex. They are so poor, it's so sad to remember how they are living. But you're a good guy. Kamu selalu menjadi yang terbaik. Untuk tim ini. Untukku. Tentu saja untuk Benny."

Richard memegang bahu Rex dan berkata, "Son, aku harap hanya kebahagiaan mengisi hidupmu. Kamu berhak untuk bahagia setelah semua yang kamu lalui. Ingat—aku akan memastikan untuk membantumu bahagia. I will never make you sad anymore, Son."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang