BAB ENAM PULUH EMPAT

2K 431 18
                                    

Dua bulan yang lalu.

"Coach Andrew! Here!" teriak Saint tanpa berpikir panjang dan memanggil pelatih utamanya dari kejauhan. Pria itu baru saja masuk ke dalam Stainwey Barley sebuah bar kecil yang terletak di tengah kota Boston yang hanya beberapa orang ketahui.

Stainwey Barley, bar eksklusif yang hanya dapat diakses oleh kartu keanggotaan dan undangan pribadi malam ini dipenuhi oleh anggota klub yang mengenali Andrew. Setiap akhir minggu, ia akan bertemu dengan Saint dan memberikannya kartu keanggotaan karena tempat lain selain Stainwey Barley membuatnya tidak nyaman mendiskusikan cara untuk menghancurkan karier Reginald Escara.

"Can you fucking shut up?" tanya Andrew kepada Saint ketika ia mendekat. "Apa kamu perlu mengumumkan kehadiranku kepada semua orang di dalam bar ini?"

Bar yang memiliki kapasitas tidak lebih dari dua puluh lima orang termasuk staf mau tidak mau, secara reflek menengok ke arah teriakan Saint ketika memanggil Andrew dari kejauhan. Andrew menyadari tatapan mata semua orang yang mengenalinya sebagai Andrew Sr. Reid, pelatih utama New England Patriots yang terkenal telah memenangkan enam piala Super Bowl. Ia merasa sangat penting di dalam bar ini. Semua orang mengenalnya. Tidak ada Reginald Escara yang mengambil perhatian semua orang dan membuatnya tidak terlihat.

Namun Saint Michael Jr. menghancurkan sosok yang telah ia bangun dengan meneriakkan namanya. Ia ingin menjadi pria yang misterius yang tidak bisa didekati—tapi Saint memanggilnya bagaikan mereka teman dekat. Ia tidak berteman dengan pria yang baru beranjak berusia dua puluh dua tahun. Kalau bukan karena rencana mereka, ia tidak ingin terlihat berbicara dengan Saint. Tapi Andrew tidak memiliki pilihan. Beberapa kali mereka bertemu di publik, Andrew menjadi panik ketika Saint menyuarakan idenya dengan sangat lantang. Ia juga tidak bisa membawa Saint ke rumahnya dimana Faye berada dan dapat mendengar rencananya. Mereka juga tidak bisa melakukannya di stadion setelah latihan karena terlalu banyak yang akan mendengarkan.

Terpaksa Andrew memutuskan untuk memberikan undangan keanggotaan Stainwey Barley. Pria itu telah membuktikan kesetiaannya dengan terus membenci Reginald Escara. Tidak ada alasan untuk tidak mempercayai Saint Michael Jr. Hanya satu kekurangan pria itu—suara lantangnya.

"Maaf, Coach," kata Saint kepada Andrew. Pria itu tersenyum dengan lebar, "Wow, Coach, when you say you're having so much fun here—you're not kidding. Lima belas menit aku menunggumu datang, pelayan telah memberikanku opsi untuk bersenang-senang dengan Camille atau Georgetta. Of course I declined, because—"

"Berhentilah berbicara, Michael," kata Andrew yang sekarang memijat pelipisnya. "Aku tidak memberikanmu keanggotaan bar ini untukmu bersenang-senang. I want you to talk now. Kenapa aku melihat banyak dari anggota timku mulai berubah? Apa kamu tidak melihat kalau mereka mulai menghormati Rex?"

"Coach, Anda salah," kata Saint dengan santai. "Mereka tidak menghormati pria itu."

"Mereka mulai mendengarkannya!" Andrew menaikkan nada bicaranya dan Saint berkata, "Coach, kecilkan suaramu. You're too loud." Saint memasang tampang berpura-pura panik dan melihat keseliling mereka apa ada yang mendengarkan. Tapi seisi bar tidak memedulikan Andrew atau pun Saint.

Ia lalu melanjutkan, "Coach, setiap minggu Rex memastikan dirinya memenangkan pertandingan dan menjadikan Patriots tim nomor satu di NFL. Menurutku wajar kalau sekarang semua pemain Patriots mulai mendengarkannya. Tapi bukan berarti mereka menghormatinya. Tenang, Coach. They hate him for hurting Faye. Kebanyakan dari istri dan pacar pemain lainnya masih berada di pihak Faye, yang berarti satu hal—Anda masih sangat dihormati. You will not lose respect Coach."

"That's not what I see, Michael."

Saint lalu dengan spontan bertanya, "Then why hire Rex in the first place? Anda tahu kalau dirinya bermain sangat baik dan ia adalah superstar di Harvard. Apa yang membuatmu berpikir ia tidak akan menjadi lebih terkenal ketika masuk NFL?"

"He's not supposed to outshine me, Michael."

"But any quarterback will always outshine its team and his coach. Bukan begitu, Coach? Aku bisa memberikanmu nama-nama quarterback yang sangat terkenal melebihi pelatihnya. Lagipula kenapa Anda sangat ingin menjadi lebih terkenal darinya?"

Andrew menyipitkan matanya dan bertanya kepada Saint, "Kenapa kamu menanyakan hal ini kepadaku, Michael? Apa kamu berubah pikiran membantuku?"

"Oh, no, Sir. Of course not. I'm just curious, why are you so... obsessed—I mean eager—to outshine your own quarterback?" tanya Saint kepada Andrew.

Andrew mendesah dan bersandar di kursinya, "They never think of me seriously—all those quarterbacks. Friday Carter Elliot? That fucking dumbass quarterback retired without even thanking me. Aku telah membawanya ke titik pencapaian tertingginya, tapi ia tidak pernah sekalipun berterima kasih kepadaku. Aku berjanji kepada diriku sendiri, quarterback berikutnya yang aku ambil untuk tim ini, harus bisa tunduk kepadaku, hormat kepadaku dan memujiku bagaikan aku segalanya."

"Wow, that was really narcissistic."

"Oh, aku narsis? Tidak, Saint. Aku hanya ingin dihormati."

"Not all hero wear capes, you do know that right, Coach?"

Andrew tertawa dengan sinis, "True, because I wore a crown, Michael. Sekarang beritahu kepadaku, apa rencanamu?"

"Err," Saint dengan cepat berpikir dan berkata, "Bagaimana kalau aku berbicara sekali lagi kepada mereka semua. Aku akan menyebarkan lebih banyak rumor dan memastikan kalau mereka ingat mengenai keadaan Faye yang ditinggal hamil. Is she really pregnant though?"

"Tidak penting apa Faye benar-benar hamil atau tidak. Kamu telah menghabiskan waktu terus berbicara—who are you talking to? Barron? Ty? Francis?"

"Semuanya," kata Saint.

"Dan? Mana hasilnya, Michael?"

"It takes time, Coach. Lagipula, bukannya sekarang kita harus lebih mementingkan memenangkan setiap pertandingan menuju playoffs?"

Andrew mengangguk, "Yes, but they should thank me at the end of the day. Not Rex."

Saint bergumam dan berharap Andrew tidak mendengarnya, "Kalau begitu kenapa Anda tidak menjadi quarterback saja sekalian?"

Saint merasa beruntung karena Andrew tidak mendengarnya dan berdeham. Baru saja ia akan mencoba menjelaskan kepada Andrew rencana menghancurkan Rex ketika tiga orang pria yang berumur sama dengan pelatihnya mendekati meja mereka.

"Andrew," panggil salah satunya.

"Oh, Ryan, Caleb, Martin," kata Andrew yang terkejut melihat ketiga orang yang ia kenali di dalam bar itu.

"Apa ini Libby barumu, Andrew?" tanya pria yang sekarang menunjuk kepada Saint. Entah nama pria itu Ryan, Caleb atau Martin, tapi ia terlihat mabuk ketika bertanya kepada Andrew.

"No, now go away," kata Andrew.

"Of course he's not the newest 'Libby'. He's a boy. He's 'Willy'." Ketiganya tertawa dan Saint mengerutkan dahinya karena tidak mengerti.

"Pissed off boys," Andrew mendorong ketiga pergi.

"Hey, Andrew, don't fuck around a Libby anymore. They are nothing but trouble. They ended up killing themselves." Pada saat itu Saint menahan mengepalkan tangannya dan hanya bisa menahan amarahnya. Kalau saja Rex mendengar apa yang ketiga pria itu katakan, sang quarterback tidak akan segan-segan membunuh mereka semua.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now