BAB DUA PULUH LIMA

2.8K 505 14
                                    

Rex memijat pelipisnya keesokan harinya karena ia tidak bisa tidur semalaman setelah kedatangan Faye Reid yang tiba-tiba dan pertengkarannya dengan Benny. Ia masih sangat marah kepada Faye karena telah berani memukul pipi istrinya, tapi ia lebih marah kepada dirinya sendiri karena membuat masalah baru. Ketidakjujurannya kepada Benny telah membuat wanita itu tidak ingin berbicara kepada dirinya. Tapi Rex tahu kalau ia membawa isu Libby ditengah-tengah hubungan baru mereka, Benny tidak akan pernah percaya kalau adiknya yang telah meninggal dan wanita itu berbeda.

Benny dengan tegas berkata kepada Rex kemarin malam kalau dirinya tidak akan tidur di kamar yang sama dengan pria itu. "You can sleep with your bad decision, Rex. Kamu menikahi wanita yang salah dan mungkin besok kamu akan kembali kepada Faye Reid."

"Faye Reid bukan siapa-siapa, Bean! Aku tidak akan kembali kepadanya. It's you, only you."

"Kalau begitu katakan kepadaku alasanmu bertahan di tim ini!"

"It's not that fucking easy, Bean! Ini adalah NFL! Ini adalah karir profesionalku dan aku perlu bermain di tim ini."

"Kamu perlu bermain football di tim ini—dimana anak perempuan pelatih utama tim yang kamu pilih akan merusak reputasimu?" tanya Benny. "Apa semua ini masuk akal bagimu, Rex?"

"..."

"..."

"Answer me," Benny meminta Rex untuk menjawabnya. "Do you love her? Am I in the middle of your relationship and Faye? Aku hanya perlu kamu menjelaskannya kepadaku. Dimana posisiku, Rex?"

"You know my answer, Bean," balas pria itu.

"That is not an answer, Rex. You know what, I'm going to sleep by myself," ucap Benny yang akhirnya menyerah. "Aku tidak tahu dan tidak bisa menebak apa yang kamu tutupi. Tapi aku tahu kamu menutupi sesuatu dariku. You are risking all your reputation for this team. If it's not to do with Faye Reid, what else could it be, Rex? Kamu memulai hubungan pernikahan ini dengan kebohongan yang sangat kubenci."

"Aku akan mencari krim untuk pipimu yang terluka. Aku tidak mau kamu meninggalkan bekas besok," kata Rex yang sekarang tidak memedulikan kata-katanya baru saja.

"Tidak perlu sama sekali, Rex!" kata Benny dengan marah berkata kepada Rex. "Apa kamu tidak mendengarku sama sekali sedari tadi?"

"Bean, I don't want you to get all angry because of this, okay? I told you already—it's you, only you."

"Doesn't feel like it, Rex. It never was," kata Benny yang sekarang berjalan ke kamar tamu apartemen Rex dan menutup pintu dibelakangnya dan membiarkan Rex tidur di kamar lain. Malam pertama mereka sebagai suami istri berakhir sebagai pertengkaran.

Setelah ia mencoba untuk menenangkan diri semalaman, ia terbangun keesokan harinya berharap untuk berbicara dengan Benny. Tapi ketika Rex keluar dari kamarnya, ia tidak melihat sosok wanita itu dan menemukan secarik kertas dengan tulisan rapi yang ia kenal tertempel dengan magnet kulkas:

I'm working today and I will be sleeping at my dorm tonight.

Love,

Benny

Ia membalikkan tubuhnya setelah membaca kertas yang dituliskan Benny ke arah kamar untuk bersiap-siap. Setelah latihan ia akan menemui Benny di rumah sakit tempat magangnya dan berbicara dengan wanita itu. Tapi sekarang ia harus pergi untuk berlatih atau tidak dirinya akan mendapatkan denda yang cukup besar karena terlambat atau melewatinya.

Latihan pagi dimulai pukul sepuluh tepat selama empat minggu kedepan sebelum permainan season pertama dimulai. Rex mempersiapkan dirinya dan menyetir ke stadion Gilette. Ketika ia memasuki stadion dari dalam mobilnya yang ia kendarai, ia dapat melihat banyaknya wartawan dan kamera. Seketika mobilnya masuk ke dalam area parkir utama pemain New England Patriots, dirinya menjadi sorotan dan mereka meneriaki namanya. "QB!"

"Rex!"

"Rex!"

"Bagaimana tanggapanmu, Rex?"

"Apa benar Anda menghamili Faye Reid juga?"

"Reginald Escara, apa Anda akan keluar dari tim Patriots setelah ini?"

"Bagaimana tanggapan Andrew Sr. Reid?"

"Are you able to play as quarterback with this scandal?"

"Rex!"

"Rex!"

Rex mencoba untuk menyetir dengan cepat tanpa menabrak siapapun yang mencoba untuk mendapatkan jawaban. Kilatan cahaya dari kamera membuat Rex kesulitan untuk mencari parkirannya. Setelah ia memarkirkan mobilnya, ia mengambil tas duffle-nya di kursi penumpang berisi seragam dan perlengkapan lainnya untuk dirinya bermain football. Lalu ia melangkah keluar. Kali ini kilatan cahaya dan seruan namanya semakin terdengar, membuatnya berlari ke arah pintu utama stadion secepat mungkin.

Ketika ia berhasil masuk ke dalam stadion, para wartawan dan kameranya tidak dapat mengejarnya. Hanya pemain Patriots yang diizinkan masuk ke dalam stadion utama dan para penjaga mencegah semua orang yang mencoba untuk mendapatkan jawaban dari sang quarterback. Rex menarik napasnya dengan lega ketika ia tidak lagi dikejar dan sekarang dengan santai berjalan ke arah ruang ganti.

Ia memiliki cukup banyak waktu untuk mengganti pakaiannya dengan seragam tim New England Patriots yang berwarna biru tua ketika ia melangkah masuk ke ruang gantinya yang masih terasa asing. Rex mengangguk kepada beberapa anggota tim yang melihatnya dan berjalan ke arah locker miliknya.

Hanya saja setiap ia melangkah, Rex merasa semua mata memandangnya dan semakin ia mendekat kepada locker-nya, tubuh-tubuh besar para pemain Patriots sekarang mengerubunginya.

Rex membalikkan tubuhnya dan belum sempat ia bertanya apa yang mereka lakukan, pukulan pertama kepada perutnya begitu mengejutkannya dan ia kehilangan keseimbangannya seketika. Siapapun yang baru saja memukul perutnya, berhasil membuat Rex sekarang berada di lantai dan kesakitan.

"You're our QB? You're such a disgusting man!"

"Bagaimana bisa kamu menghamili dua wanita!"

"Kamu menipu Faye Reid!"

"Istriku melihat sendiri Faye menangis dan memegang perutnya, ia berkata kalau kamu tidak ingin bertanggung jawab. You disgust me, Reginald."

"Aku tidak ingin bermain dengan quarterback yang hina sepertimu."

"Ada apa ini?" tanya Andrew Sr. Reid. Suaranya terdengar begitu keras mengisi seisi ruang ganti, membuat para pemain membalikkan tubuh mereka secepat mungkin. "Ada apa?" tanyanya dengan nyaring.

"Tidak, Coach. Kami hanya membantu quarterback termahal di NFL untuk berdiri. Tadi ia terjatuh karena lantai ruang ganti licin," kata Barron Mason, salah satu tight end Patriots yang mengerubungi Rex.

Andrew mengerutkan dahinya, "Barron, lantai kita memakai karpet."

"Karpet juga bisa licin, Coach," jawab Ty Hendricks yang memiliki posisi center di dalam tim. Ty yang berdiri paling dekat dengan Rex sekarang menunduk dan mengulurkan tangannya. Ia berbisik kepada Rex yang memegang perutnya dengan kesakitan, "Come on, get the fuck up stupid moron. Apa kamu ingin menjadi diva yang terlihat lemah di depan Coach Andrew?"

Rex tidak mengatakan sepatah katapun dan ia berdiri sendiri, tanpa bantuan uluran tangan Ty. Ia meringis kesakitan tapi dengan cepat ia mengubah ekspresi wajahnya. Coach Andrew menatapnya dari kejauhan dan bertanya, "You okay, QB?"

"All great, Sir," jawab Rex dengan dingin kepada pria itu.

Ia tahu kalau sekarang tidak akan mudah baginya untuk mendapatkan jawaban. Semua orang akan mencoba menjatuhkannya. Timnya tidak berada disisinya. Untuk kali pertama, Rex tahu dirinya bukan pria yang diagung-agungkan semua orang.

Tapi ia harus bertahan untuk mendapatkan kebenaran.

Ia akan mengungkap semuanya.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now