BAB TUJUH PULUH SATU

1.8K 445 11
                                    

"Rex, kamu memegang tanganku terlalu erat," kata Benny ketika mereka berada di tengah ruang bersalin. Rex dengan seketika melepaskan jari-jari Benny yang ia genggam terlalu erat dan berkata, "Maafkan aku, Bean."

Pria itu terlihat gugup dan dokter kandungan yang baru saja masuk ke dalam ruangan bertanya, "Sir, you're the husband?"

"Yes, Doctor."

"I'm Doctor Santiago, I will be assisting the delivery of your daughter today. How are you feeling today Mrs. Escara?" tanya Mirabelle Laura Santiago kepada Benny. "Apa Anda lebih gugup dari suami Anda malam ini?"

"I'm okay, Doctor Santiago. I think he's more nervous," kata Benny yang terkekeh kecil. Benny lalu menarik jari-jari Rex yang melepaskannya dan membawanya ke bibir. Ia lalu mencium punggung tangan pria itu yang dingin. "Hei, Rex. Jangan pingsan, oke?"

"Aku quarterback, Bean. Aku tidak mungkin pingsan," kata Rex.

Benny dan Dokter Santiago menahan senyum mereka ketika Rex mengatakan kata-kata itu. Pria itu mungkin quarterback terbaik di NFL, tapi empat puluh menit kemudian ketika Benny mulai harus mendorong bayinya keluar dari dalam tubuh, sang quarterback kehilangan keseimbangannya. "A-Apa itu darah?" tanya Rex ketika ia mulai melihat dari keluar dari tubuh Benny dan Dokter Santiago menarik keluar bayi mereka.

Seketika bayi itu menangis dan Rex terjatuh di ruang bersalin. "Ya, Tuhan. Sir, Mr. Escara! Seseorang harus membantunya berdiri!" teriak Dokter Santiago yang meminta salah satu perawat untuk menolong Rex sementara Benny tidak bisa bergerak.

"Rex!" Benny memanggil nama suaminya tapi pria itu tidak menjawab sama sekali.

"Ma'am, tolong jangan bergerak," kata salah satu perawat yang melihat tanda vital Benny menjadi tidak stabil. Sementara Dokter Santiago memeriksa bayi Benny, dokter tersebut berbicara kepadanya, "Mrs. Escara, suami Anda pingsan, tapi perawat sedang menolongnya. Anda perlu menenangkan diri."

"He told all of us that he's a quarterback and he fainted?" tanya Benny, membuat semua orang di dalam ruang bersalin menahan tawa mereka.

"Suamiku juga pingsan, Ma'am," kata salah satu perawat yang tersenyum hangat kepada Benny. "Sementara suamiku muntah—lebih parah lagi," jawab yang lainnya. Mereka mencoba menenangkan Benny dan ketika Dokter Santiago selesai memeriksa bayinya yang terus menangis kencang, dokter itu kembali ke sisinya.

"Mrs. Escara, do you want to see your daughter now? I think she wants to see yoo."

"Ya," kata Benny dengan lirih. Dokter Santiago membawa bayinya mendekat dan Benny untuk kali pertama melihat bayinya. "Can I hold her?" tanya Benny yang sekarang menangis.

"Tentu saja," kata Dokter Santiago yang menyerahkan bayi mungil itu kepadanya.

"She's so tiny," bisik Benny. "Hi, Thalia. It's Mamá. Papamu pingsan—kamu akan bertemu dengannya nanti. You got his blue eyes, baby. I think he'll love you as much as I love you already."

Thalia Minette Escara.

Benny memberitahu nama itu kepada Rex ketika sangat menyukai artinya. "Thalia Minette means the star of the sea rises, I love the name, Rex. Do you love the name?"

"The star of the sea rises," gumam Rex dan pria itu terlihat berpikir untuk waktu yang lama akan nama itu. "Aku sangat menyukainya. The meaning of the name is like hope, Bean."

"Hope," Benny mengangguk.

"For us," Rex menutup bibirnya dengan bibir pria itu. Ketika Rex menciumnya, Benny tersenyum mendengar dua kata itu—untuk kita.

Sekarang Benny menatap mata anaknya yang terbuka keesokan paginya setelah perawat telah memindahkan dirinya ke kamar. Thalia memandang Benny dengan mata birunya dan senyum lebar. Benny tersenyum kembali dan menyentuh pipi merah muda anaknya yang sangat mungil. "Good morning my sea."

Thalia kembali tersenyum dan bergerak di dalam ranjang kecilnya. Sementara itu di sofa kecil dalam ruangan, Rex tertidur di sofa menggunakan pakaian yang sama seperti waktu ia tiba di rumah sakit. Pria itu terlihat terlelap di sofa yang terlalu kecil untuk tubuhnya sekarang. Benny menunduk untuk menggendong Thalia dan berbisik kepada anaknya, "Your Papà is so tired, Thalia. Ayo kita biarkan papamu tidur. Ia terlalu gugup menyambutmu ke dunia ini."

Benny tersenyum dan berjalan bersama dengan Thalia mengelilingi kamar rumah sakit. Langkahnya terhenti ketika ia melihat seseorang di depan pintu. Benny terus berjalan mendekat kepada pintu dan melihat dari kaca jendela kecil untuk memastikan ia tidak salah. Kali ini sosok lain menatap masuk ke dalam kamarnya. Benny mengerutkan dahinya dan membuka pintu.

Ketika ia membuka pintu, ia memeluk Thalia dengan lebih erat dan memastikan ia menopang lehernya dengan benar. Insting Benny untuk menjadi lebih protektif terdengar dari kalimat yang ia ucapkan selanjutnya, "Apa yang kalian inginkan dari Rex sekarang?"

Pertanyaan itu Benny lontarkan kepada setidaknya dua puluh pasang mata bertubuh besar yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa terbaca. "If you're here to hurt my husband, I will not allow it. Kalian telah cukup menyakitinya secara fisik dan Rex mengerti kalian membencinya. Aku tidak akan pernah mengerti dan aku tidak akan menoleransi tindakan apapun yang kalian lakukan. I'm going to kick each and one of your asses if you come near my husband that is sleeping now."

"Mungkin kamu harus menurunkan bayimu terlebih dahulu kalau begitu."

"I can kick your ass with holding a baby—do you want to try?" tanya Benny dengan berani.

Barron Mason, wide receiver Patriots yang ia kenali melangkah maju dan berkata untuk mewakili seluruh anggota timnya, "We're not here to hurt anyone, Benny."

Lalu Benny menunduk dan melihat apa yang dibawa oleh setiap anggota tim Rex yang membuatnya sangat terkejut.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora