BAB DELAPAN

3.3K 718 60
                                    

Benny menghabiskan seluruh shift-nya mencoba menghindari tatapan penasaran dan pertanyaan-pertanyaan yang terus ditanyakan Pepper Dolores dan koleganya. Ia membenci menjadi pusat perhatian semua orang terutama ketika mereka mempertanyakan kehidupan pribadinya.

"...is that true? You and Reginald Escara?...."

"...apa kalian sudah saling mengenal lama?...."

"...you both went to Harvard, it makes total sense now...."

"...apa hubungan Rex dengan Faye Reid tidak benar?...."

"...berapa usia kandunganmu sebenarnya?...."

"...bukannya ini akan menjadi berita besar...."

Benny tidak menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Ia melakukan tugasnya dengan benar hanya untuk mendengar lebih banyak asumsi mengenai dirinya. Benny mencoba untuk tidak mendengarkan dan memberikan seluruh fokusnya kepada para pasiennya. Setelah ia menyelesaikan shift malamnya, seluruh energinya sudah terkuras dan ia sangat lapar.

Ia mengganti scrubs yang ia kenakan dengan pakaian yang ia kenakan untuk bertemu dengan Rex. Benny menutup pintu locker-nya dan ketika berbalik menghindari tatapan para koleganya yang masih ingin tahu mengenai hubungannya dengan sang quarterback. Ia hanya berharap Rex tidak serius dengan kata-katanya sebelum akhirnya ia meninggalkan pria itu di depan rumah sakit. Ia tidak ingin melihat Rex menjemputnya di pagi hari.

Benny terlalu marah kepada Rex dan ia tidak mempunyai cukup energi sekarang untuk bertengkar dengan pria itu pagi ini. Ia sangat mengantuk dan lapar. Kedua kakinya juga sangat sakit karena semalaman ia sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk duduk. Banyaknya pasien membuatnya sama sekali tidak bisa beristirahat dan sekarang ia hanya ingin pulang.

Ia menguap ketika menekan tombol lift menuju lantai bawah rumah sakit dan ketika ia melangkah keluar, Benny memperbaiki tas punngungnya. Benny menunduk untuk melihat jam tangannya dan berjalan lebih cepat menuju air mancur ditengah lobi rumah sakit tempatnya bertemu dengan Saint setiap pria itu menjemputnya selama dua bulan terakhir ia memulai program magangnya.

Saint tengah duduk di ujung air mancur dan memainkan airnya seperti yang selalu dilakukan pria itu setiap pagi dan Benny memegang bahu pria itu untuk memberitahunya keberadaannya. Saint membalikkan tubuhnya dan mendongak untuk melihat Benny berdiri di hadapannya, "Hei, you're ready?"

Benny mengangguk dan Saint dengan cekatan membantunya membawa tas punggung, lalu memberikannya croissant panas di dalam paper bag. Benny tersenyum dan berterima kasih kepada Saint yang tidak pernah melupakan satu-satunya makanan yang dapat dimakannya. "I got tea in the car as well."

"Kamu berhenti di toko kue Rose hari ini?" tanya Benny kepada Saint.

"Ya, Rose menyampaikan salam kepadamu. She gave you extra mini croissants because you liked them so much," kata Saint dan Benny membuka paper bag yang berisi dua belas mini croissants yang akan ia lahap habis sebelum mereka sampai ke parkiran mobil.

"Thank you," kata Benny kepada pria itu.

"Aku akan mengantarkanmu pulang ke asrama dan pergi bekerja—" belum sempat Saint menyelesaikan kata-katanya ketika langkah mereka terhenti oleh Reginald Escara yang berdiri di hadapan keduanya.

"You finally told him," kata Saint kepada Benny. Ia lalu mendongak untuk menatap sang quarterback. Rex menatapnya dengan tatapan intens, bagaikan predator yang akan memakan mangsanya.

Benny mendesah dan melihat Rex berjalan mendekat kepada mereka. Pria itu terlihat tidak tidur sama sekali dan mengenakan pakaian sama sepertinya kemarin malam. "Good morning, hamster," kata Rex kepada Saint.

"I have a name, Rex," kata Saint kepada Rex dengan kesal.

"I'm taking Bean home," Rex berkata seolah-olah ia memberikan ultimatum.

"Aku tidak akan pulang denganmu, Rex. We talked about this," kata Benny yang sekarang sudah kehilangan kesabarannya. "Rex, orang-orang akan melihat kita—"

"Biarkan mereka melihat kita, Bean. I want them to see you and me."

Saint baru saja akan berkata, "Okay, enough dude...."

"Enough? Enough is you staying away from my soon to be wife and mother of child. Get the fuck out of my face you little chicken face."

"Apa Benny setuju menikahimu Rex? You know what, let's not go there yet—apa Benny mengizinkanmu untuk membawanya pulang? Aku satu-satunya pria yang Benny izinkan mengantarnya pulang. I'm closer to an 'I do' than you, Buddy."

"Fuck off," kata Rex. Lalu sang quarterback melihat wanita keras kepala yang sudah menolaknya berkali-kali selama dua belas jam berakhir, dan berkata, "I talked to William. Aku meminta izin kepada ayahmu untuk menikahimu. Aku mengatakan kepadanya kalau aku telah menghamilimu dan aku akan bertanggung jawab. He said the wedding should be soon, because you're clearly showing. Ayahmu berpikir aku telah melakukan hal yang tepat dengan meminta izinnya terlebih dahulu. Unlike this stupid guy that is standing so arrogantly thinking he'll marry you, he needs to wake up, because he doesn't stand a chance, Bean. Let's go home and get married, your dad seems to like the idea of me being your husband and his son in law."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now