BAB TIGA PULUH TIGA

1.9K 488 14
                                    

Benny tidak benar-benar mengerti apa yang baru saja terjadi karena ia sekarang telah berada di tengah dapur dan dikelilingi oleh para staf dan anak-anak yatim piatu. "Are we making cookies?" tanya salah satu anak kecil kepada Benny.

Benny menunduk dan mengangguk, ia lalu tersenyum hangat sebelum menjawabnya, "Yes, we are going to bake some cookies. Ayo kita carikan apron kecil untuk dirimu." Benny menggenggam tangan anak kecil itu dan staf panti asuhan membantunya dengan senang hati. Ia berterima kasih dan mulai memakaikan apron kecil kepada anak-anak yang mengerubunginya.

Dari kejauhan sang quarterback mengembalikan handphone-nya ke dalam saku celana dan berkata kepada diri sendiri untuk berbicara kepada Nick setelah ini. Ia tahu kalau The Penguin Club pasti adalah ulah adiknya. Mata biru mudanya tidak lepas dari sosok istrinya yang sama sekali tidak terlihat marah ataupun terganggu dengan apa yang baru saja terjadi antara wanita itu dan Faye Reid. Benny terlihat begitu santai dan lembut, membuat Rex sangat terpukau dengan pembawaan wanita itu. Ia menarik napasnya dan tersenyum. Benny mendongak dari salah satu anak kecil yang baru saja ia pakaikan apron berwarna merah muda dan menatapnya. Tapi ketika Benny baru saja akan membalas senyumnya, beberapa tubuh besar menghalangi Rex untuk melihat wanita itu.

"Hey, Buddy," kata salah satu anggota timnya, Mortis Caleb, yang memiliki posisi middle linebacker. Pria itu terdengar berpura-pura ramah tapi tatapannya siap untuk mendorong dan memukul Rex kalau saja tidak banyak orang yang menatap ke arah mereka.

"Bagaimana kalau kita pergi keluar?" tanya Mortis.

Disebelahnya Ty Hendricks memegang bahu Rex dan berkata, "Ayo, Buddy, para pria harus mengangkat beberapa meja dan kursi yang masih tertinggal di gudang."

"You're going to look handsome and sexy carrying those desks and chairs," Barron Mason sekarang mengoloknya. Rex melihat dari kejauhan kalau para wartawan tengah sibuk dengan Benny dan anak-anak yang mengelilinginya. Ia tahu kalau Benny akan baik-baik saja sementara ia pergi. Mau tidak mau ia mengikuti langkah para anggota timnya yang bertubuh besar. Rex tahu kalau mereka membuat alasan mengenai meja dan kursi yang harus diambil. Karena ketika mereka sampai di gudang kecil yang terletak dibelakang taman yang jauh dari gedung utama, hal pertama yang dilakukan oleh pria itu adalah memukul perutnya.

"Apa tidak bisa satu hari saja kamu tidak menimbulkan masalah dan tidak membuat semua orang menatapmu bagaikan kamu tuhan?" tanya Francis Lamar, guard Patriots yang sekarang memukulnya kembali.

Dengan cepat Rex kehilangan keseimbangannya dan menggeram kesakitan. "You're pathetic, QB. Kamu membawa wanita itu di hadapan Faye—wanita yang tengah hamil dan mengandung anakmu juga," kali ini Chris Savino, cornerback pertama timnya yang membencinya. Setidaknya sepuluh pria mengelilinginya sekarang sementara beberapa lainnya menjaga agar tidak ada yang berjalan ke arah gudang.

Mereka terus memukul tubuhnya di tempat yang sama—perutnya—berulang kali dan Rex sekarang terjatuh di tanah. "Dan apa kamu yang menuliskan The Penguin Club itu?" tanya Carlos Ram, wide receiver-nya yang lain.

Rex mendongak dan memegang perutnya yang terasa sakit, "Do you see me typing those facts about my wife just now? Or do you not have eyes to see I was to starstruck looking at her all the damn time?" tanya Rex dan kata-katanya membuatnya mendapatkan pukulan lainnya. Dengan cepat dua orang mengangkat tubuhnya dan mereka memukul perutnya berulang kali.

Sampai seorang anggota timnya bersiul menandakan kalau ada yang berjalan mendekat. "Oh, hei, guys," kata Petra Dahlia, manajer panti asuhan Boston Children's Orphanage. "Maaf, tapi ini area restrictive."

"Oh, ya, tentu saja, kami hanya sedang membicarakan strategi permainan. We can't wait for Monday, so we thought to discuss this here," ujar Mortis yang membuat alasan.

Petra mengerutkan dahinya ketika melihat Reginald Escara yang terlihat kesakitan dari jauh dan dua orang berada ditengah pria itu untuk menahan tubuhnya untuk tetap berdiri. "Is he okay?"

Ty Hendricks tersenyum dengan canggung, "Of course he's okay, he's the quarterback and we're listening to our captain."

"Baiklah, kalian bisa membantu dengan makan siang yang telah disiapkan oleh yayasan Patriots sementara para wanita menyelesaikan membuat kue."

"Sure, we'll be right there with you," kata Francis yang terlihat tersenyum lebar. "Right, QB? We'll talk later then. The strategy is clear—you're going to suffer the more you act like this," bisik Francis ditelinga Rex.

____

Sementara itu Benny tengah membuat kue dengan anak-anak kecil yang mengerubunginya dengan senyum lebar. Ia tidak tahu kemana Rex pergi setelah para anggota timnya mengelilinginya dan membawa pria itu pergi. Sehingga seluruh perhatiannya adalah memastikan kalau anak-anak yatim piatu yang terlihat sangat antusias dapat membuat kue yang mereka inginkan.

"Yes, put the chocolate chips more if you want on top of the cookies," kata Benny kepada anak berumur tujuh tahun bernama Amy yang memakai pita besar berwarna merah di rambutnya yang berwarna pirang. Setelah itu Benny menjawab pertanyaan Timmy, anak kecil berumur lima tahun yang menggeleng dan bertanya, "Aku ingin membuat cookies unicorn. Bukan chocolate chip cookies."

"We can do that," kata Benny yang sekarang berjongkok di hadapan Timmy dan adonan kue yang telah dibuat mereka. Benny menggunakan tangannya yang bersih dan mulai membentuk adonan kue menjadi kepala kuda dengan tanduk. "There, a unicorn."

Para wartawan sedari tadi mengambil fotonya dan Benny tidak memedulikannya, sampai ia melihat anak-anak panti asuhan itu terlihat tidak nyaman. Dengan cepat Benny berdiri dan berkata kepada para wartawan bersama dengan fotografer mereka, "Bagaimana kalau kalian mengambil apron dan bergabung bersama kami membuat kue?"

"Scott, kami wartawan."

"I think you had enough photos, right? Bagaimana kalau sekarang kalian membantu aku dan anak-anak ini membuat kue?" tanya Benny.

Meyakinkan para wartawan itu pada mulanya membutuhkan waktu, tapi ketika Benny terus menerus mencoba meluluhkan hati mereka, satu demi persatu mengambil apron dan berhenti mengambil fotonya ataupun meneriakkan namanya.

Benny tersenyum dan melihat semua orang ikut membantu, walaupun ia tahu kalau masih banyak yang menghindarinya dan Faye Reid dari kejauhan menatapnya bagaikan ia adalah wabah. Benny baru saja akan menghampiri Faye ketika ayah wanita itu—pelatih utama Patriots, Andrew Sr. Reid mendekati dan menarik tangan anak perempuannya.

Hal itu terjadi begitu cepat, tapi Benny melihatnya. Andrew menarik tangan Faye dan sekarang mereka berjalan keluar. Tidak ada yang memperhatikan mereka karena Benny telah membuat para wartawan sibuk dengan anak-anak yatim piatu dan kue-kue mereka. Benny dengan cepat melangkah ke arah Faye ditarik oleh ayahnya.

Ketika Benny melangkah ke foyer sepi ia dapat mendengarkan percakapan di antara kedua orang itu dengan lebih jelas, "...fucking hell, Faye...."

"...Papa, aku bisa menjelaskan...."

"...do you want to die?"

"...Papa...."

"...do you want to die like Libby?"

"...Papa, aku dapat memperbaikinya...."

"...Libby membunuh dirinya sendiri, aku sarankan kamu melakukan hal yang sama kalau kamu terus membuat malu diriku...."

"..."

"..."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now