BAB DUA PULUH SEMBILAN

2.8K 526 12
                                    

"Hei," kata Rex yang menyadari langkah kaki wanita itu di lorong dan ketika mendongak menemukan sosoknya. Rex tengah bersandar di depan pintu asrama Benny dan telah menunggu wanita itu dengan hoodie-nya yang sekarang menutupi rambut cokelat mudanya. Rex juga memakai topi agar tidak ada satupun orang mengenalinya. Tapi pria dengan tinggi seratus sembilan puluh empat sentimeter dengan tubuh besar dan kekar itu akan selalu membuat semua tubuh berhenti dan mata memandangnya.

"How is it possible for you to come up here? Bukannya penjaga di bawah sangat ketat?" tanya Benny yang baru kali pertama Rex lihat memakai scrubs berwarna biru muda yang membuat wanita itu semakin cantik. Perutnya yang mulai membesar karena masa kehamilannya juga mulai terlihat dan Rex harus menahan napasnya karena ia begitu terpukau. Benny sangat memesona walaupun wanita itu terlihat sangat lelah sekarang di mata sang quarterback. Benny mendongak dan menunggu jawaban dari Rex, tapi pria itu sama sekali tidak memiliki niat untuk menjawabnya. "Rex, apa yang kamu lakukan di asramaku? I need sleep."

"I want to sleep with you then," jawab Rex tanpa basa-basi.

"Rex," kata Benny dengan tegas, "Pulanglah."

"No, I don't want to go home. Not when you're angry and you don't want to talk to me. It's killing me, okay?" jawab Rex. "Dan untuk menjawabmu—aku menandatangani trading card penjaga asramamu. Ia memiliki trading card Crimson High-ku dan berjanji tidak akan mejualnya. Ten of them. Aku terlalu lelah untuk pulang sekarang, Bean. Apa kamu ingin aku mengalami kecelakaan? Aku bisa saja mengalami kecelakaan karena terlalu lelah."

"Lelah karena telah menandatangani trading card?"

"It's exhausting. The marker kept on sliding and the cards were all just too slippery," kata Rex. Walaupun ia terdengar konyol, ia tidak akan membiarkan wanita keras kepala yang terlihat begitu cantik walaupun marah itu menang. "Kamu ingin tidur, aku juga."

"Rex," kata Benny. Wanita itu lalu mendesah dengan panjang sebelum menatap biru suaminya, "Aku tidak ingin bertengkar. You want to do everything your way, sure. You don't want to tell me anything, sure. I prefer to not know than knowing you lied to me and I made myself such a fool. Apa pun yang sedang kamu coba lakukan dengan Faye dan ayahnya—bersama dengan tim barumu, aku tidak menyukainya. Tapi semua ini keputusanmu dan kalau kamu tidak ingin mendengarku tidak apa-apa. Who am I to tell you anything, right? I'm such a fool."

Rex mendekat dan menutup jarak di antara mereka sehingga ia bisa meraih dagu wanita itu dan membuatnya mendongak lagi dengan jari-jarinya. "Bean, aku tidak bermaksud untuk berbohong kepadamu. I don't even mean to left you out, okay? Aku hanya perlu menjadi quarterback terbaik di Patriots dan semua ini akan masuk akal nantinya. I'm not trying to make you suffer again, Bean. You will never see me with any other women, not even Faye Reid. Kamu tidak perlu lagi cemburu. Kamu juga tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Aku tahu apa yang kulakukan. I know that's not enough—but can we start there, Bean? Apa kita bisa mulai hari kedua kita sebagai sepasang suami istri dari sini?"

"..."

"..."

"...is that Reginald Escara?"

"...tunggu...."

"...ya, itu dia...."

Benny dengan cepat meraih kuncinya dan membuka pintu kamarnya sebelum suara-suara dibelakang mereka mendekati. Mereka tahu sosok sang quarterback dan menemukan Rex di tengah asrama dokter muda membuat mereka bertanya-tanya dengan penasaran. Dengan cepat Benny mendorong tubuh sang quarterback ke dalam kamarnya yang gelap gulita. "Okay, Bean. I'm just proposing to sleep, but if you're up for—"

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now