BAB DELAPAN PULUH SEMBILAN

1.3K 344 13
                                    

"Apa?" tanya Benny dengan bingung. Ia sama sekali tidak mengerti dengan satupun kata-kata yang Richard katakan dan semakin ia mencoba untuk mengerti, semakin kata-kata pria itu terdengar bagaikan tipuan.

Richard mendorong rak yang baru saja ia buka dengan sangat kencang sehingga Benny terperanjat terkejut. "Benny, Scott Bennett, Benny the bear... seberapa naif dirimu sebenarnya? Apa kamu mencoba untuk menjebakku?"

"Ya," kata Benny dengan jujur. "You're behind Libby's death, Coach."

"Am I?" tanya Richard Watson kepada Benny. "You don't know a thing Benny. You don't know how much I love that kid like my own. Apa kamu mengenal Libby? Tentu saja kamu tidak mengenalnya. Aku mengenalnya. Libby baru saja kembali dari perjalanannya keliling dunia. She's a traveler and always been full of adventure. Rex, Nick dan Cal selalu memberitahuku cerita-cerita perjalanan Libby, mulai dari Mesir, hingga pulau terpencil di Irlandia. Namun Libby harus dihadapkan oleh dua pilihan sulit. Ia kembali ke Boston karena kedua orang tuanya memintanya untuk memilih antara bekerja atau sekolah. One day she visited Harvard. She saw me, she ran, and hugged me tight. The next day, she came to my office and I walked her around the campus. Aku berjanji untuk memberikannya referensi untuk masuk Harvard, tapi aku perlu melihatnya bekerja keras. Libby membantu para staf Crimson High untuk beberapa minggu. Setiap hari aku melihatnya sangat ceria dan tersenyum, sampai... sampai... hari itu Libby tidak datang ke kampus. Aku mencarinya seharian. Kupikir ia jatuh sakit. Ketika aku mendengar dari Dekan Ambrosse, dekan Escara House, kalau Rex, Nick dan Cal tidak akan mengikuti latihan untuk beberapa waktu karena kematian adik mereka, hatiku hancur, Benny. Was it me? Did I pushed her too hard to work? I didn't know what happened. I blamed myself.

"Kamu ingin menjebakku? Fine, go ahead. Blamed Libby's death to me. Mungkin kamu benar. Aku yang salah. Aku yang telah memaksanya untuk bekerja sangat keras," Richard terlihat menitikkan air matanya dan Benny terdiam di tempatnya menatap pria itu. Sekarang sang pelatih utama mendongak dan menatap langit-langit atap kamar Libby. Dengan suara paraunya yang tercekat, Richard berkata lagi, "Kamar ini menyimpan banyak rahasia, bukan? She died here. She's here. She's always here. Apa yang Libby pikirkan ketika mengembuskan napas terakhirnya? She must be very lonely here."

"..."

"..."

"Aku perlu tahu, Benny. Aku perlu tahu apa yang ia pikirkan di saat terakhirnya," bisik Richard kepada Benny. "You tried to bring me down, I'm already in hell, Benny."

"Tidak ada buku harian, Coach. Seperti yang aku katakan—"

"Bohong!" kata Richard kepada Benny dan pria itu memukul salah satu rak sampai menghancurkannya. "Bohong! Bohong! Bohong! Aku perlu tahu!"

"She didn't write anything, Coach," bisik Benny yang ketakutan.

Richard mulai mengerutkan dahinya dan bertanya, "Tidak mungkin, Benny. Aku mengenal Libby. Ia selalu membawa... ya... ia selalu membawa sebuah buku catatan berwarna cokelat. She usually wrote everything I said in that book. Where the fuck is that book?"

"Apa yang kamu harapkan ia tulis di dalam buku itu kalau kita menemukannya, Coach?"

"I needed to know who killed her! I have a feeling those jeks did it. They drove her to the limit."

"Those... jerks?" tanya Benny yang tidak tahu siapa yang Richard Watson sedang bicarakan sekarang.

Richard membelalakkan matanya dan sekarang terlihat marah kepadanya, "You don't know?"

"Apa... aku harus tahu?" tanya Benny.

"Those jerks Benny!"

"Coach, aku tidak tahu siapa yang kamu sedang bicarakan."

"There's a secret society inside of Harvard. Inside Crimson High. Inside that god damn wall of Escara House. Mereka melakukan semuanya. Everything immoral. A society established for fucked up things. Aku keluar dari Harvard karena ini, Benny. I can't stay knowing that this society is controlling the university and like a plague, spreads this disease of corrupted mind. Libby... was the victim."

Benny menatap Richard dan dengan berani ia bertanya, "Anda mengetahui mengenai kelompok ini, Coach. Maybe you're part of them?"

Richard mengangguk, "Ya, kamu boleh berpikir seperti itu, Benny."

Benny mengerutkan dahinya, "What? So, are you part of the society?"

"Duine Tofa,[1]" kata Richard kepada Benny. "That's the name of the society, Benny. Aku mengetahuinya karena hampir sebagian besar anggota Crimson High adalah bagian dari kelompok itu. Do you remember Benito Mendez? Ya, pelatihmu adalah bagian dari Duine Tofa, Benny. Aku memutuskan untuk mengeluarkannya bukan hanya karena ia tidak sopan kepadamu, tapi karena ini. Karena kelompok ini.

"Can't you see, I'm not the bad guy here, Benny. I just wanted justice for Libby. I love her—I truly love her with all my heart."

______

[1] Duine Tofa dari Bahasa Irlandia adalah kata untuk yang terpilih.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang