BAB DUA PULUH SATU

4.6K 616 15
                                    

Benny mengangguk dan memberikan izin untuk pria itu untuk menciumnya. Rex tersenyum dan jari-jari menyentuh kedua pipinya, "Aku berjanji kepada William untuk tidak akan pernah membuatmu menangis lagi, Bean. Hari kedua aku menjadi suamimu aku sudah menjadi suami yang paling buruk di dunia ini."

"Aku sudah berhenti menangis dan menunggumu menciumku, Rex," kata Benny yang sekarang terlihat tidak sabar. Rex tertawa dan berkata, "I'm starting to think you're impatient, Bean."

"Kamu mengatakan kepadaku kamu ingin menciumku, tapi kamu berhenti untuk membicarakan dirimu sendiri yang membuatku menangis. Are you going to kiss me or not?" tanya Benny yang sekarang merajuk dan cemberut.

Wanita itu terlihat lebih berisi sekarang dan wajahnya yang cemberut bagi Reginald Escara, sang quarterback sangat cantik dan ia sekarang menutup jarak di antara bibirnya dengan bibir wanita itu. Mencium Benny terasa begitu tepat baginya. Selalu tepat, ulang Rex ketika bibirnya mencumbu bibir istrinya yang begitu memabukkan. Ia memperdalam ciuman itu dengan bibirnya dan Benny mulai membalasnya perlahan-lahan. Benny tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengerti kalau Rex menuntut wanita itu untuk membalasnya.

Benny menaikkan lengannya dan sekarang mengalungkannya ke leher pria itu. Jari-jarinya memainkan rambut Rex dan ia mendesah ketika pria itu terus memperdalam menciumnya. Sekarang ciuman Rex berubah menjadi tuntutan ketika lidahnya terulur masuk ke dalam mulutnya dan Benny mengeluarkan suara erangan.

Lengan Rex berpindah dari wajahnya turun ke leher dan Benny membiarkan pria itu menelusuri tubuhnya. Benny mendekatkan tubuhnya dan tanpa ia sadari sekarang ia berada di pangkuan pria itu. Kedua kakinya berada di kedua sisi tubuh Rex dan bokongnya berada di paha sang quarterback yang sekarang memangkunya.

Rex berhenti menciumnya dan Benny terlihat kesal ketika pria itu menarik bibirnya, "Why?" kata istri Rex yang menuntut akan penjelasan kepada suaminya.

"Well, I think we need to stop," kata Rex yang menyadari kalau ia telah membuat wajah Benny memerah dan bibirnya sekarang bengkak.

"What?" tanya Benny tidak mengerti.

"Karena," kata Rex mencoba memberikan alasan logis. "Kalau aku tidak berhenti aku akan terus menciummu dan aku akan melakukan hal-hal lain yang akan menyakitimu. Kamu hamil dan aku membahayakan dirimu."

"Reginald Escara, apa?" tanya Benny sekali lagi tidak mengerti.

"Apa kamu baru saja memanggilku Reginald Escara untuk memperjelas amarahmu?" tanya Rex kepada Benny yang sekarang terlihat frustrasi. Benny mengangguk dan menggigit bibirnya, "Aku sangat kesal karena kamu berhenti."

"Bean, kalau aku tidak berhenti akan banyak hal yang akan terjadi."

"Seperti kejantananmu yang mengeras sekarang, Rex?" tanya Benny yang sekarang merasakan tubuh pria itu yang mengeras dibawahnya.

"Bean," kata Rex yang tidak bisa berkonsentrasi ketika Benny bergerak hanya untuk merasakan tubuhnya. "You're killing me."

"Me? Killing you?" tanya Benny dengan marah. Benny mengerutkan dahinya dan memukul dada Rex. "You are killing me, Rex!"

Rex menatap istrinya dengan tercengang, "Aku?"

"Kamu berhenti menciumku! Apa kamu tahu secara statistika wanita hamil memiliki libido yang jauh lebih tinggi? Apa kamu tahu betapa aku sangat kesal kepada dirimu karena kamu tidak memuaskanku? Ugh, apa kamu berpikir aku gendut? Is that why you stopped kissing me because I'm fat?" tanya Benny yang sekarang menjadi sensitif ketika berpikir Rex berhenti karena berat badannya yang naik.

"No, Bean, oh, God. Apa yang telah kuperbuat?" tanya Rex yang sekarang bingung.

"Kamu berhenti menciumku, Bodoh."

"Aku mulai mengerti sekarang, Bean. Aku mulai mengerti dimana letak kesalahanku."

Benny mendekatkan bibirnya kembali dengan bibir Rex dan berbisik, "Kamu akan bertanggung jawab atau tidak, Rex?"

"I'll kiss you again for sure, I'm so sorry you're upset."

"Kamu tadi mengatakan kamu akan bertanggung jawab, Rex?"

"Ya," kata Rex dengan patuh. "Aku akan menciummu dan bertanggung jawab, Benny."

"There's something else, you're responsible for."

Mata biru itu menatapnya dengan serius dan bertanya, "Did I forgot something?"

"Ya," Benny berkata dengan tegas. Lalu ia menggiring tangan Rex dengan tangannya perlahan-lahan ke arah kedua selangkangannya. Benny hanya memakai celana dalam di balik jersey pria itu dan tidak sulit untuk menyelipkan kedua jari Rex yang besar dan jenjang ke dalamnya. Benny mengerang ketika jari-jari itu menemukan titik sensitifnya dan Rex berbisik, "You're wet."

"You're responsible for that."

"Bean, I'm going to hurt you."

Benny lalu berkata, "Kalau kamu tidak melakukan sesuatu, aku akan memastikan diriku yang menyakitimu, Rex."

"Is this safe?" Rex tidak yakin dan ia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tapi jari-jarinya tidak berpindah dari titik sensitif tubuh Benny yang sangat basah. "For your pregnancy, Bean."

"It's fine, I'm the doctor, you're the quarterback, right? Please, I need you to be a responsible man now, Rex. Can you do that?" tanya Benny kepada Rex yang sekarang hampir kehilangan akal sehatnya.

Rex mengangguk dan berkata, "Sangat tidak sabar, Bean."

"I'm pregnant because of you. You do know that, right? So, be responsible, Rex."

"Yes, Mam," kata Rex yang sekarang mengerti dan mulai menggerakkan jari-jarinya. Benny berpegangan kepada bahu pria itu yang bidang dan mengerang dengan puas. "Rex," bisiknya.

"Are you okay?" tanya Rex yang bergerak perlahan-lahan dan tidak ingin menyakiti tubuh Benny yang hamil. Benny mengangguk dan Rex mencium bibir wanita itu dengan cepat sebelum ia mempercepat irama jari-jarinya dan ia berkata kepadanya, "Come for me, Bean."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now