BAB DUA PULUH DUA

2.9K 595 48
                                    

"Ugh... Bean?" Rex berhenti mencium bibir Benny dan menggigit bibir bawahnya sehingga ia dapat menahan dirinya sendiri untuk tidak kembali mencium bibir istrinya.

"Ya?" tanya Benny yang melihatnya dengan bingung. "Kenapa kamu berhenti?" tanya wanita itu dengan merajuk sekarang.

"I'm sorry," kata Rex.

"Kamu tidak ingin menciumku lagi?" tanya Benny dengan tatapan sedih dan kecewa.

Rex menggeleng kepalanya dengan cepat, "No, Bean. Oh, God, no. Hanya saja, tanganku yang err, mengenal payudaramu sangat baik, merasa ada perbedaan. Kali terakhir aku memegangnya, tidak sebesar sekarang, Bean."

Benny menyadari kalau jersey Crimson High milik pria itu yang ia kenakan telah dilepaskan oleh sang pemiliknya dan sekarang payudaranya terekspos. Benny juga sangat menyadari kalau tangan Rex yang besar sedang meremasnya membuatnya mengerang. "I'm pregnant, Rex."

"Oh, oh," kata pria itu yang mengerti.

"Apa kamu tidak menyukainya? Apa aku... gemuk?" tanya Benny yang sekarang menyadari kalau mungkin Rex tidak menyukai tubuhnya yang membesar. "Oh, kamu tidak menyukainya."

Benny terlihat sedih dan hampir menangis, membuat Rex dengan panik berkata, "Bean, oh God, maafkan aku, aku sangat menyukainya. Tubuhmu yang hamil, aku sangat memujanya. Bean, you're so beautiful pregnant and if any men deprived himself to touch you, whoever that man is, he's a fucking fool. Payudaramu, oh, Tuhan, untuk kali pertama aku merasa bangga karena telah menghamilimu. If I know sooner these will grow bigger...." Rex meremas payudaranya sekali lagi dan memainkan putingnya yang mengeras, membuat Benny mengerang. "You're so beautiful, Bean."

Kali ini Rex menggantikan tangannya dengan mulutnya, membuat Benny meneriakkan namanya yang terdengar sangat parau dan seksi. "I'm going to worship you, Bean."

Benny membiarkan pria itu memainkan lidahnya yang andal di payudaranya sementara jari-jarinya meremas dan menarik rambut pria itu yang sekarang terlihat berantakan. Mereka berada di ruang tamu dan tidak memedulikan siapapun dan apapun, sampai bel pintu utama apartemen terdengar.

"Rex...." bisik Benny dan ia menarik tubuhnya menjauh sehingga Rex tidak bisa lagi melumat dan menggigit putingnya yang berwarna merah muda kembali. "Someone's at your door."

"Biarkan saja," kata Rex yang sekarang hanya mempunyai satu tujuan hidup—memuja istrinya.

"Rex," kata Benny yang sekarang telah mendorong tubuh pria itu dan melangkah turun dari pangkuan sang quarterback. Rex mendesah dan berkata, "Bean, come back."

"Reginald Escara—"

"Baiklah, kamu memperjelas kemarahanmu sekarang," kata Rex yang berdiri dengan malas-malasan dari sofa yang baru saja akan menjadi saksi mereka bercinta. Pria itu meraih jersey-nya di lantai dan mengangkatnya sebelum Benny dapat melakukannya. Benny berkata, "Kembalikan kepadaku."

Rex menatap tubuh Benny yang sekarang terlihat menakjubkan dengan mata biru mudanya sementara istrinya menatapnya dengan kesal, "Rex, aku telanjang."

"Ya, aku sangat menyukainya."

"Ugh, Rex, kamu harus membuka pintu apartemenmu."

"Or we can ignore whoever that is knocking on my door," kata Rex yang sekarang menaikkan jersey-nya ke atas kepalanya sehingga Benny tidak bisa meraihnya. Benny mendekat dan mencoba berjinjit untuk mengambil jersey pria itu, "Aku harus pakai baju, Rex."

"Aku menyukaimu tanpa pakaian sayangnya, Bean."

Benny dengan kesal berhenti berjinjit dan berkata kepada Rex, "Okay, fine. Kalau begitu kita akan membuka pintu dengan aku telanjang." Benny berjalan ke arah pintu tapi Rex meraih tubuhnya. Dengan mudah sang quarterback mendekap tubuhnya dan sekarang punggung Benny yang telanjang kembali menabrak dada pria itu. "Not so fast Mrs. Escara."

"Kembalikan jersey-ku," kata Benny.

"Baiklah," kata Rex yang sekarang menyerah. Ia tidak akan pernah membiarkan siapapun selain dirinya melihat tubuh Benny. Jadi sekarang ia harus mengembalikan jersey-nya untuk wanita itu kenakan. Rex berkata, "Angkat tanganmu, Bean."

Benny mengangkat kedua tangannya dan Rex mengenakan kembali jersey-nya kepada tubuh wanita itu. "I like you naked, Bean."

"Semua pria normal menyukai tubuh wanita telanjang, Rex," kata Benny yang sekarang telah berjalan ke arah pintu dan Rex tersenyum mengikuti wanita itu.

Benny membuka pintu di hadapannya dan Rex berada dibelakangnya. "Siapa—" Rex baru saja melangkah maju ketika hal itu terjadi begitu cepat membuatnya terperanjat. Faye Reid yang berdiri di depan Benny, tiba-tiba menampar istrinya dan Rex tidak sempat melakukan apapun untuk menghentikannya. "What the fuck?" teriak Rex dengan marah.

Tubuh Benny sedikit terhuyung kebelakang dan Rex meraihnya. Tapi Faye Reid menggunakan kesempatan itu untuk melangkah masuk ke dalam apartemennya tanpa izin. "What the fuck, Rex? Kamu menghancurkan kariermu untuk wanita ini?"

"She's my wife! Get out, Faye!"

"Aku calon istrimu! Aku cinta pertamamu dan cinta terakhirmu! Aku yang sakit, Rex! Aku juga yang hamil! Aku... aku... aku! It's me, can't you see?"

"What the fuck, Faye?"

"I'm the one—your wife, your sick pregnant wife. Not her."

Rex mengerutkan dahinya dan dengan bingung ia menatap Faye Reid. "Get the fuck out, Faye!"

"Try me, siapa yang akan mereka percaya? Aku atau wanita miskin di hadapanku?"

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang