BAB SEMBILAN BELAS

3.8K 715 40
                                    

"I mean it's just nonsense what Reginald Escara just said, right? Out of the blue he's now married? In the midde of a scandal, he's married? This is all PR stunt for real," kata Kay Thompson, pembawa berita channel FOX 9.

Benny dengan cepat mengganti berita tersebut hanya untuk menemukan pembawa berita lain membicarakan Rex, kali ini tiga orang bersamaan sedang berdebat dengan hebat mengenai sang quarterback dan pernyataannya tadi siang.

"Come on, Giselle, what's the issue here?"

"The issue is he's not credible, Henrietta."

"Oh, he is the best rookie quarterback and he just won the Heisman. Kredibilitas apalagi yang diperlukan untuk memainkan football di tingkat NFL?" tanya Henrietta Tyra Romane, kepada koleganya Giselle Monroe di NBC News.

"Kredibilitasnya sebagai pria diragukan Henrietta, bagaimana bisa aku percaya dengan kemampuannya bermain sebagai quarterback dengan bayaran termahal di NFL? He doesn't deserved that pay cut. It's just ridiculous to pay a rapist—"

"Alleged," Henrietta memperbaiki.

Benny sekali lagi mengganti channel dengan menekan tombol remote televisi dan mengerutkan dahinya ketika channel berikutnya tetap menayangkan berita mengenai Rex. Wajah pria itu terus muncul di televisi. Mereka semua mengulang press conference pertama pria itu sebagai quarterback dan pernyataannya.

"Apa yang diinginkan publik? Kalau ia bertanggung jawab kepada wanita yang ia hamili apa lagi yang diinginkan semua orang? He could only married one woman."

"Dan wanita yang disakiti adalah Faye Reid! Faye mencintai Rex sepenuh hati dan pertama yang membelanya di publik sampai wanita itu dipermalukan. Faye Reid tidak dinikahi Rex."

"Because he impregnated another woman."

"Come on, must that pregnant woman be married to the quarterback? Kenapa Faye Reid yang harus menderita? Wanita itu hamil, di zaman sekarang kehamilannya bukan sesuatu yang taboo."

"Tapi pertanyaannya sekarang apa yang akan Patriots lakukan kepada quarterback-nya yang telah mereka bayar dengan sangat mahal?"

Benny mendengarkan setiap orang yang membicarakan Rex dan melihat wajah pria itu di layar televisi. Air matanya keluar dan tidak kuasa ia menahan emosinya yang telah ia tahan seharian. Ia mematikan televisi dan memeluk dirinya sendiri. Benny menaikkan kedua kakinya sekarang, membuat pahanya sejajar dengan dadanya dan tangannya berada diseputar tubuhnya. Ia menunduk dan menaruh dahinya di lututnya.

Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan ia merasa takut akan karir Rex yang terancam karena dirinya. Benny tidak tahu berapa lama ia telah menangis dan berada dalam posisi memeluk dirinya ketika ia mendengar pria itu berkata, "Hey, Bean. Are you hiding from the world?"

Benny mendongak, matanya yang sembap sekaran menatap mata biru muda itu. Reginald Escara, suaminya, menunduk dan dengan jari-jarinya yang besar dan hangat menghapus air mata yang tersisa dari matanya. "Hey, Baby. I'm home."

"Hey," bisik Benny.

"I'm so sorry, Rex," bisik Benny. Air matanya kembali turun dan Rex dengan panik menatap wanita itu. "Baby, please stop crying."

"Ini semua salahku, bukan?"

"Tidak—"

"Reputasimu, Rex. Semua orang tidak percaya dengan apapun yang kamu katakan mengenai pernikahan ini. I'm wrong about the decision. We shouldn't get married this soon. Tidak ada yang percaya. Ya, Tuhan. Ini semua salahku."

"Bean, kalau ada satu hal yang kusesali kita menikah sangat terburu-buru adalah tidak melihatmu berjalan dengan gaun putih dan William Bennett memberikan tanganmu kepadaku. But I would not take it back now as you are my wife now."

"Tapi—"

"Bean, tidak ada tapi. Aku tidak akan mengubah apapun sekarang. You're mine now. You're my wife now. Biarkan saja mereka membicarakanku. It doesn't matter what the world thinks. Sekarang, bagaimana harimu? Apa kamu beristirahat cukup? Apa kamu sudah makan dengan cukup? Apa apartemen ini cukup untukmu?"

Karena Benny tidak memiliki shift hari ini, Rex memintanya untuk diam di apartemen pria itu seharian selagi para media akan mengincarnya di publik kalau dirinya terlihat. Benny yang sekarang mengenakan jersey Crimson High pria itu membuat Rex tersenyum dengan puas, "I like you wearing my jersey."

"Rex," Benny berkata dengan lirih.

"Bean, apa kamu mau mengetahui sebuah rahasia? Let me tell you. Ketika aku melakukan konferensi pres tadi pagi, satu-satunya hal yang aku pikirkan adalah pulang kepadamu. Tapi tentu saja Coach Andrew menahanku sampai malam untuk mempelajari strategi offense dan aku tidak bisa kembali dengan cepat kepadamu. I'm home now, Bean. I think I will always love the idea of saying that to you—I'm home. Because I know you'll be waiting for me and it's the only place I want to be. Ketika aku bersamamu, di rumah ini yang akan menjadi rumah kita nantinya, aku tidak akan memikirkan persoalan konyol seperti reputasiku. This is our own little bubble of universe. It's off limits to the people out there. Aku ingin melakukan banyak hal denganmu di rumah ini. Aku ingin makan, tidur, menonton, mandi, bercinta, membesarkan anak kita, dan melewati hari-hariku bersamamu. Starting with the very obvious now actually. Do you want to know what I want to do with you now?"

"This very moment?"

"This very second, Bean."

"I don't know, Rex."

"I want to kiss your lips, Baby. Can I kiss you, please?"

"I'm ugly, my snort is everywhere, and whole face is as red as a tomato, Rex."

"Nah, Bean. I just see my beautiful wife with my Crimson High jersey.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now