BAB EMPAT

4.1K 828 69
                                    

Reginald Escara sama sekali tidak mengalami serangan jantung ketika Benny memberitahu mengenai kehamilannya. Sejujurnya ia akan menjadi pria yang sangat bodoh kalau ia mempertanyakan apa dirinya yang menghamili Benny. Rex tahu apa yang telah ia lakukan di Vermont dan kemungkinan besar apa yang terjadi setelah ia tidak menggunakan pengaman sama sekali ketika bercinta. Ia tidak pernah kehilangan akal sehatnya sampai malam itu ketika Benny mengucapkan tiga kata—aku membutuhkan kamu.

Tapi Rex sepertinya mengalami serangan jantung karena ia menahan napasnya cukup lama dan detak jantungnya berhenti pada saat Benny menjawabnya, "Marrying me will be your biggest mistake in life after second getting me pregnant, Rex."

Baiklah. Ia baru saja ditolak. Oleh Benny.

"Apa?" tanya Rex seperti pria bodoh yang tidak mengerti kalimat itu.

"No, I will not and do not want you to marry you Rex."

"Tunggu, kamu tidak punya opsi untuk tidak mengatakan tidak, Bean."

"What?"

"Kamu hamil dan anak dikandungan kamu adalah anakku. Bagaimana kamu bisa mengatakan tidak?"

Benny mengerutkan dahinya dan walaupun wanita itu terlihat begitu mengesalkan, Rex berpikir Benny adalah wanita hamil tercantik yang pernah ia lihat. "Kamu tahu kalau zaman sekarang hanya karena seorang wanita hamil bukan berarti pria yang menghamilinya harus bertanggung jawab, bukan?"

"Tapi aku ingin bertanggung jawab."

"Dengan menikahiku?"

"Is that really hard for you to grasp?"

"I am not going to be your wife, Rex. Not now, not ever, actually."

"Scott Bennett."

"Jangan 'Scott Bennett' diriku, Rex. Aku tidak datang malam ini untuk mendengarkan kamu melamarku karena tahu aku hamil. Aku hanya ingin kamu tahu aku hamil."

Rex menatap wanita itu dengan marah sekarang, "Tapi aku mempunyai hak untuk meresponmu. Apa menurutmu aku hanya boleh tahu saja mengenai kehamilanmu? For the love of God, Bean. We made the baby inside of you now and I want to feel included in every steps of your pregnancy. Aku telah kehilangan empat bulan tidak mengetahui hal ini, apa kamu berpikir aku ingin kehilangan lebih banyak waktu?"

Benny tidak bisa menjawab Rex dan ia melihat air mata wanita itu yang mulai turun dari kedua matanya. "Ugh, aku menjadi sangat sensitif dan cepat menangis. Sialan," gumam Benny.

Rex merasa bersalah karena ia baru saja mengatakan kata-katanya dengan emosi yang meluap-luap. "Maafkan aku, Bean. Ya, Tuhan," ia melangkah maju dan memeluk wanita itu dengan cepat. Ia dapat merasakan perut Benny yang sekarang mulai terlihat besar membuat jarak di antara mereka. "Oh, aku tidak tahu bagaimana aku tidak melukaimu," dengan canggung Rex memeluk Benny dan menghindari perutnya.

Benny menahan tawanya walaupun air matanya terus keluar, "Kamu berpikir kalau kamu memelukku kamu akan menyakitiku, Rex?"

"Hmm, ya?" tanya Rex. Ia tidak sepenuhnya melingkarkan tangannya yang besar dan kekar diseputar tubuh Benny karena ia takut menyakitinya. "God, Bean, what took you so long? Kenapa kamu tidak memberitahu lebih cepat?"

"..."

"..."

Benny tidak memberitahu Rex lebih cepat mengenai kehamilannya karena dua bulan pertama masa kehamilannya, ia menghabiskan waktu keluar masuk rumah sakit karena penyakit autoimunnya yang membuatnya diabetes. Ia hampir mengira dirinya akan kehilangan kandungannya di bulan ketiga, sampai dokter mengatakan kalau Benny akan baik-baik saja memasuki bulan keempat.

"Aku tidak tahu cara mengatakannya kepadamu," bisik Benny yang entah tanpa sadar ingin menutup jarak di antara pelukan canggung Rex dengan tubuhnya. Ia menarik kaus yang dikenakan pria itu dan memeluknya. "Bean, aku akan meremukkan anak kita," kata Rex yang sekarang diam terpaku bagaikan patung ketika Benny menutup jarak di antara mereka.

"Nick mengatakan kepadaku kalau kamu pasti akan marah, tapi aku tidak pernah menyangka kamu akan melamarku."

Rex mendengarkan kata-kata Benny dan berkata—kali ini tidak terlalu berapi-api, "My fucking brother knows first before me? Nick knows about your pregnancy before me? I'm the dad, Bean."

Benny tidak memedulikan kemarahan pria itu karena ia merasa begitu hangat dipelukannya, ketika ia bergumam, "Nick yang membaca test pack-nya kali pertama."

"Scott Bennett, I seriously will do criminal offense to Nick once we're done talking."

Benny menggeleng dan berkata, "Yang terpenting adalah kamu tahu."

"Aku harus menjadi yang pertama tahu, Benny."

"I told you at the end. Ugh, aku sangat yakin ini hormonku, kenapa aku tidak bisa berhenti mencium kausmu dan menghirup harummu. Aku harus pergi sekarang, Rex," kata Benny yang sekarang mendorong tubuh Rex menjauh. "You have a life here in Boston. A starting quarterback to the Patriots is a big role for you. You can't deal with me now. Aku akan baik-baik saja. Aku tidak lagi bekerja di Ho-Ho Bar ataupun tinggal di Alfredo's. Sekarang aku tinggal di dekat Boston Children's Hospital tempatku magang. Nick, Devon, Marsh, Higgins, dan Langston akan datang beberapa kali seminggu ketika aku tidak bekerja di rumah sakit atau mereka tidak sibuk kuliah.

"I will let you know about the baby growing inside of me. Aku akan memberitahumu semuanya, kamu juga boleh mengunjungiku dengannya. Tapi kita tidak perlu hidup berdua—atau mengambil langkah ekstrem seperti menikah. I am okay. Me and this child will be okay."

"I am not okay, Bean. Aku akan melakukan segala upaya agar kamu menjawab ya, dan kamu akan menikahiku."

"Rex—"

"Aku akan menikahimu. You are going to be my wife and the mother of my child. Also, I'll be fucking driving you home. Apa kamu pikir aku akan membiarkan ibu dari anakku pulang sendiri? You and me—we're going to be stuck like glue, Bean."

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02Where stories live. Discover now