🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Mengabaikan pekikan Shahnaz, Radit mengulangi aksinya. Pria itu ingin dijawab.
"A—aku gatau, kamu bisa cari tau sendiri."
Jawaban Shahnaz merupakan ijin untuknya.
Radit menatap puncak itu dengan kagum, tanpa menahan diri lagi, Radit membungkukkan sedikit tubuhnya kemudian menggigit dan menghisap dada istrinya dengan kuat membuat Shahnaz meracau kasar.
Jemari Shahnaz menelusup pada surai halus suaminya, menarik kepala pria itu lebih dalam sementara tubuhnya semakin menggeliat tidak beraturan.
Radit bergerak memposisikan dirinya diatas istrinya yang langsung melingkarkan tungkai indahnya pada pinggang Radit. Dalam satu gerakan, Radit mendorong masuk. Keduanya mengerang hebat.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Shahnaz terbangun dua jam kemudian karena perut kosongnya memberi peringatan, meronta untuk diisi.
Membuka mata malas, Shahnaz beranjak dari ranjang setelah sebelumnya menyempatkan diri mengecup kening Radit yang terlelap.
Shahnaz mendesah berat ketika sampai di dapur menemukan telur hasil karyanya tadi sudah teronggok dingin. Akhirnya memutuskan mengaktifkan ponselnya dan memesan makanan saja, terlalu malas untuk kembali berkutat di dapur.
Shahnaz mengambil satu apel dari lemari pendingin untuk mengganjal perutnya seraya menuju sofa berkutat dengan ponsel.
Sedetik setelah Shahnaz mematikan mode untuk tidak diganggu, ponselnya menjeritkan banyak pemberitahuan. Didominasi oleh pesan Acha dan Jennie yang membuatnya penasaran.
Menyelesaikan pembayaran pesanan untuk malanannya, jari Shahnaz bergerak lincah beralih pada ruang obrolan dengan kedua sahabatnya itu.
Baru saja Shahnaz akan menggulir ke pesan pertama, sebuah panggilan muncul darisana. Bisa Shahnaz tebak jika Jennie atau Acha melihat tanda pesan di grup yang berubah sehingga langsung menghubungi dirinya.
"Ha—" Belum sempat ia memberi sapaan, Jennie menyela. "Gimana jadinya?" Bertanya tidak sabar.
"Apaan?!"
"Lo bolehin gue gak nungguin Dimitri gede? Beda dua puluh sekian aja kok. Gue perawatan deh dari sekarang, tapi modalin ya. Duit lo pan banyak." Jennie menyahut disebrang sana membuat Shahnaz seketika berang ketika nama anaknya disebut.