🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE.
"I wont give up on us, Didi."
Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...
Shahnaz didudukkan kembali dipangkuan Radit. Pria itu mengaitkan rambut istrinya ke telinga, berbisik disana. "Saya laper, tapi bukan mau makan sandwich.. Saya mau makan.. Kamu."
Sedetik kemudian setelah menyelesaikan kalimatnya Radit menundukkan kepala dan memagut bibir istrinya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bibir Radit mengisap bibir Shahnaz kuat. Saat Shahnaz membuka mulutnya, lidah Radit menyusup masuk. Mengajak lidah istrinya saling membelit didalam sana.
Tubuh Shahnaz digiring untuk berbaring di meja makan yang kosong.
Shahnaz bergerak gelisah ketika tangan besar Radit meremas pahanya yang bebas karena kemeja kebesaran milik Radit tersingkap sampai perut dan Shahnaz hanya memakai celana dalam dibaliknya.
Radit dengan gerak lambat menelusup lebih dalam membuat Shahnaz melenguh, wanita itu berusaha merapatkan kedua kakinya namun Radit lebih dulu menempatkan diri diantara keduanya.
Radit menggigit bibir bawah Shahnaz, erangan parau lolos dari sana. Pria itu melepaskan tautan bibir mereka. Ciuman Radit berpindah menjelajahi rahang, terus turun pada leher Shahnaz, sesekali menggigit gemas meninggalkan jejak merah dan basah disana.
Shahnaz menahan napas ketika tangan nakal Radit sampai pada ujung tali celana dalamnya, mengurai simpulnya perlahan..
Mata bulat Shahnaz terpejam saat Radit memainkan jari-jarinya disana, menggoda inti tubuh Istrinya yang berdenyut. Membuat sekujur tubuh Shahnaz berdesir, dan diwaktu bersamaan menggeliat mendamba menginginkan lebih sentuhan dari Radit.
Shahnaz terbakar gairah yang disulut oleh suaminya.
Radit tersenyum, dengan tidak sabar pria itu membuka kemeja yang dipakai Shahnaz kuat sehingga kancing-kancing tersebut lolos dari tempatnya. Membuat bunyi gemericing samar ketika menyentuh lantai.
"Impas." Bisik Radit tepat ditelinga Istrinya.
Jika dalam posisi normal, Shahnaz akan tergelak, karena terakhir Shahnaz yang merusak kemeja suaminya, maka Radit berkata demikian kali ini.
Tapi keadaan sekarang ini, Shahnaz tidak dapat memikirkan apapun. Shahnaz sibuk melenguh, mendesah dan merintih ketika Radit melakukan hal-hal yang ia tidak perhitungkan dan membuat tubuh Shahnaz bereaksi diluar kuasanya.
Radit kembali menunduk menemukan dada Shahnaz membusung indah didepannya. "Indah sekali, Sayang." Ucap Radit seraya menggelengkan kepala atas tingkah nakal istrinya yang tidak memakai bra, dengan gemas pria itu menjentikkan jari pada puncaknya yang seketika menegang.
Shahnaz mendesah pelan, "Ugh!"
Radit tersenyum miring, dengan gerak pelan tangan besar Radit membelai dada istrinya. "Saya penasaran, apa Dimi dan Dida menyisakan sedikit bagian untuk Ayahnya disini?"