Shahnaz menimang dua ponsel ditangannya.

Satu adalah miliknya, sementara satu yang lain adalah milik Sarah.

Agar rencananya berhasil, Shahnaz harus mematikan ponselnya dan memakai ponsel yang Sarah pinjamkan. Terdapat nomer Sarah, Mami, juga Adrian disana. Mereka membentuk suatu aliansi untuk membantu Shahnaz memberikan suaminya kejutan.

Ini salah satu kekalutannya.

Radit itu semakin hari semakin protektif  jika memyangkut keluarganya. Apalagi ketika sedang berjauhan begini, hampir setiap satu atau dua jam sekali —selain jam tidur— suaminya itu mewajibkan video call untuk mengetahui dimana dan sedang apa keluarganya tanpa dirinya.

Dan karena itu, Shahnaz tidak yakin rencananya akan berhasil.

Penerbangan menuju Paris membutuhkan waktu yang cukup lama, —apalagi jika memikirkan harus bersembunyi dari Radit, rasanya lama sekali!

Tapi, sekali lagi, demi tekadnya. Shahnaz harus melakukan hal itu.

Untuk beberapa jam ini, Shahnaz berhasil menghindar karena tadi idi video call terakhir Shahnaz sempat berkata jika ia hendak tidur, sedang merasa tidak enak badan dan menginap dirumah Mami. Jika ada apa-apa Radit bisa menghubungi Sarah atau Mami lebih dulu.

Sepertinya sejauh ini juga Sarah bisa menghandle kakaknya itu dengan baik.

Menghela nafas dalam, Shahnaz menutup mata seraya mematikan ponsel miliknya.

Bodo wae lah, liat aja ini rencana bakal tahan sampe mana.

Baru saja mendarat dan helaan nafas jengah sudah keluar dari mulut Shahnaz ketika menemukan pesan singkat di ponsel milik Sarah yang ia gunakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baru saja mendarat dan helaan nafas jengah sudah keluar dari mulut Shahnaz ketika menemukan pesan singkat di ponsel milik Sarah yang ia gunakan.

[Nadira Shahnaz, share location, NOW.]

Meski pengirim pesan itu tidak bernama karena kontak yang ada disana terbatas, tapi hanya dengan melihat nomernya saja Shahnaz bisa tahu bahwa itu suaminya.

Tanpa membalas, Shahnaz hendak meletakkan ponsel itu kembali kedalam tas sebelum benda pintar itu berdering, menampilkan nama pemilik aslinya sebagai pemanggil. Sarah.

[Mbak! Gawat! Abang udah tau!]

Shahnaz memutar bola mata malas. "Kamu kan yang kasih tau?" Tuduhnya.

Meski tidak dapat melihatnya, tapi Shahnaz bisa membayangkan Sarah yang menggeleng cepat. [Nggak! Demi Tuhan bukan Sar, Mbak bisa tanya Mami.]

"Adrian?"

[Kayaknya juga nggak, tadi Kak Adrian nggak lagi sama Abang soalnya.. Abang belum tau Kak Adrian terlibat. Gimana dong, Mbak?] Sarah bergumam panik disebrang sana. Membuat Shahnaz mau tidak mau merasa iba juga pada adik iparnya.

"Yaudah, nanti Mbak aja yang urus Mas Radit. Tolong jagain anak-anak, ya, Sar. Mereka nggak rewel, kan?"

[Nggak kok, lagi dikamar Mami sama Papi.]

"Oke, salam buat Mami Papi ya, nanti Mbak kabarin lagi."

Shahnaz menutup panggilan dan menghela nafas panjang. Ini akan lebih buruk dari dugaannya.. Pikir Shahnaz lesu.

HALO? APAKABAR?? HEHE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HALO? APAKABAR?? HEHE

anywaaay mau ngingetin; please put your expectation at zero when it comes to jasnulis works.

BYE~~

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Where stories live. Discover now