42. Riak sang Renjana

128 14 3
                                    

Terbayang sudah bagaimana sikap Gani pagi itu setelah apa yang terjadi tadi malam. Gadis itu bersikukuh tidak mau melanjutkan perjalanan menuju Pulau kelor sebagai tujuan terakhir dari pelayaran perdana Kapal Pinisi Bestari sebelum akhirnya dirilis ke publik. Sebaliknya, Gani meminta Erik untuk menurunkannya di Pulau Sebayur karena dia berencana akan menginap di sana sambil menunggu kedatangan Linera.

Semalam, lewat telepon ternyata Linera sudah berencana akan menyusul ke Labuan bajo dan sedang mengemasi barang-barangnya begitu Gani menelepon. Dua hari ini tidak juga mendapat kabar dari Gani maupun Mahesa membuat Linera dilanda stres sampai akhirnya memutuskan berangkat sendiri untuk melihat kondisi sahabatnya secara langsung. Linera rencananya akan naik first flight esok pagi. Oleh sebab itu, Gani langsung memutuskan untuk minta di-drop di Sebayur daripada harus melanjutkan perjalanan ke Pulau Kelor bersama Mahesa.

Karena rasa bersalah Erik dan juga Citra, akhirnya mereka menyetujui permintaan Gani dan menyuruh kapten kapal untuk merubah haluan menuju Pulau Sebayur dahulu sebelum akhirnya tetap pada tujuan semula, yaitu Pulau Kelor.

Saat Gani mengemasi barang, Mahesa, Erik dan Citra mendatanginya sekali lagi dalam kamar untuk meminta maaf. Pengakuan Erik soal obat yang dicampurkan dalam minuman Gani membuat gadis itu meradang dan merasa dipermainkan. Seharusnya sejak awal, Gani tidak perlu ikut dengan Mahesa untuk trip kali ini. Seharusnya sejak dari Sumba, dia tidak pernah mengizinkan Mahesa untuk mendekatinya. Seharusnya, dia tidak pernah memberi kesempatan untuk Mahesa kembali mencuri hatinya.

Sisa perjalanan hanya Gani habiskan dalam kamar. Ajakan Citra yang menyuruhnya untuk sarapan pun tak diindahkan sama sekali. Dia amat kecewa dengan perbuatan yang Erik dan Citra lakukan terhadapnya. Walaupun Gani tahu kalau Mahesa juga korban dari kejailan Erik, tapi dia juga tidak bisa menutupi kemarahannya pada lelaki itu.

Kapal mendekati Pulau Sebayur yang terkenal akan bangunan resornya yang unik dan cantik, Gani langsung bergegas pergi menuju sekoci tanpa berpamitan pada Erik maupun Citra. Bahkan pada Mahesa saja dia tidak sudi untuk menengok.

Begitu berada ke atas sekoci dengan dibantu seorang awak kapal yang siap mengantarnya hingga dermaga, Mahesa terlihat melompat ke atas sekoci.

“Mau apa lagi kamu?” dengus Gani kesal.

“Izinkan saya untuk minta maaf sekali lagi. Saya nggak mau kamu pergi begitu aja dengan masih membawa marah sama saya.”

“Turun sekarang juga atau saya nggak mau lihat muka kamu lagi!” ancamnya.

“Gani, please ... jangan buat saya makin merasa bersalah sama kamu, dong.”

“Dan jangan buat saya jadi tambah benci sama kamu juga. Harusnya kamu bisa ngerti apa yang sedang saya rasakan sekarang. Saya merasa sudah kalian dipermainkan. Apa karena saya sudah nggak punya harga diri di mata kamu makanya bisa seenaknya?”

“Bukan begitu—”

“Nggak bisa kamu biarkan saya tenang sehari aja tanpa lihat wajah kamu?”

Mahesa kehabisan kata-kata. Dari sorot mata yang Gani pancarkan, Mahesa tahu kalau gadis itu benar-benar sedang diliputi emosi.

“Oke, saya nggak akan paksa kamu lagi untuk memaafkan saya. Yang penting kamu sudah dengar permintaan maaf saya yang sudah berkali-kali dan saya sangat amat menyesal dengan apa yang terjadi. Kamu hati-hati di sana dan jaga diri kamu baik-baik.”

Mahesa lalu kembali menaiki kapal dan hanya bisa menatap sekoci yang membawa Gani pergi semakin jauh dari jangkauannya.


***


Komodo Resort adalah nama dari resor yang kini disinggahi Gani. Bangunan yang sebagian besarnya bermateri kayu itu memang menjadi tempat yang cocok untuk menenangkan diri. Bungalow-bungalow yang berjajar rapi dengan pemandangan yang langsung menghadap lautan biru menjadi cara ampuh untuk mengusir kegundahan hati yang melanda. Setidaknya itu yang diinginkan Gani.

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Where stories live. Discover now