19. The Photograph

70 7 0
                                    

"Tante Kirana? Masuk, Tan." Satria membuka pintu lebih lebar agar calon mertuanya itu masuk dengan leluasa. Sebuah kejutan untuk Satria yang didatangi calon mertua secara mendadak ke kantor penerbitannya hari ini.

"Nggak usah, Sat. Tante nggak lama, kok," tolaknya begitu Satria bertanya minuman apa yang perlu disediakan untuk menjamunya.

"Aku kaget banget waktu dikasih tahu kalau Tante datang ke sini. Jarang banget Tante main ke kantorku." Satria tidak bisa menyembunyikan kegugupannya kala itu.

"Maaf kalau kedatangan Tante malah bikin kamu kaget. Maaf juga udah ganggu kamu kerja, tapi ada hal yang perlu Tante bicarakan sama kamu. Nggak apa-apa, kan?"

"Nggak apa-apa, Tante. Mau bicara soal apa, ya?"

"Soal teman kamu. Mahesa."

Dahi Satria agak berkerut mendengar Tante Kirana malah ingin membicarakan soal Mahesa dengannya. "Oh, Aku tahu. Tante juga merasa kurang suka, ya, sama dia? Tenang aja, Mahesa itu orang baik, kok, Tan. Walau terlihat urakan, tapi aslinya dia baik banget. Banyak bantuin aku lagi."

"Bantu kamu?"

"Iya. Kalau Tante mau tahu, awal aku kenal Mahesa itu karena dia pernah nolongin nyawaku waktu jatuh ke laut. Kalau nggak ada dia, mungkin aku udah nggak ada di dunia ini. Singkatnya, aku hutang nyawa sama dia, sih. Gani juga sempat punya kesan nggak suka sama Mahesa juga, tapi setelah aku kasih tahu kalau aku punya hutang budi sama dia akhirnya Gani bisa ngerti dan sedikit-sedikit mulai mau berteman sama Mahesa."

Kirana hanya bisa mengembuskan napas berat.

"Jadi Tante nggak usah khawatir atau berpikiran yang macam-macam soal Mahesa karena dia itu orang baik. Aku jamin itu," ungkapnya mantap.

"Tante tahu dia orang baik. Mungkin Tante jauh lebih tahu dia dibanding kamu."

"Maksud Tante?" ini kedua kalinya dahi Satria berkerut.

"Kamu pernah tanya Gani alasan apa yang membuat dia nggak suka dengan teman kamu itu?"

"Dia pernah bilang kalau nggak suka dengan penampilan Mahesa yang kurang rapih."

Seringai Tante Kirana terlihat. "Pasti ada alasan yang lebih kuat dibanding sekadar masalah penampilan aja, kan?"

Untuk ketiga kalinya dahi Satria lagi-lagi berkerut. Dia sama sekali tak mengerti dengan maksud pembicaraan kali ini.

"Sudahlah, Tante nggak mau bikin kamu tambah bingung. Tante cuma mau kasih saran kalau sudah saatnya merencanakan ulang tentang pernikahan kalian. Ini sudah tertunda setahun lebih, Sat. Dan Tante kasihan lihat Gani kalau harus menunggu kamu terlalu lama."

Ucapan Tante Kirana yang mulai membahas soal pernikahan langsung menohok jantung Satria.

"Iya Tante, aku juga nggak pernah lupa soal itu, tapi masalah pembukaan kafe dan book fair buat aku terlalu sibuk sampai nggak pernah bahas soal ini lagi sama Gani. Maafin aku, ya, Tan kalau membuat Tante kepikiran."

"Nggak apa-apa. Tante tahu kamu sibuk. Tante juga tahu kamu masih konsentrasi dengan kesehatan mamamu, tapi jangan sampai itu membuat kamu lengah. Soal rencana pernikahan, kami serahkan sepenuhnya pada kalian, tapi Tante harap jangan kelamaan. Senggani itu masih suka berubah-ubah hatinya."

"Berubah hati? Maksudnya gimana, ya?

Kirana hanya bisa diam, dia menimbang apa kira-kira harus mengatakan yang sejujurnya tentang hal yang sepertinya belum Satria ketahui soal putrinya dan juga Mahesa di masa lalu.

"Jangan sampai karena terlalu lama menunda pernikahan, bisa-bisa memberi celah bagi orang lain untuk masuk di antara hubungan kalian."

Sudah kesekian kalinya, tiga tonjolan kulit itu terlihat di dahi Satria yang mengisyaratkan bahwa dia sama sekali tidak paham dengan maksud ucapan calon mertuanya.

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Where stories live. Discover now