24. Speechless

77 7 0
                                    

Gawat! Ini benar-benar gawat kalau sampai Satria tahu tentang masa lalu Mahesa dan Gani. Gara-gara ucapan Satria tadi membuat Linera jadi kepikiran terus dan mengganggu konsentrasinya saat beryoga. Cewek itu akhirnya terduduk di atas matras sambil mengelap keringatnya dengan handuk dan menyudahi yoganya kali ini yang bahkan belum sampai lima belas menit dimulai.

Ini memang bukan permasalahan hidupnya, tapi permasalahan hidup sahabatnya. Namun, Linera tetap tidak bisa acuh dengan masalah percintaan Gani yang tiada henti itu. Bagaimanapun dia berusaha untuk cuek, tetap saja kekhawatiran itu hinggap dipikirannya terus menerus.

“Apa Satria udah tahu yang sebenarnya, ya?” Linera berbicara sendiri. “Tapi dia bisa tahu dari mana coba?”

Linera tidak bisa berhenti memikirkan masalah ini. Otaknya terus berputar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa Satria temukan hingga dia bisa mengetahui tentang semua rahasia yang coba Gani tutupi itu.

My God! Bukan urusan gue kenapa jadi gue yang ribet, sih!”

Linera meraih ponsel dan mencoba menghubungi sahabatnya. Dia harus melakukan sesuatu untuk mengakurkan Satria dan Gani agar masalah ini tidak sampai mengganggu hidupnya lagi.

Nadanya tersambung, tapi tak lama terputus sendiri. Linera tidak pantang menyerah, dia mencobanya lagi sampai berkali-kali.

“Hai, Lin!” suara Gani akhirnya terdengar juga setelah percobaan yang entah ke berapa kali.

“Akhirnya bisa nyambung juga. Susah banget tahu nggak telepon lo, oh my God!”

“Sinyal di sini emang rada susah. Suka ilang-ilangan gitu.”

“Jadi itu alasannya lo sampai hari ini belum telepon atau kabarin Satria juga?”

“Ya, belum bisalah. Gimana mau telepon, baru mau nyambung aja sinyal udah hilang. Report dari gue aja baru sampai tadi pagi, kan? Padahal udah gue send dari semalam, lho.”

“Tapi ini, kok, bisa nyambung?” Linera berpindah duduk ke atas sofa karena suara Gani yang sedikit kurang jernih didengarkan.

“Sinyal di sini emang untung-untungan, sih, jadi kalau beruntung di waktu yang tepat bisa lancar banget.”

“Ya, udah kalau gitu, mumpung lagi beruntung mendingan sekarang juga lo telepon Satria, deh, sebelum sinyalnya hilang lagi. Dia cemas banget karena belum juga ada kabar dari lo.”

“Iya, iya, habis ini gue mau telepon dia sekalian telepon Ibu juga.”

Beib, sebelumnya ada yang mau gue tanyain dulu sama lo.” Linera menelan ludah sendiri begitu dia akan masuk ke dalam akar permasalahan yang membuat yoganya berantakan hari ini.

“Apa?”

“Lo udah cerita sama Satria soal hubungan masa lalu lo sama ....”

Tut ... tut ... tut ....

Kenapa sambungan telepon harus terputus di saat yang tidak diinginkan???


***


“Teleponnya, kok, keputus lagi, sih?” tanya Satria setelah telepon mereka terputus untuk ketiga kalinya.

Sesuai perintah Linera, Gani mencoba untuk menghubungi Satria dan juga keluarganya di Jakarta.

“Sinyal di sini memang sering tiba-tiba hilang.”

“Tapi tadi kamu teleponan sama Tante Kirana lancar-lancar aja. Bahkan sama Linera juga. Kenapa sama aku mendadak sinyalnya jelek?” tembak Satria lagi.

“Ya, mana aku tahu. Mungkin karena udah sore kali.”

“Apa hubungannya sama sore?”

“Barangkali, Sat. Mungkin aja kalau menjelang malam sinyal di sini tambah jelek, aku juga nggak tahu apa penyebabnya.”

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu