40. Port of Hearts

125 13 3
                                    

Arah pelayaran Kapal Pinisi Bestari berlanjut ke Pulau Rinca sebagai destinasi berikutnya. Di sana mereka mengunjungi Loh Buaya yang merupakan habitat dari komodo di pulau tersebut. Ditemani ranger yang selalu siap dan waspada menjaga mereka dari reptil raksasa itu, keempatnya menyusuri trek yang tersedia di sana untuk mencari dan menemukan hewan prasejarah yang masih bertahan sejak zaman dinosaurus tersebut.

“Kamu sakit lagi?” tanya Mahesa yang memperhatikan keanehan Gani sejak masih berada di kapal.

Pagi ini, gadis itu nampak berbeda dari kemarin. Jika kemarin dia terlihat sudah ceria dan banyak tersenyum, hari ini Gani nampak lebih banyak diam dan cenderung menghindar bila Mahesa mendekatinya.

Gani menggeleng singkat.

“Kok, diam aja dari tadi?”

“Nggak apa-apa.” Jawaban andalan wanita jika sedang malas bicara.

“Yakin?”

“Iya.” Tak mau berlama-lama diperhatikan dan ditanyai, Gani berjalan mendahului Mahesa yang masih terheran-heran di tempatnya.
Sambil melanjutkan trek mencari komodo, pikiran Gani sejatinya melayang pada obrolan antara Mahesa dan Erik semalam yang tak sengaja dia dengar.

Saat akan menemui Mahesa untuk memberikan minyak pegal yang dia pinjam dari kru kapal, tak sengaja Gani mendengar kedua orang laki-laki itu sedang menyebut-nyebut namanya. Juga tentang fakta bahwa Mahesa masih menyimpan hati untuknya sungguh membuat perasaan Gani jadi tak karuan.

Sepotong hati Gani bahagia dan merasa tersanjung mengetahui jika lelaki itu masih belum juga memusnahkan namanya dari hati, tapi sepotong hati yang lain merasa sedih dan seakan menentangnya untuk bahagia. Kenyataan yang sedang dia hadapi di depan mata tak bisa diabaikan. Gani takut jika apa yang Erik sarankan pada Mahesa untuk kembali bergerak maju membuat Mahesa diliputi rasa berharap yang besar dan jelas Gani tidak akan bisa memberikannya.

Kondisi kesehatan yang tidak sempurna selayaknya wanita pada umumnya sudah membuat Gani minder. Setelah ditinggalkan Satria begitu saja, Gani makin merasa kalau dia amat tidak berharga dan tidak pantas bersanding dengan siapa pun. Makin memikirkan hal itu Gani makin merasa menjadi perempuan yang tidak berguna. Terbukti dengan begitu mudah Satria berubah pikiran setelah tahu bahwa jika tetap bersamanya, Satria tidak akan punya masa depan.

Hal itu juga berlaku untuk Mahesa. Lelaki yang sudah berhari-hari dengan setia menemaninya memang selalu berhasil memberi kenyamanan untuk Gani dan bukan sekali atau dua kali jantungnya berdebar tak karuan begitu sosok Mahesa berada di sekitarnya. Gani menyadari bahwa disangkal dengan keras pun, nama Mahesa masih terselip di hatinya hingga kini. Gani tidak ingin membuat lelaki itu berharap terlalu besar padanya. Dia mengasihani Mahesa jika sampai tetap teguh dengan pendiriannya.

Lelaki baik hati itu layak mendapatkan yang jauh lebih baik darinya. Wanita sempurna yang bisa memberikan masa depan cerah untuk kehidupan Mahesa selanjutnya dan orang itu bukanlah Gani.

Grep!

Gani terlonjak kaget begitu pergelangan tangannya dicengkeram dengan kuat dan tiba-tiba.

“Jangan melamun!” desis Mahesa memalingkan wajah ke depan dan Gani mengikutinya.

Ternyata di depan sana terdapat satu ekor komodo berukuran besar yang sedang mengamati kehadiran rombongan dengan sang ranger yang sudah pasang badan di depan mereka menghadang si komodo sambil menghunuskan tongkatnya. Kalau tadi Mahesa tidak segera menarik tangan Gani dan menghentikan langkah gadis itu, mungkin sekarang Gani sudah menjadi santapan kadal purbakala tersebut.

Komodo adalah hewan sensitif. Pergerakan yang tiba-tiba akan langsung memancing kadal raksasa yang tenang menjadi begitu agresif. Apalagi jika mereka sedang dalam keadaan lapar. Bahkan telur komodo saja bisa dimangsa induknya sendiri tanpa ampun, itu membuktikan komodo adalah hewan buas yang tidak mengenal siapa kawan dan siapa lawan.

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon