52. Happier Than Ever

125 10 10
                                    

"SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU IBU DAN BAPAK GURU!" dan mulai terdengar suara nyanyian dari anak-anak yang menyanyikan lagu 'Guruku Tersayang' secara serentak walau tak kompak dan nada yang berlarian.

Gani tidak bisa menahan rasa haru begitu menyaksikan aksi dari anak-anak Basira mengucapkan selamat atas pernikahannya lewat layar ponsel. Anak-anak yang pernah menjadi muridnya walau hanya sebentar tentu masih membekas di hati Gani dan sulit terlupakan. Apalagi setelah mereka menyanyikan lagu tentang guru yang ditujukan untuknya juga Mahesa, menambah rasa haru juga rindu yang menyatu dalam hatinya saat itu juga.

Gani bersandar di bahu Mahesa sambil mengelap air matanya yang mulai tumpah begitu anak-anak sudah selesai bernyanyi dan diakhiri dengan tepuk tangan dari mereka sendiri. Kemudian video beralih memperlihatkan wajah Lintang yang masih belum hilang garis senyumnya.

"Aku minta maaf, ya, karena nggak bisa datang ke pernikahan kalian, tapi aku senang banget waktu tahu kalau kalian akhirnya menikah. Anak-anak juga nggak kalah senangnya waktu aku kasih tahu kalau kalian menikah dan sedang ada di Labuan Bajo. Makanya anak-anak punya ide untuk kasih kado buat kalian berdua. Semoga suka, ya,"

"Makasih, ya, Tang untuk kadonya. Ini kado paling berharga bagi kami dari kalian," ungkap Mahesa yang juga mewakili Gani yang sudah tidak bisa berkata-kata.

"Sama-sama, senang rasanya kalau kalin suka kado dari kami." Lintang kembali mengarahkan layar kepada anak-anak.

"Ibu guru, kapan kemari lagi? Kita su rindu pada Ibu?" tanya Abe. "Kelas kami mau ada menyanyi di acara hari guru nanti, Ibu bisa datang tidak?"

Belum juga Gani menjawab pertanyaan Abe, video call pun terputus begitu saja. Gani langsung memeluk Mahesa karena tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

"Kamu kangen anak-anak, ya?" terka Mahesa membaca gelagat istrinya.

"Sejak tahu kalau saya punya penyakit yang membuat saya nggak bisa punya anak, sosok anak-anak jadi amat berharga di mata saya. Rasanya ingin terus berada dekat mereka." Gani melepas pelukannya dan menatap Mahesa. "Maaf ,ya, Mas, saya tahu kamu suka banget sama anak-anak, tapi saya nggak bisa-"

Mahesa membungkam Gani dengan kecupan singkatnya yang ampuh menghentikan gadis itu melanjutkan kalimat yang tidak ingin Mahesa dengar.

"Saya tahu kamu mau bilang apa dan saya nggak mau dengar lagi kata-kata itu keluar dari mulut kamu karena itu buat saya ikut sakit hati. Saya udah bilang berkali-kali kalau saya menikah dengan kamu karena saya mau hidup bersama kamu, bukan karena yang lain. Jadi stop mikir hal-hal yang malah buat kamu sedih. Kita bisa bahagia dengan cara kita sendiri."

Setiap kali mendengar penuturan Mahesa yang tak pernah lelah memupuk semangat yang layu, membuat tengkuk Gani selalu merinding dibuatnya. Gani tersenyum dan berjanji tidak akan pernah membahas lagi soal penyakit atau kekurangan yang dia punya. Sosok Mahesa yang berada di sampingnya sudah merupakan pelengkap dari apa yang tidak dia punya dalam hidup.

"Kalau kangen sama Basira, pergi aja ke sana," suara Papa yang datang menghampiri haluan kapal teedengar. Papa yang ditemani Mama kemudian duduk bergabung bersama Gani dan Mahesa.

"Maksudnya gimana, Pa?"

"Kok, maksudnya gimana, ya, kalian pergi ke Basira setelah ini. Tengok anak-anak yang di video itu, katanya istri kamu kangen sama anak-anak itu."

"Iya, Sa, Mama juga tadi dengar kalau mereka akan tampil di acara hari guru dan mereka ingin sekali bertemu kalian lagi."

"Nanti Papa bilang ke Erik sama kaptennya untuk berlayar ke sana, jadi kalian bisa langsung mendarat di Basira."

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Where stories live. Discover now