15. Cemburu?

74 5 0
                                    

Melihat ekspresi wajah Mahesa yang menegang begitu berbicara dengan Lara, membuat Gani ikut panik walaupun dia masih belum tahu apa yang dibicarakan keduanya di telepon. Setelah menutup sambungan telepon Mahesa dengan cepat langsung mematikan laptop, memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas dan bersiap untuk pergi secepatnya.

“Mbak Lara kenapa?” Gani ikut berdiri. Rasa keingintahuan yang kuat terhadap apa yang terjadi pada Lara hingga membuat Mahesa terlihat begitu panik membuatnya bertanya.

“Lara mau melahirkan dan sekarang dia di rumah sakit,” jawab Mahesa cepat sambil menyampirkan ransel di bahu.

“Saya boleh ikut?” suara hati menyuruhnya untuk pergi melihat kondisi Lara.

Mahesa akhirnya mengangguk setelah sebelumnya diam cukup lama. Gani pun mulai membereskan barang-barangnya dengan cepat sampai Linera datang.

“Kalian mau ke mana?”

“Lin, gue pergi sebentar sama Mahesa mau ke rumah sakit. Lo tolong bilangin ke Mas Rizal kalau gue nggak akan lama. Sebelum jam istirahat habis gue udah balik kantor, kok.”

“Ada apa?” Linera langsung ikut panik begitu mendengar kata rumah sakit.

“Mbak Lara mau melahirkan, kami mau ke sana sekarang.”

“Gue ikut, ah, Mas Rizal juga kayaknya masih anteng ngobrol sama temannya. Daripada gue bete sendirian, gue ikut kalian aja, ya. Bentar gue izin dulu.” Linera langsung pergi menuju meja pamannya dan dengan segala bujukan akhirnya Linera berhasil meminjam mobil untuk digunakannya ke rumah sakit.

“Lin, nanti Mas Rizal gimana balik ke kantor kalau mobilnya lo pinjam?” tanya Gani saat mereka sudah meninggalkan area parkir resto.

“Dia mau diantar temannya, makanya mobilnya bisa gue bawa,” jawab Linera yang berada di balik kemudi.

Sepanjang perjalanan yang bisa Gani lihat hanya wajah panik dan tegang dari Mahesa. Entah sudah berapa kali juga lelaki itu meminta Linera untuk mempercepat laju kendaraan agar bisa segera sampai ke rumah sakit yang tadi disebutkan Lara di ujung telepon. Melihat Mahesa yang dilanda panik akan kondisi Lara membuat Gani dihinggapi perasaan tidak suka. Entah kenapa.

“Lo panik banget, sih, Sa. Santai, dong! Kayak bini lo aja yang mau ngelahirin,” seloroh Linera.

Kalimat Linera membuat Gani makin tidak suka.

“Bukan gitu, Lin. Lara, tuh, sendirian di rumah sakit. Hendra lagi di Batam sementara orang tuanya masih di Jogja. Dia cuma ditemani sopir. Kasihan.”

Gani yang mendengar penjabaran Mahesa di kursi belakang makin dilanda perasaan tak nyaman. Jadi, kalau suami Lara sedang berada di luar kota bisa membuatnya bertindak seolah menjadi pengganti Hendra? Setidaknya pikiran itu yang terus berputar-putar di kepala Gani.

Reaksi yang Mahesa tunjukkan terlalu berlebihan untuk ukuran seorang kakak ipar ataupun sahabat dekat sekalipun. Reaksi yang lelaki itu tunjukkan lebih kepada reaksi panik seorang suami yang sedang mengetahui jika istrinya akan melahirkan di rumah sakit dan tak ada yang menemani. Apa Mahesa masih belum melupakan Lara sepenuhnya? Apa lelaki itu masih sangat mengistimewakan Lara walaupun sekarang Lara sudah bersuami? Ada yang diam-diam kembali membara di sudut hati Gani.


***


Tiba di rumah sakit, yang Gani lakukan hanya mengekor ke mana Mahesa pergi tanpa banyak bicara. Minatnya untuk mengetahui kondisi Lara hilang sudah sejak masih di mobil tadi.

Sampai di ruang bersalin, Mahesa menemukan sopir Lara dan juga Ndaru yang masih berseragam sekolah sedang duduk mematut gadget.

“Pak, Lara gimana?” tanya Mahesa cepat.

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Where stories live. Discover now