27. Overwhelmed Heart

81 7 0
                                    

"Senggani!" suara Mahesa terdengar di belakang.

Rupanya lelaki itu mengikuti sampai ke pantai. Sebelum sosok jangkungnya benar-benar mendekat, Gani langsung beranjak dari ayunan dan pergi untuk menghindari Mahesa. Belum juga reda kekacauan yang lelaki itu buat dalam hatinya, niat untuk berdamai dengan Satria malah membuat hubungan mereka makin berantakan. Jika sampai Mahesa kembali mendekatinya, bukan tidak mungkin jantung Gani akan lepas kendali lagi.

"Tunggu!" benar saja, lelaki itu mengejar dan mencengkeram lengannya.

"Mau apa lagi, sih, kamu?"

"Ada yang harus saya katakan soal tadi."

"Kita lupain aja, ya. Saya lagi nggak mood untuk bahas." Gani kembali berbalik untuk pergi.

"Saya masih cinta kamu."

Pernyataan yang terlontar dengan begitu mudah dari bibir Mahesa membuat napas dan jantung Gani serasa berhenti seketika.

Mahesa membalik tubuh Gani agar gadis itu hanya menatapnya sekarang dan mendengarkan semua kata-katanya dengan saksama.

"Saya nggak mau membohongi kamu lagi. Saya nggak mau kita hanya sekadar berteman, saya mau kita lebih dari itu. Saya harus katakan sejujurnya kalau saya masih mencintai kamu sama seperti dulu. Saya sampai harus bawa kamu kemari, jauh dari Satria supaya saya bisa lebih dekat sama kamu, seperti dulu."

Gani terhenyak mendengar semua pengakuan jujur Mahesa tentang perasaannya. Benar dugaan Gani, bahwa ada niat terselubung dari Mahesa yang dia tutupi dengan project volunteer. Licik!

"Saya bisa merasakan kalau kamu juga masih punya perasaan itu untuk saya setelah apa yang terjadi tadi. Jawab saya, Gani, kalau kamu juga masih cinta sama saya," tuntutnya sembari mengguncang kedua bahu Gani. "Saya bahkan nggak peduli kalau kamu mau nikah dengan laki-laki lain, yang jelas sama mau kamu jadi milik saya. Saya cemburu sama Satria, saya nggak pernah benar-benar rela membiarkan kamu untuk menikah sama dia. Saya yang lebih dulu ketemu kamu dibanding dia, saya juga yang lebih dulu menyukai kamu dibanding dia. Jadi saya yang lebih berhak memiliki kamu daripada dia."

Bukannya dengan kata-kata, tapi Gani menjawabnya dengan sebuah tamparan yang cukup keras.

"Kamu sudah kelewat batas! Tega kamu bohongin saya dengan semua ini! Licik kamu! Saya pikir kamu benar-benar mau berteman dengan saya tanpa kita harus melihat apa yang terjadi di masa lalu. Saya sudah salah besar menilai kamu!" Gani sampai geleng-geleng kepala.

Gara-gara mengikuti Mahesa sampai kemari, hubungannya dengan Satria retak dan mengancam kelangsungan rencana pernikahan mereka.

"Maaf kalau saya harus membohongi kamu, tapi project ini memang ada. Saya cuma kasih diri saya sedikit motivasi supaya bisa bawa kamu ke sini. Dan ternyata, nggak sia-sia saya jauhkan kamu dari Satria. Perasaan kamu untuk saya akhirnya keluar juga setelah coba kamu tutupi."

Ada yang harus diluruskan agar Mahesa tidak makin besar kepala.
"Apa yang terjadi tadi nggak membuktikan apa-apa tentang perasaan saya sama kamu. Kita memang pegangan tangan, tapi itu nggak bisa kamu jadikan acuan kalau saya juga punya perasaan sama kamu."

"Sampai kapan kamu mau terus berbohong? Mungkin mulut kamu bisa bohong, tapi mata kamu nggak bisa. Saya bisa lihat dengan jelas kalau di hati kamu masih ada saya."

"Kalaupun iya, semua sudah nggak ada artinya untuk saya. Jadi tolong kamu hentikan semua khayalan kamu itu sekarang." Gani kembali beranjak dari tempatnya berdiri dengan langkah panjang.

Mahesa yang tidak terima akhirnya bergerak dan kembali mengikis jarak serta menghentikan langkah Gani. Mereka kembali berhadapan.

"Nggak. Saya nggak mau berhenti. Saya mau kita bisa bersama untuk menggantikan enam tahun hidup saya tanpa kamu."

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang