05. Jakarta Hari Ini

65 6 0
                                    

Tiga tahun kemudian

Sepasang kaki yang masih kokoh menjejak di tanah kelahirannya Jakarta. Rasa haru menyelimuti seluruh hati dan jiwa manakala dia kembali pulang. Ya, benar-benar pulang, sebuah kata yang terasa bagai mimpi yang selama ini hanya menjadi angannya saja kini terwujud sudah.

Rasa rindu akan orang-orang tercinta yang telah lama dia tinggalkan langsung melesak memenuhi otaknya. Enam tahun sudah dia pergi. Enam tahun sudah dia berkeliling mengunjungi setiap jengkal negeri indah ini dengan membawa kerinduan mendalam di dadanya. Waktu Enam tahun yang dihabiskan untuk mengelilingi Indonesia nyatanya tidaklah cukup jika harus menapaki setiap inci negeri yang luasnya membentang dari Sabang sampai Merauke itu. Namun, Mahesa tetap puas dengan hasil pencapaiannya selama menjelajah seorang diri hanya ditemani carrier dan lapisan tekad yang kuat untuk segera menuntaskan misi dan kembali pulang.

“Mas, selamat datang kembali. Akhirnya kamu pulang juga!” seru Hendra yang langsung menghambur memeluknya kala menjemput di stasiun.

Sosok Hendra terlihat lebih matang sekarang, aura kebapakannya terpancar dengan jambang dan brewok tipis yang menghiasi wajah. Hal yang dulu sangat Hendra hindari karena akan mengurangi daya tariknya sebagai cowok metroseksual. Tubuhnya juga terlihat lebih berisi, dan aura kebahagiaan makin terpancar dari mata dan senyumannya.

“Kamu gemukan sekarang. Hidup kamu pasti bahagia banget,” ujar Mahesa yang menepuk-nepuk pundak Hendra seakan tak percaya bahwa dia benar-benar pulang.

“Iya, nih, masakannya Lara enak banget. Aku sampai lupa diet,” jawab Hendra yang dibarengi derai tawa kedua saudara itu.

Mereka berjalan menuju area parkir saat mendapati sosok Lara mendekat sambil menggandeng seorang anak laki-laki chubby yang masih mengenakan seragam SD. Senyum Mahesa langsung terkembang kala meyakini sosok yang tengah menjilati es krim corn vanila itu adalah Ndaru, balita yang dulu teramat ringkih tubuhnya karena penyakit atresia bilier yang sempat menyerang.

“Itu Ndaru?” tanya Mahesa pada Hendra antusias.

“Iya, itu Ndaru. Ponakan, Mas. Sekarang dia tumbuh sehat, Mas.”

Lara yang kini sedang mengandung itu langsung memeluk Mahesa untuk melepas rasa rindu terhadap sahabat sekaligus pahlawan dalam untuknya. Air mata menetes saat bisa kembali bertemu dengan Mahesa.

“Syukurlah kamu pulang dengan selamat, Sa. Banyak yang menunggu kamu pulang di sini,” ucap Lara sambil mengusap air mata.

“Aku tahu, Ra. Terima kasih atas doa kamu selama ini. Anak kedua?” tanyanya pada Hendra dan Lara sekaligus.

“Iya, Mas. Kami merasa Ndaru sudah besar makanya kami pikir untuk memberi adik buat Ndaru,” jawab Hendra yang langsung merangkul pundak Lara dengan sayang.

Mahesa tersenyum dan mengangguk, pandangannya lantas beralih pada sosok mungil di samping Lara yang terus memperhatikannya dengan wajah bingung.

“Sayang, salim sama Om. Ini yang namanya Om Mahesa, om Ndaru yang sering Mama dan Papa ceritain sama kamu itu, lho,” timpal Hendra pada jagoan kecilnya.

Ndaru menggamit tangan Mahesa dan menciumnya dengan bibir yang masih belepotan oleh es krim. Mahesa berjongkok di hadapan Ndaru dan memeluk anak itu penuh keharuan. Anak yang dulu tak berdaya itu kini tumbuh dengan sehat dan tak kurang satu apa pun.

“Kita pulang sekarang, Mas?” ajak Hendra.

“Ya, kita pulang,” balasnya mantap.


***


Di dalam mobil, ketiganya tak lepas dari perbincangan-perbincangan hangat dan penuh canda tawa. Semua hal yang menarik tak luput dari bahasan mereka, terutama Hendra yang terlihat sangat bersemangat saat mendengarkan semua cerita Mahesa tentang pengalamannya menjelajah negeri.

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Where stories live. Discover now