07. Perempuan Dari Masa Lalu

78 5 0
                                    

Dua minggu sudah Mahesa kembali ke Jakarta. Setelah cukup lama beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga tercintanya, hari ini dia sudah siap untuk kembali berkegiatan. Rencananya dia akan berkunjung ke beberapa tempat yang amat dirindukan setelah lama bertualang, mulai dari mengunjungi Rumah Panti Kenanga, basecamp Dharmapala juga studio foto yang dirintisnya bersama Jamal dan Danang.

Kedua sahabat tercinta itu mungkin belum mengetahui tentang kepulangannya kembali ke ibu kota, Mahesa memang sengaja belum memberitahu keduanya karena takut akan mengganggu mereka. Jamal yang sudah menikah dan memiliki dua anak kembar tampak makin sibuk dengan pekerjaannya setelah baru saja dipromosikan dan Danang yang membawa berita menggembirakan sekaligus mengejutkan untuk Mahesa yang rupanya sudah menikahi Galuh. Ada rasa penasaran yang belum juga Mahesa tanyakan kepada karibnya itu tentang kisah cinta Danang dengan adik Jamal. Mahesa yang semula tak habis pikir bagaimana bisa Danang mendekati dan memikat Galuh sedemikian rupa hingga akhirnya mereka bisa pacaran dan menikah.

Mahesa bersumpah, jika nanti dia bertemu dengan Danang, dia akan mendorong Danang untuk bercerita selengkap-lengkapnya tentang kisah percintaannya dengan Galuh yang sudah menjadi model terkenal sekarang. Mahesa tersenyum sambil geleng-geleng kepala mengingat sudah banyak sekali momen yang dia lewatkan begitu saja selama mengasingkan diri. Dia memutar kunci dan membuka pintu studio yang berdecit, seakan sudah sangat lama sekali pintu itu tak dibuka. Sepertinya tebakan Mahesa benar, melihat kondisi di dalam ruang studio yang terlihat kotor dan berdebu. Danang mungkin sudah jarang bahkan tak pernah lagi datang ke sana karena sudah menjadi konten kreator kuliner nomor satu di Indonesia. Apalagi Jamal, Mahesa yakin pria berkulit pucat itu tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di studio sejak Mahesa pamit pergi.

Sempat garuk-garuk kepala karena tak pernah membayangkan studionya akan kacau seperti ini, akhirnya tangan lelaki itu bergerak juga untuk mengambil sapu, alat pel dan peralatan bersih-bersih lainnya. Mungkin hari ini akan Mahesa habiskan untuk membersihkan dan membenahi studionya dulu agar bisa difungsikan kembali seperti sedia kala.

Sudah lewat jam makan siang, tapi yang baru Mahesa bersihkan hanya setengahnya saja. Rasa lapar sudah mulai mendera saat dia mendengar suara motor mendekat di depan teras studio. Pintu yang tak terkunci itu dibuka dan masuklah seorang laki-laki yang belum melepas helm. Begitu Mahesa menoleh ke arah tamu tak diundang, orang yang masih berdiri di ambang pintu langsung mendekatinya.

“Mahesa!” seru Danang yang langsung memeluk Mahesa dengan kuat. “Sejak kapan di Jakarta? Kok, nggak ngabarin?” Danang kembali memeluknya sambil menepuk-nepuk punggung Mahesa dengan kuat setelah mencopot helmnya. Kedua karib itu tertawa bersama.

“Udah dua minggu pulang, sih, apa kabar lo?” tanya Mahesa.

“Baik-baik, si Jamal juga belum tahu, dong, kalau lo udah di Jakarta?”

“Kayaknya, sih, belum. Tadinya gue mau kasih surprise buat kalian. Eh, lo malah datang,” seloroh Mahesa.

“Kayak abg aja pakai surprise segala. Cie, yang udah keliling Indonesia ...” goda Danang.

“Cie yang udah kawin,” balas Mahesa yang membuat keduanya terkekeh kembali. “Lo masih hutang cerita sama gue, lho, Nang!” Mahesa mengingatkan Danang tentang janjinya yang akan menceritakan soal hubungannya dengan Galuh yang berkembang sangat pesat setelah Mahesa pergi.

“Iya, entar gue cerita, deh, tapi ngomong-ngomong lo lagi ngapain di sini?” Danang mengalihkan pandang ke sekitar ruangan yang terlihat masih berantakan.

“Bersih-bersih. Kan sekarang gue pengangguran, nih, nggak punya kerjaan tetap, jadi rencananya gue mau buka studio ini lagi. Sayang kalau dianggurin, mending dibuka lagi jadi ladang usaha gue. Siapa tahu aja studio kita jadi ramai lagi, kan.”

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Where stories live. Discover now