14. Bad Day Ever

68 6 1
                                    

Tidak habis pikir dengan apa yang terjadi sekarang membuat Gani sampai geleng-geleng kepala, seolah semua hal di hidupnya hanya berkutat dengan dan tentang Mahesa saja. Gani terus mencoba memusatkan hati untuk tetap bersama Satria, tapi alam seakan sedang menguji kesetiaannya dengan kembali menggoda lewat sosok Mahesa yang baru.

Mahesa yang secara terang-terangan mengatakan bahwa masih belum bisa melupakan kenangan mereka dan Mahesa yang masih ingin selalu dekat dengannya malah sanggup menggelitik hati Gani lagi. Bahkan keberanian lelaki itu menyentuhnya tanpa izin pun membuat Gani tak bisa menampik bahwa dia merindukan setiap sentuhan Mahesa padanya.

Sosok yang amat sangat berbeda dari Mahesa yang dia kenal bertahun silam. Mahesa yang hanya bisa menyimpan semua beban seorang diri, menyembunyikan rasa dalam hatinya sendirian, mengubur dalam-dalam semua hasrat yang dia punya demi kebahagiaan orang lain. Mahesa yang bahkan tak punya keberanian untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan selama ini. Sosoknya yang Gani temui kali ini berbeda, amat sangat berbeda. Entah apa saja yang sudah dilalui lelaki itu hingga membuatnya berubah menjadi seorang yang proaktif seperti sekarang ini, tapi sosok baru Mahesa yang sekarang justru telah berhasil menarik perhatian Gani sekali lagi disadari ataupun tidak.

Seperti yang terjadi dalam meeting kali ini, Gani yang masih dikagetkan dengan kehadiran Mahesa di kantornya tadi pagi sekarang harus di hadapkan pula dengan kenyataan bahwa Mahesa akan bekerja sama dengan AdvenTourist untuk planning ekspedisi yang akan dilaksanakan dalam rangka menyambut ulang tahun Majalah AdvenTourist yang ke-10.

Untuk hari jadinya tahun ini AdvenTourist mengadakan bakti sosial pendidikan dengan menjadi relawan pengajar di salah satu desa terpencil yang terdapat di Larantuka, NTT. Beberapa orang perwakilan dari majalah akan dikirim ke sana untuk mengabdi selama satu bulan dan mengajarkan anak-anak tentang ilmu pengetahuan juga merenovasi bangunan sekolah yang sudah rusak akan dengan dibantu beberapa relawan dari Dharmapala. Mendengar kata Dharmapala sudah tidak perlu merasa aneh jika Mahesa juga ikut terlibat dalam ekspedisi kali ini.

Mas Rizal dengan semangat terus berbicara tentang konsep ekspedisi di depan tim yang terlibat. Gani yang bertugas sebagai notulen sama sekali tak bisa konsentrasi mencatat semua poin yang sudah disampaikan Mas Rizal karena pemandangan di depannya amat mengganggu. Sesekali, Gani secara tidak sengaja mendapati Mahesa yang duduk di seberang meja tengah memandangnya dan itu cukup merusak konsentrasi.

Setengah mati gadis itu mencoba untuk kembali berkutat dengan laptopnya walau masih tampak dari ujung mata kalau Mahesa masih belum mengalihkan pandangannya. Apa Mahesa sengaja ingin membuat semua orang di ruangan itu curiga?

“Gani, dipanggil Mas Rizal, tuh. Bengong aja!” bisik Linera yang menyenggol lengannya.

“I—iya, Mas?” tanya Gani setengah terkesiap.

“Kamu project leader-nya, ya.”

“Hah? S—saya, Mas?” tanyanya lagi memastikan dia tidak salah dengar.

“Iya lah, tadi semua sudah setuju, kan? Dan kamu juga nggak ada penolakan,” tanya Mas Rizal pada semua orang di ruangan dan dijawab dengan anggukan kepala.

“Bisa, ya?” Mas Rizal kembali memastikan kesanggupan Gani.

“Tapi, Mas, apa nggak sebaiknya orang lain saja yang jadi project leader-nya?” menjadi project leader artinya juga harus menjadi salah satu tim yang berangkat dan itu juga berarti, harus pergi bersama Mahesa di dalamnya.

Dan lihatlah lelaki di seberang meja itu, seperti tengah asyik menikmati pertunjukan yang berlangsung sambil merebahkan tubuh. Melihat Gani gelagapan dan menolak posisi yang ditawarkan Mas Rizal menciptakan satu dua tarikan di bibirnya, seperti mengejek ketidakberanian Gani menghadapinya secara langsung. Menyebalkan!

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang